Sunday, March 9, 2025

Peringatan Jibril yang Diaminkan Rasulullah SAW: Sebuah Renungan

Kajian Subuh Ramadhan 
Ustadz : Dika
9 Ramadhan 1446H (9 Maret 2025)

Sahabat Ka’ab bin Ujrah RA melaporkan kepada kita, Rasulullah meminta para sahabat mendekat ke mimbar. Pada setiap tangga menuju tempat duduk di mimbar, Rasul mengucapkan tiga kali amin. Para sahabat bertanya-tanya ada apa gerangan Rasul sampai mengucapkan amin tiga kali dan meminta mereka merapat ke dinding mimbar. Malaikat Jibril AS menyampaikan tiga peringatan yang sangat penting, dan setiap peringatan tersebut diaminkan oleh Rasulullah SAW. Peringatan ini menjadi pengingat bagi umat Islam untuk senantiasa meningkatkan kualitas ibadah dan amal kebaikan. Berikut adalah tiga peringatan tersebut: 

Celakalah orang yang mendapati bulan Ramadhan tetapi tidak diampuni dosanya. 
Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah dan ampunan. Namun, sangat disayangkan jika ada orang yang melewatkan kesempatan emas ini tanpa mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Ini menunjukkan betapa pentingnya memanfaatkan setiap detik di bulan Ramadhan untuk beribadah, memohon ampunan, dan meningkatkan ketakwaan. 

Celakalah orang yang tidak bershalawat ketika nama Nabi Muhammad SAW disebut. 
Shalawat adalah bentuk penghormatan dan kecintaan kita kepada Rasulullah SAW. Ketika nama beliau disebut, sudah sepatutnya kita bershalawat sebagai ungkapan rasa cinta dan syukur atas risalah yang beliau bawa. 

Celakalah orang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya telah lanjut usia, tetapi tidak membuatnya masuk surga. 
Berbakti kepada orang tua adalah kewajiban yang sangat mulia. Ridha Allah SWT terletak pada ridha orang tua. Kesempatan untuk berbakti kepada orang tua, terutama ketika mereka telah lanjut usia, adalah pintu gerbang menuju surga.

Amalan-amalan yang Dianjurkan Untuk menghindari kecelakaan yang disebutkan di atas, berikut adalah beberapa amalan yang dianjurkan: 
Memaksimalkan amalan wajib: 
Shalat tepat waktu: Shalat adalah tiang agama.Menjaga shalat tepat waktu adalah amalan yang sangat dicintai Allah SWT. 
Birrul walidain (berbakti kepada orang tua): Berbuat baik kepada orang tua adalah kunci keberkahan hidup. 
Menutup aurat: Menjaga aurat adalah bentuk ketaatan kepada Allah SWT. 
Meningkatkan amalan sunnah: 
Interaksi dengan Al-Qur'an: Membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Qur'an adalah amalan yang sangat dianjurkan. 
Sholat sunnah. Bersedekah. Jihad dijalan allah. 
Jihad memiliki arti yang luas, tidak hanya berperang secara fisik, tetapi juga berjuang melawan hawa nafsu dan berdakwah di jalan Allah SWT. 
Peringatan yang disampaikan oleh Malaikat Jibril dan diaminkan oleh Rasulullah SAW adalah pengingat bagi kita semua untuk senantiasa meningkatkan kualitas ibadah dan amal kebaikan. Marilah kita manfaatkan setiap kesempatan yang diberikan Allah SWT untuk meraih ampunan-Nya, meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW, dan berbakti kepada orang tua.




Senyum: Bahasa Universal yang Menyehatkan dan Bernilai Ibadah

Kultum Tarawih
Ustadz : Suyadi,SPd,MPd
8 Ramadhan 1446H (8 Maret 2025)

Senyum adalah ekspresi wajah yang paling sederhana, namun memiliki kekuatan luar biasa. Ia adalah bahasa universal yang dipahami oleh semua orang di seluruh dunia, tanpa memandang perbedaan budaya, bahasa, atau latar belakang. Senyum dapat menyampaikan berbagai emosi, mulai dari kebahagiaan, keramahan, hingga rasa simpati. 

