Sudah melaksanakan semua rukun Islam, tetapi Nabi Muhammad mengikarinya atau bukan termasuk dari golongan Nabi Muhammad. Beberapa perilaku yang seharunya kita hindari agar kita terhindar dari har diatas. Bahkan orang tersebut telah melaksanakan haji misalnya. Sholat wajib 5 waktu, bahkan sholat-sholat sunah juga dikerjakan akan tetapi Nabi Muhammad tidak mengakui sebagai bagian dari umatnya. Har-hal itu adalah :
1. Meratap
Meratap disini misalkan kehilangan saudaranya yang meninggal sampai menangis sejadi-jadinya.
Sedih merupakan bagian fitrah dari perasaan manusia. Rasulullah Saw jug merasakan kesedihan kala ia ditinggal wafat paman yang selalu melindungi dakwahnya di Makkah, Abu Thalib. Menyusul kemudian turut wafat istri yang sangat ia cintai, Khadijah RA.
Kesedihan juga menggelayuti Rasulullah SAW kala anak laki-lakinya, Ibrahim meninggal dunia. Hadis dalam Fikih Sunnah karya Sayyid Sabiq menyebutkan bahwa Rasulullah tampak meneteskan air mata kala Ibrahim wafat.
Syekh Nawawi al-Bantani juga mengutip sabda Nabi Muhammad Saw. Beliau bersabda, “Meratap merupakan salah satu perilaku jahiliyah.”
Dalam riwayat Ibnu Majah juga disebutkan, “Meratap merupakan perilaku jahiliyah.
Sesungguhnya bila wanita yang meratap itu meninggal dan belum sempat bertaubat, maka Allah Swt memotong beberapa baju dari ter dan baju kurug dari nyala api untuknya.”
Dalam hadits lain, Nabi Muhammad bersabda, “Wanita peratap akan datang di hari kiamat sembari menggonggong seperti anjing.”
Menurut Syekh Nawawi al-Bantani, hadits terebut menunjukkan bahwa meratap termasuk dosa besar. Dia pun mengutip perkataan ulama yang terdapat dalam kitab az-Zawajir.
2. Memusuhi dan Menipu Umat Islam
3. Tidak saling menghormati
4. Fanatik pada kelompok
Para sahabat seringkali dikelompokkan menjadi dua golongan, yakni Muhajirin (orang yang berhijrah dari Makkah ke Madinah) dan Anshar (orang Madinah yang memberi pertolongan kepada orang Makkah yang berhijrah). Pada dasarnya golongan-golongan itu tidak masalah selama tidak sampai pada fanatisme yang berlebihan sehingga tidak mengukur kemuliaan seseorang berdasarkan golongan, hal ini karena memang Allah Swt mengakuinya, hal ini terdapat dalam firman Allah yang artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS 49:13).
5. Pendengki, Pengumpat dan Perdukunan
Sesama Muslim merupakan saudara, sehingga sangat tidak tepat jika ada perasaan atau sikap hasad, dengki atau iri hati.
Sifat hasad merupakan sikap yang menunjukkan tidak sukanya seseorang atas kemajuan atau kebaikan yang dicapai orang lain. Karenanya, segala usaha akan dilakukannya untuk menghambat laju pencapaian kemajuan itu. Menjelek-jelekan orang tersebut dengan mengumpat, yakni membicarakan hal-hal yang buruk dengan maksud penghinaan yang tentu saja tidak disukai oleh orang yang dibicarakannya itu, bahkan kalau cara itu tidak juga bisa menghambat kemajuan, ia tidak ragu-ragu untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan aqidah sekalipun, yakni memanfaatkan perdukunan. Ia berusaha untuk menghancurkan kemajuan itu dengan meminta bantuan dukun, sehingga sang dukun tidak segan-segan untuk menuruti apa maunya orang ini, termasuk segala hal yang bisa menyebabkan kematian seseorang. Para dukun bisa menggunakan sihir, santet dan segala perbuatan syaitan lainnya untuk menghambat kemajuan seseorang.
6. Merusak Hubungan
Dari keluarga yang baik, diharapkan akan lahir masyarakat yang baik. Dari sisi inilah, kedudukan keluarga menjadi sangat penting sehingga kita memiliki kepentingan yang sangat dalam bagi terwujudnya kehidupan suami isteri yang harmonis dalan keluarga, karena keharmonisan suami isteri sedikit banyak berdampak dalam kehidupan masyarakat.karenanya ajaran Islam memberikan perhatian yang begitu besar dalam masalah keluarga sehingga begitu detail masalah ini diatur dan dijelaskan dalam syari’at Islam.Karena itu, sangat wajar bila seseorang tidak akan diakui sebagai umat Nabi Muhammad saw bila ia menjadi faktor yang menyebabkan keretakan hubungan suami isteri, apalagi bila sampai menimbulkan perceraian.
Bukan golongan kamu orang yang merusak (hubungan) perempuan atas suaminya atau budak atas tuannya (HR. Abu Daud dan Hakim).
No comments:
Post a Comment