Sunday, November 27, 2022

Menyehatkan Rohani dengan Upaya "Jam'iyyatul Qur'an"

Kajian Ba'da Sholat Subuh, 29 Mei 2022

Kesehatan adalah sebuah nikmat yang luar biasa. Sehat jasmani dan sehat rohani tentunya itu yang kita inginkan. Jika sakit jasmani ada 3 hal yang ditarik oleh Allah SWT:
1. Kecerahan wajahnya
2. Nikmat makan/ selera makannya
3. Menarik/menghapus dosa-dosa kita (sebagai penebus dosa, dengan syarat ikhlas)

Demikian juga dengan rohani, tentu ada kadang sehat dan sakit. Jika secara fisik sakit maka akan terlihat. Tetapi jika yang sakit adalah rohani apa yang terjadi?
Jika rohani kita itu sakit, terdapat ciri2 adalah ketika tidak merasakan sakitnya kita sedang bermaksiat, malas dalam melaksanakan ketaatan. Contohnya, Jika sholat wajib kok sudah dikalahkan dengan kegiatan lain maka itu adallah indikasi sakit rohani.
Salah satu upaya untuk menjaga kesehatan roh/ rohani diantaranya adalah mentadaburi/membaca/ senang berinteraksi dengan Al Qur'an.

Dan kami turunkan Alquran sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS al-Isra [17]: 82).

Mushola Al Mu'minun Perumahan Gayam Permai bermaksud untuk mengadakan kegiatan tersebut sebagai upaya untuk melanggengkan membaca Al Qur'an. Yaitu dengan kegiatan Jam'iyyatul Qur'an, Yang dilaksanakan setiap tanggal 1 setiap bulannya ba'da Sholat 'Isa.
Berkeinginan untuk sehat jasmani dan rohani mengajak kaum muslimin berusaha bersama-sama, memahami dan mengamalkan al Qur'an dan Hadits Nabi dalam kehidupan sehari-hari. Bahwa kitab suci tersebut bukan saja berisi petunjuk dalam menjalankan kegiatan ritual, seperti shalat, zakat, puasa, dan juga haji, tetapi juga keharusan selalu menjaga hati, keimanan, dan ketaqwaan. Seharusnya seorang muslim sebagai bagian dari menjaga hatinya dimaksud selalu menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela seperti : ujub, riya, takabur, hasut, dengki, mengadu domba, berprasangka buruk terhadap sesama, memfitnah, dan seterusnya. 
Sebaliknya, seorang muslim hendaknya menjaga dan mengembangkan rasa syukur, keadilan, kejujuran, tawadhu', menghormati orang tua dan guru, mencintai sesama dan lain-lain. Seorang muslim juga harus berusaha mencari rizki yang halal, baik, dan berkah. Selain itu setelah rizki diperoleh juga harus memperhatikan orang lain yang berkekurangan seperti orang miskin, anak yatim, orang yang terbelit utang, dan lain-lain. Sebagai seorang muslim, juga harus berusaha menambah ilmu pengetahuan, menjalin tali sillaturrahmi, bekerja secara profesional, menjaga lingkungan, dan lain-lain. Ajaran yang digambarkan sedemikian indah tersebut, ternyata belum sepenuhnya berhasil dijalankan oleh kaum muslimin sendiri. 
Hal demikian itu bukan berarti bahwa ajaran tersebut tidak penting dan boleh diabaikan, tetapi oleh karena menjalankan kebaikan itu sendiri ternyata tidak selalu mudah. Maka, Jam'iyyatul Qur'an adalah tempat berkumpulnya orang-orang yang bermaksud secara bersama-sama secara terus menerus melantunkan ayat-ayat al Qur'an dan Hadits Nabi dan kemudian menjalankannya. 

 Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

 وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ 

 “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah membaca Kitabullah dan saling mengajarkan satu dan lainnya melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), akan dinaungi rahmat, akan dikeliling para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.” (HR. Muslim, no. 2699) 

Sekalipun di dalam mengkaji al Qur'an dan Hadits dilakukan secara bersama-sama, tetapi di dalam menjalankannya, apalagi pada tataran pribadi, maka Jam'iyyatul Qur'an mengajak lebih mengedepankan upaya meningkatkan kualitas dirinya masing-masing dari pada mengurus orang lain. Jangan sampai sehari-hari mengajak orang lain melakukan kebaikan, sementara itu dirinya sendiri belum menjalankannya. Dalam menjalankan ajaran Islam, setiap orang diajak untuk lebih banyak mengurus dirinya sendiri dibanding melihat dan mengurus orang lain. 
Dengan demikian, kesalahan atau kekurangannya sendiri lebih diperhatikan dan segera diperbaiki daripada memperhatikan kesalahan dan kekurangan orang lain.





No comments:

Post a Comment