Sunday, November 2, 2025

Strategi Survival Nabi Musa dari Ancaman Kekuasaan

Ahad pagi di Masjid Al Mu'minun, Perumahan Gayam Permai, kembali menjadi oase ilmu dan ketenangan. Melalui Kajian Rutin Ahad Pagi, kita berkesempatan menyelami mutiara hikmah Al-Qur'an di bawah bimbingan Ustadz Retno Ahmad P, Lc. Kali ini, fokus kajian tertuju pada Surah Al-Qashash ayat 21 sampai 24, sebuah fragmen kisah heroik dan penuh makna dari perjalanan awal Nabi Musa ’alaihissalam.
Ayat-ayat ini mengisahkan momen kritis dalam hidup Nabi Musa. Setelah tanpa sengaja membunuh seorang Qibthi (kaum Firaun), beliau harus meninggalkan Mesir negeri tempatnya dibesarkan demi menyelamatkan diri dari ancaman pembunuhan. 
Peristiwa ini melahirkan tiga pelajaran fundamental yang sangat relevan bagi kehidupan kita.

1. Pelarian yang Penuh Tawakal (Ayat 21)

فَخَرَجَ مِنْهَا خَآىِٕفًا يَّتَرَقَّبُ ۖ قَالَ رَبِّ نَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ
Keluar dari Mesir, Nabi Musa berada dalam dua keadaan kontradiktif namun sejalan: Takut (khāifan) dan Berharap/Waspada (yataraqqabu). Ketakutan adalah fitrah manusiawi saat menghadapi bahaya, namun ia tidak berujung pada keputusasaan. Rasa takut itu segera diimbangi dengan doa yang tulus, 

"Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu."

Ibrah: 
Ustadz Retno menekankan, rasa takut yang dibenarkan dalam Islam adalah rasa takut yang mendorong kita untuk bertindak, berusaha (seperti melarikan diri), dan diakhiri dengan penyerahan diri total kepada Allah (tawakal). Di tengah badai masalah, solusi pertama seorang mukmin adalah memohon pertolongan langsung dari Rabbul 'Alamin.

2. Harapan di Tengah Ketidakpastian (Ayat 22-23)
Dalam perjalanannya menuju negeri Madyan, Nabi Musa tidak memiliki peta, bekal yang cukup, atau jaminan keselamatan. Di tengah kelelahan, beliau berdoa: 

“Mudah-mudahan Tuhanku membimbingku ke jalan yang benar.”

Ketika tiba di sumur Madyan, beliau melihat dua orang perempuan yang menahan ternak mereka. Kisah interaksi ini mengajarkan kita tentang:
  • Pentingnya Nasehat (Kepedulian Sosial): Nabi Musa bertanya tentang masalah yang dihadapi kedua perempuan itu, menunjukkan kepedulian sosial yang tinggi.
  • Keadilan dan Kesopanan: Dua perempuan tersebut menjawab dengan sopan, menjelaskan bahwa mereka tidak bisa memberi minum ternak karena ayah mereka sudah tua dan mereka harus menunggu para penggembala laki-laki selesai.

Ibrah: 
Dalam keadaan sulit sekalipun, prinsip kebaikan dan tolong-menolong tidak boleh luntur. Pertolongan dari Allah sering datang melalui sebab yang tidak kita duga, asalkan kita tetap memelihara adab, kepedulian, dan kejujuran.

3. Kekuatan Doa dalam Keterbatasan (Ayat 24)
Setelah membantu dua perempuan itu, Nabi Musa berbalik ke tempat teduh. Dalam kondisi lapar, lelah, dan tanpa bekal, beliau memanjatkan doa yang masyhur dan indah:

رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku."

Doa ini bukan permintaan spesifik (misalnya, "beri aku makanan"), melainkan pengakuan total atas kefakiran (kebutuhan) kepada segala jenis kebaikan dari Allah. Doa ini adalah puncak dari tawakal: setelah berusaha (berlari dari Mesir dan membantu orang lain), sisanya adalah pasrah dan mengharap kebaikan dari-Nya.Ibrah: Doa Nabi Musa ini adalah etika meminta yang ideal. Ia mengajarkan bahwa Allah mencintai hamba-Nya yang mengakui kelemahan dan kemiskinannya, dan meyakini bahwa segala kebaikan hanya berasal dari-Nya. Setelah doa ini dipanjatkan, Allah segera menjawab dengan mempertemukan beliau dengan calon mertua (Nabi Syu’aib) dan rezeki yang baik.

Kisah Nabi Musa di awal Surah Al-Qashash adalah cetak biru bagi setiap Muslim yang sedang berjuang. Ia mengajarkan kita untuk menghadapi ketakutan dengan doa, mencari jalan keluar dengan usaha, dan menyempurnakan segala ikhtiar dengan tawakal dan keikhlasan.Mari kita jadikan perjalanan Nabi Musa ini sebagai motivasi untuk senantiasa berbuat baik dan memperkuat ikatan batin kita dengan Allah, karena sesungguhnya segala kebaikan yang kita butuhkan, hanya datang dari-Nya.Sampai jumpa pada Kajian Ahad Pagi berikutnya!