Senyum dari Segi Kesehatan 
Selain sebagai media komunikasi, senyum juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan fisik dan mental. Berikut adalah beberapa manfaat kesehatan dari senyum: 
Meningkatkan suasana hati: Senyum dapat memicu pelepasan endorfin, yaitu hormon yang dapat meningkatkan perasaan bahagia dan mengurangi stres. 
Menurunkan tekanan darah: Senyum dapat membantu merilekskan tubuh dan menurunkan tekanan darah. 
Meningkatkan sistem kekebalan tubuh: Senyum dapat meningkatkan produksi antibodi dan sel-sel kekebalan tubuh. 
Mengurangi rasa sakit: Endorfin yang dilepaskan saat tersenyum dapat bertindak sebagai pereda nyeri alami. 
Membuat awet muda: Senyum dapat melatih otot-otot wajah dan membuat kulit tampak lebih kencang. 

Senyum dalam Pandangan Agama Islam 
Dalam Islam, senyum dipandang sebagai tindakan yang mulia dan dianjurkan. Rasulullah SAW bersabda: 
 "Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah." (HR. Tirmidzi) 
Hadist ini menunjukkan bahwa senyum bukan hanya sekadar ekspresi wajah, tetapi juga memiliki nilai ibadah. Berikut adalah beberapa pandangan Islam tentang senyum: 
Senyum adalah sedekah yang paling mudah: Dengan tersenyum, kita dapat memberikan kebahagiaan kepada orang lain tanpa mengeluarkan biaya. 
Senyum adalah cerminan akhlak mulia: Rasulullah SAW dikenal sebagai sosok yang murah senyum. 
Mengikuti sunnah beliau, kita dianjurkan untuk selalu tersenyum kepada sesama. 
Senyum dapat mempererat tali persaudaraan: Dengan tersenyum, kita dapat menciptakan suasana yang ramah dan hangat, sehingga mempererat hubungan antar sesama Muslim. Senyum adalah bentuk syukur atas nikmat Allah SWT. 
Senyum adalah anugerah yang luar biasa. Ia adalah bahasa universal yang dapat menyatukan manusia, menyampaikan emosi positif, dan memberikan berbagai manfaat bagi kesehatan. Dalam Islam, senyum bahkan memiliki nilai ibadah. Oleh karena itu, mari kita jadikan senyum sebagai bagian dari kehidupan kita sehari-hari.


Saturday, March 8, 2025

Saring Sebelum Sharing: Tabayun dan Husnudzon

Kuliah Subuh
Ustadz : Suyadi,SPd,MPd
8 Ramadhan 1446H (8 Maret 2025)

Di era informasi yang serba cepat ini, kita dibombardir dengan berbagai berita dan informasi setiap harinya. Tidak semua informasi tersebut benar dan akurat. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk bersikap kritis dan melakukan tabayun (klarifikasi) sebelum mempercayai dan menyebarkan informasi tersebut. Tabayun: Memastikan Kebenaran Informasi Tabayun adalah proses mencari kejelasan dan kebenaran suatu informasi. 
Dalam Islam, tabayun sangat dianjurkan, terutama ketika menerima berita dari orang yang tidak dikenal atau diragukan kredibilitasnya. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 6: 

 "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."  
 
Ayat ini mengajarkan kita untuk tidak mudah percaya pada berita yang dibawa oleh orang fasik. Kita harus melakukan tabayun untuk memastikan kebenaran berita tersebut agar tidak menimbulkan fitnah dan kerugian bagi orang lain. 

Husnudzon: Berpikir Positif dalam Segala Hal 
Selain tabayun, kita juga dianjurkan untuk berhusnudzon (berbaik sangka) dalam kehidupan sehari-hari. Husnudzon berarti berpikir positif dan melihat segala sesuatu dari sisi baiknya. Dengan berhusnudzon, kita akan terhindar dari prasangka buruk, kecurigaan, dan kebencian. Allah SWT melarang kita untuk berprasangka buruk dalam QS. Al-Hujurat ayat 12: 

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati, maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."  
 
