Monday, October 17, 2022

Bulan Rajab Menyemai, Bulan Sya'ban Menyiram dan Bulan Ramadhan Berbuah

Bulan Rajab Menyemai, Bulan Sya'ban Merawat dan Bulan Ramadhan Berbuah

Bulan Mulia, Bulan Ramadhan tinggal menghitung hari. Hari ini sesuai dengan penanggalan Masehi pada 20 Maret 2022. Berdasarkan perhitungan menggunakan Hisab maka Ramadhan akan diawali pada 02 April 2022. Sebelum bulan Ramadhan terdapat Bulan-bulan yang Nabi Besar, Rosululloh SAW selalu menghidup-hidupkannya dengan amaliyah-amaliyah, karena keutamaannya. Yaitu bulan-bulan Rajab dan Sya'ban. 
Bulan Rajab berada di antara bulan Jumadil Akhir dan bulan Sya’ban berdasarkan kalender Islam atau tahun hijriyah. Bulan Rajab adalah salah satu bulan suci di antara empat bulan haram yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Allah Ta’ala berfirman:

 إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ 
 ”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At-Taubah: 36)

Penetapan Rajab sebagai bulan haram (suci) dijelaskan dalam hadits, dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

 الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ 

 ”Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhar yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari, no. 3197 dan Muslim, no. 1679) 

Bulan Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram, Rajab adalah empat bulan haram yang dimaksud dalam Hadist diatas sebagai bulan baik, yaitu dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan amal saleh. Pada bulan ini juga diingatkan bahwa perbuatan dosa atau maksiat akan mendapatkan ganjaran yang lebih berat. Sementara amal saleh yang dilakukan akan menuai pahala lebih banyak. 
Pada Bulan-bulan itu dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, Tidak ada ibadah khusus pada bulan ini berdasarkan waktu atau tempat, baik ibadah puasa, shalat, dan lainnya. Memperbanyak shalat sunnah dan puasa sunnah di bulan Rajab tentu lebih baik. Begitu juga dengan amal saleh seperti sedekah, menolong orang lain, membaca dan mengajarkan Al-Qur’an, dan lainnya. Tentu semua ibadah itu harus terbungkus rapi jauhkan dari bungkus-bungkus riya', pamer, agar dipuji. Jika tidak semua amalan sunnah dapat diraih, maka meninggalkan semua keburukan, itu yang harus terus diupayakan. Misalnya, menahan amarah, mudah memaafkan, menyingkirkan penyakit hati seperti iri, dengki, prasangka buruk, riya, dan lainnya. 
Membiasakan dan merasakan pengawasan Allah SWT terhadap segala perbuatan kita, adalah upaya untuk menghindari dosa dan kemaksiatan. Inilah bulannya untuk membiasakan diri dalam ketaatan dan kebaikan serta menjauhkan diri segala kemaksiatan dan perbiatan dosa. Termasuk dosa tangan, telinga, dan mata melalui media sosial (medsos). Tulis, dengar, tontonlah yang baik-baik dan mengedukasi, tinggalkan semua yang merusak iman, hati, akhlak, dan jiwa.
Bulan Rajab adalah bulan menanam sebelum datangnya Ramadhan. Tanamlah segala kebaikan yang kita mampu. Rajab adalah bulan pelatihan sebelum datangnya Ramadhan, bulan penuh rahamt dan ampunan selama sebulan penuh. Abu Bakr Al-Balkhi rahimahullah berkata:

 شَهْرُ رَجَبٍ شَهْرُ الزَّرْعِ ، وَشَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ سَقْيِ الزَّرْعِ ، وَشَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرُ حِصَادِ الزَّرْعِ 

 “Bulan Rajab saatnya menanam. Bulan Sya’ban saatnya menyiram tanaman dan bulan Ramadhan saatnya menuai hasil.” (Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab no. 92748) 

Setelah sebulan penuh menanam, melatih diri, menempa jiwa, membiasakan jasmani dan rohani dalam ibadah dan kebaikan, maka sebulan setelahnya adalah merawat, yaitu dengan masuknya bulan Sya’ban. Ibadah yang dianggap berat tetapi dipaksakan pada bulan Rajab, maka bulan Sya’ban nanti, tinggal membiasakannya. Misalnya, shalat malam atau tahajud. Tidak mengapa dipaksa di awal-awalnya, pada akhirnya nanti akan terbiasa. Bulan Sya’ban adalah bulan sebelum Ramadhan. Di bulan inilah kita merawatnya dengan menyiram, menyuburkan, menumbuhkan, dan membesarkan ibadah dan amal saleh yang telah ditanam pada bulan sebelumnya. 
Kita rawat ibadah dan amal saleh tersebut dari penyakit riya’, sum’ah (ingin didengar), hawa nafsu, dan rasa berat dan malas. Kita siram dengan keikhlasan, dipupuk dengan istikamah, diperkuat dengan sabar, dan dipelihara karena Allah semata. Jika itu dilakukan selama sebulan penuh pada bulan Sya’ban, maka begitu Ramadhan tiba, semuanya sudah ringan dan semata-mata berharap ridha dari Allah SWT. 
Pada Ramadhan nanti kita tinggal panen pahala dari ibadah-ibadah yang telah terbiasa dan dilakukan secara isitikamah. Karena besarnya ganjaran amal ibadah selama sebulan penuh, sayang jika baru mau melatih diri untuk beribadah dan berbuat baik di bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan yang seharusnya diisi dengan ibadah dan amalan imaanan wahtisaban (atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah). Dan itu bisa diraih setelah membiasakan diri sebagaimana yang tekah disinggung di atas. Dari Abu Hurairah, ia berkata:

 مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ 

 “Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).

Sumber: 
Ceramah Ustadz Andi Junianto Mushola Perumahan Gayam Permai, Ahad, 20 Maret 2022 dan berbagai sumber.




No comments:

Post a Comment