Ayat ini mengajarkan kita untuk selalu berprasangka baik kepada orang lain dan tidak mencari-cari kesalahan mereka.   Hidup dalam Energi Positif dengan Berbaik Sangka Berhusnudzon tidak hanya bermanfaat bagi hubungan kita dengan orang lain, tetapi juga bagi kesehatan mental dan spiritual kita. Dengan berhusnudzon, kita akan hidup dalam energi positif, terhindar dari stres dan kecemasan, serta lebih dekat dengan Allah SWT. 

Selalu menghadirkan Allah: 
Dengan selalu mengingat Allah, kita akan merasa tenang dan tidak khawatir menghadapi masalah. Meyakini Maha Baik: Allah adalah Maha Baik dan Maha Adil. Setiap ujian yang diberikan-Nya pasti mengandung hikmah dan kebaikan. 

"Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216).
Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak menilai sesuatu hanya dari sudut pandang kita yang terbatas. 

Berbaik sangka kepada Allah SWT: 
Jika kita mendekati Allah dengan berjalan, Allah akan mendekati kita dengan berlari. Ini menunjukkan betapa Allah sangat menyayangi hamba-Nya yang berbaik sangka kepada-Nya. 

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS. Al-Insyirah: 5-6) 
Ayat ini memberikan harapan dan keyakinan bahwa setiap kesulitan pasti akan berakhir dengan kemudahan. 

Sikap Positif sebagai Individu 
Sebagai individu, kita dapat mengaplikasikan tabayun dan husnudzon dalam kehidupan sehari-hari dengan cara: Mencari informasi dari sumber yang kredibel dan terpercaya. Tidak mudah percaya pada berita yang belum jelas kebenarannya. Selalu berpikir positif dan berprasangka baik kepada orang lain. Memaafkan kesalahan orang lain dan tidak menyimpan dendam. Bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT. Dengan menerapkan tabayun dan husnudzon, kita akan menciptakan kehidupan yang lebih tenang dan damai.

Rahmah, Istri Nabi Ayub: Simbol Kesetiaan dan Kesabaran

Kultum Tarawih
Ustadz Susianto,SKM
7 Ramadhan 1446H( 7 Maret 2025)

Kisah Nabi Ayub AS dikenal luas sebagai teladan kesabaran dalam menghadapi ujian. Namun, di balik kesabaran Nabi Ayub, terdapat sosok wanita yang luar biasa, yaitu istrinya, Rahma binti Afrayim. Rahma adalah simbol kesetiaan dan kesabaran yang tak tergoyahkan dalam mendampingi suaminya melewati berbagai cobaan. Kesetiaan yang Tak Tergoyahkan Ketika Nabi Ayub ditimpa penyakit kulit yang parah, ditinggalkan oleh keluarga dan sahabat, Rahma tetap setia mendampingi suaminya. Ia merawat Nabi Ayub dengan penuh kasih sayang, membersihkan luka-lukanya, dan memenuhi kebutuhannya. 
Kesetiaan Rahma tidak pernah pudar, bahkan ketika kondisi mereka semakin sulit. Kesabaran yang Menginspirasi Rahma juga menunjukkan kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi cobaan. Ia tidak pernah mengeluh atau meratapi nasibnya. Rahma terus berdoa kepada Allah SWT, memohon kesembuhan untuk suaminya. Kesabarannya menjadi sumber kekuatan bagi Nabi Ayub dalam menghadapi ujian yang berat. 
Pertanyaan Rahma kepada Nabi Ayub dalam kondisi yang sangat sulit, Rahma pernah bertanya kepada Nabi Ayub, 
"Wahai suamiku, berapa lama lagi engkau akan menderita seperti ini? Tidakkah engkau ingin memohon kepada Allah agar menyembuhkanmu?" 

Pertanyaan ini bukanlah bentuk ketidak sabaran Rahma, melainkan ungkapan keprihatinannya terhadap kondisi suaminya. Ia ingin melihat suaminya sembuh dari penyakitnya dan kembali sehat. Musibah Menimpa Orang Saleh dan Non-Saleh Kisah Nabi Ayub dan Rahma mengajarkan kita bahwa musibah dapat menimpa siapa saja, baik orang saleh maupun non-saleh. Musibah adalah ujian dari Allah SWT untuk menguji keimanan dan kesabaran hamba-Nya. 
Musibah bagi orang saleh: Musibah yang menimpa orang saleh adalah ujian untuk meningkatkan derajat mereka di sisi Allah SWT. Dengan kesabaran dan keikhlasan, mereka akan mendapatkan pahala yang besar. 
Musibah bagi orang durhaka: Musibah yang menimpa orang non-saleh adalah peringatan dari Allah SWT agar mereka kembali ke jalan yang benar. Jika mereka tidak mengambil pelajaran dari musibah tersebut, maka azab yang lebih besar akan menanti mereka. 

Hikmah dari Kisah Nabi Ayub dan Rahma Kisah Nabi Ayub dan Rahma memberikan banyak hikmah bagi kita, di antaranya: Kesabaran adalah kunci untuk menghadapi ujian hidup. Kesetiaan adalah bentuk cinta yang sejati. Musibah adalah ujian dari Allah SWT untuk meningkatkan keimanan kita. Selalu berprasangka baik kepada Allah SWT dalam kondisi apapun. Semoga kisah ini dapat menginspirasi kita untuk menjadi pribadi yang lebih sabar, setia, dan taat kepada Allah SWT.





Friday, March 7, 2025

Semoga Lelahmu Menjadi Lillah

Dalam perjalanan hidup yang penuh liku, seringkali kita dihadapkan pada rasa lelah. Lelah fisik, lelah pikiran, bahkan lelah hati. Namun, di tengah kelelahan itu, ada sebuah harapan yang senantiasa menyemangati: semoga lelahmu menjadi lillah. Lillah, sebuah kata yang sederhana namun sarat makna. Lillah berarti karena Allah, semata-mata mengharap ridha-Nya. Ketika setiap lelah yang kita rasakan diniatkan karena Allah, maka lelah itu tidak lagi terasa berat. Ia berubah menjadi sebuah ibadah, sebuah pengorbanan yang bernilai di sisi-Nya. 
Arti Lelah Menjadi Lillah Dari segi bahasa, kata lillah memiliki makna segala sesuatu yang dimiliki manusia adalah milik Allah SWT. Semoga lelahmu menjadi lillah menjadi salah satu untaian kalimat indah yang kerap kali didengar oleh para umat Muslim. Oleh sebab itu, kalimat semoga lelahmu menjadi lillah ini bisa bermakna segala lelah dalam bekerja diniatkan sebagai bentuk ibadah yang dilakukan secara ikhlas untuk mendapat ridho dan pahala dari Allah SWT. 
Dalam sebuah hadis dijelaskan mengenai balasan sebuah perbuatan adalah tergantung pada niat orang tersebut. 
 “Sesungguhnya perbuatan itu hanya tergantung kepada niat dan balasan bagi tiap-tiap orang, tergantung apa yang diniatkan. Dan barang siapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan.” (HR. Bukhari) 
Dari hadis tersebut kita bisa mengambil hikmah bahwa segala perbuatan ada baiknya dilandaskan dengan niat untuk beribadah kepada Allah SWT.

Makna Lelah yang Lillah 
Lelah yang lillah bukan berarti kita tidak merasakan lelah. Manusiawi jika kita merasa lelah. Namun, yang membedakannya adalah bagaimana kita menyikapi kelelahan itu. Ketika lelah itu kita sandarkan kepada Allah, maka kita akan menemukan kekuatan untuk terus melangkah. Lelah yang lillah juga mengajarkan kita tentang keikhlasan. Ikhlas menerima setiap takdir yang telah Allah gariskan, ikhlas menjalani setiap ujian yang diberikan. 
Dengan keikhlasan, lelah yang kita rasakan akan menjadi pelebur dosa-dosa kita. Bagaimana Agar Lelah Menjadi Lillah? Niatkan segala sesuatu karena Allah. Setiap pekerjaan, setiap aktivitas, setiap langkah yang kita ambil, niatkanlah karena Allah. Sabar dan ikhlas. Ketika rasa lelah mulai menghampiri, bersabarlah dan ikhlaslah. Yakinlah bahwa Allah tidak akan membebani hamba-Nya di luar batas kemampuannya. 
Perbanyak dzikir dan doa. Dzikir dan doa adalah sumber kekuatan bagi seorang Muslim. Dengan berdzikir dan berdoa, kita akan senantiasa merasa dekat dengan Allah. Istirahat yang cukup. Jangan lupa untuk beristirahat yang cukup. Tubuh kita juga membutuhkan waktu untuk memulihkan diri. Mencari ilmu. Dengan mencari ilmu, kita dapat meningkatkan pemahaman tentang agama, dan dengan begitu meningkatkan keikhlasan kita dalam beribadah. 
Lelah yang Berbuah Surga Setiap tetes keringat, setiap helaan napas, setiap langkah yang kita ambil dalam ketaatan kepada Allah, akan menjadi saksi di hari kiamat. Semoga setiap lelah yang kita rasakan menjadi lillah, menjadi pemberat timbangan amal kebaikan kita, dan mengantarkan kita menuju surga-Nya. Semoga Allah senantiasa memberikan kita kekuatan untuk menjalani setiap ujian dengan sabar dan ikhlas. Semoga setiap lelah kita menjadi lillah, menjadi jalan menuju ridha-Nya.

Esensi Ramadhan: Mencari Ampunan Allah SWT


Apa yang Dicari dalam Bulan Ramadhan? Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan ampunan. Umat Muslim di seluruh dunia menyambutnya dengan penuh antusias dan kegembiraan. Kebahagiaan Ramadhan terpancar dari setiap sudut masjid dan rumah, di mana orang-orang berlomba-lomba dalam kebaikan. Rasulullah SAW bersabda, 
"Barangsiapa yang shalat (tarawih) bersama imam hingga selesai, maka ditulis untuknya pahala shalat semalam suntuk." (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah). 

Hadis ini menunjukkan betapa besar pahala yang dijanjikan Allah SWT bagi orang-orang yang menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan ibadah. Tujuan Utama Ramadhan: Penyembahan kepada Allah SWT Allah SWT berfirman, 
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56).
Ayat ini menegaskan 1 bahwa tujuan utama penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Bulan Ramadhan adalah kesempatan emas untuk meningkatkan kualitas ibadah kita.  Memperbaiki Keimanan dan Tauhid Di bulan Ramadhan, keimanan dan tauhid kita diuji dan diperbaiki. Dengan berpuasa, kita belajar menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa, baik yang lahir maupun yang batin. Ini melatih kita untuk selalu merasa diawasi oleh Allah SWT. 

Antusiasme Menyambut Ramadhan 
Para sahabat Nabi SAW sangat antusias menyambut bulan Ramadhan. Mereka mempersiapkan diri jauh-jauh hari, bahkan enam bulan sebelumnya. Ini menunjukkan betapa mereka memahami keutamaan bulan Ramadhan. Ampunan Allah SWT: Tujuan Utama Yang paling dicari di bulan Ramadhan adalah ampunan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, 
"Sungguh merugi orang yang mendapati bulan Ramadhan tetapi tidak diampuni dosanya." (HR. Tirmidzi). 
Oleh karena itu, mari kita niatkan semua ibadah di bulan Ramadhan untuk mendapatkan ampunan Allah SWT. Simbol-Simbol Ibadah Ramadhan Sujud: Simbol keimanan dan ketundukan kepada Allah SWT. Zakat: Simbol kepedulian sosial dan pembersihan harta. Puasa: Simbol pengendalian diri dan peningkatan takwa. Tawaf ke kiri: Simbol kembali kepada Allah SWT. Semoga bulan Ramadhan ini menjadi kesempatan bagi kita untuk meningkatkan kualitas ibadah, memperbaiki diri, dan meraih ampunan Allah SWT.