Saturday, November 1, 2025

Subuh Berjama'ah : Ahad, 2 November 2025

 


Ahadmu harus diawali dengan langkah penuh berkah! 
Mari bersama-sama meraih keutamaan Shalat Subuh berjamaah dan menuntut ilmu. 
 Kajian Ahad Pagi Spesial! 
 Bersama: 👤 Ustadz Retno Ahmad Pujiono, LC. 
🗓️ WAKTU: Hari: Ahad, 2 November 2025 
 Waktu: Dimulai Shalat Subuh Berjamaah (Tepat Waktu!) 
 Tempat: Masjid Al Mu'minun, Perumahan Gayam Permai, Banjarnegara 
 Mari kita kokohkan akidah dan tingkatkan iman di awal pekan ini. 
Ajak keluarga, tetangga, dan sahabat Anda! 

📍 Lokasi: Masjid Al Mu'minun Perumahan Gayam Permai Banjarnegara
#gayampermai #masjidalmuminun #kajianahadpagi #kajiansubuh #kajianislam #ustadzretnoahmadpujiono #banjarnegara #infokajian #ngajiyuk #subuhberjamaah

Sunday, October 26, 2025

Kebaikan adalah Investasi Abadi!


Kajian Rutin Ahad Pagi : 26 Oktober 2025
Penceramah : Ustadz Ulil Albab Al Hafidz

Al-Qur'an adalah Al-Furqan, kriteria pembeda antara yang benar. Sebagai petunjuk universal, ia tidak hanya menetapkan hukum, tetapi juga membentuk karakter dan moral, memastikan bahwa setiap aspek kehidupan seorang mukmin, mulai dari doa yang terucap hingga tindakan yang diperbuat, selaras dengan kehendak Ilahi. Dalam Surah Al-Furqan, Allah SWT menguraikan sifat-sifat Ibadurrahman (hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih), menunjukkan bahwa keimanan sejati tercermin dalam kualitas luhur jiwa dan amal perbuatan.
Salah satu sifat paling mulia dari Ibadurrahman adalah doa mereka untuk keluarga, sebuah permohonan yang menunjukkan orientasi hidup yang melampaui kepentingan duniawi:

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا 
 (“Rabbana hab lana min azwajina wa dzurriyatina qurrata a’yun, waj'alna lil muttaqina imama.”)

Artinya: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Furqan: 74)
Makna Mendalam: 
Kebaikan yang Bersambung
"Qurrata A’yun" (Penyenang Hati): Tafsir ulama menjelaskan bahwa "penyenang hati" di sini secara spesifik adalah anak yang taat kepada Allah (sholeh) dan menjalankan sunnah Rasulullah SAW. Doa ini adalah permohonan agar anak-anak kami menjadi manusia yang sholeh, yang kehadirannya di dunia dan akhirat membawa ketenangan, bukan kegelisahan.
Kebaikan Berkesinambungan: Doa ini secara implisit memohon agar Allah menjadikan kebaikan yang bersambung-menyambung pada keturunan-keturunan kita semua. Sebab, ketika keturunan menjadi sholeh, amal kebaikan mereka akan menjadi pahala jariyah yang tak terputus bagi orang tua yang mendidik dan mendoakannya.
Kepemimpinan Takwa: Puncak doa ini adalah permintaan untuk dijadikan "Imam bagi orang-orang yang bertakwa." Ini menuntut kita untuk menjadi panutan dalam keimanan dan ketaatan, membuktikan bahwa ucapan doa kita didukung oleh tindakan ketakwaan yang nyata.
Kisah keimanan juga mengajarkan tentang ketekunan dalam kebaikan, bahkan ketika hasilnya baru terlihat setelah rentang waktu yang sangat lama. Diriwayatkan dalam beberapa sumber Islam, Nabi Ibrahim AS pernah memanjatkan doa bersama putranya, Nabi Ismail AS, setelah selesai meninggikan pondasi Ka'bah: 
 "Ya Tuhan kami, utuslah di antara mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (QS. Al-Baqarah: 129)

Kisah ini menyoroti sebuah keajaiban waktu: Nabi Muhammad SAW yang merupakan keturunan Nabi Ismail AS lahir dan diutus menjadi Rasul, yang sebagian ulama menafsirkan bahwa itu adalah bukti terkabulnya doa Nabi Ibrahim AS setelah rentang waktu yang diperkirakan mencapai sekitar 3.000 tahun.














Saturday, October 25, 2025

Subuh Berjama'ah dan Kajian Ahad Pagi


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Dengan mengharap Ridho Allah Subhanahu Wa Ta'ala, kami mengundang Bapak/Ibu, Saudara/i Kaum Muslimin dan Muslimat untuk hadir dalam kegiatan Kajian Ahad Rutin Pagi.
Mari bersama-sama meraup pahala di waktu Dhuha dengan mendengarkan nasehat dan ilmu agama.

🗓 Hari/Tanggal: Ahad, 26 Oktober 2025 
⏰ Waktu: Ba'da Sholat Subuh Berjama'ah - Selesai 
🕌 Tempat: Masjid Al-Mu'minun (Perumahan Gayam Permai) 
🎤 Pemateri: Ustadz Ulil Albab Al Hafidz 
📚 Tema: (-)

Rangkaian Acara:
  1. Sholat Tahiyatul Masjid 
  2. Sholat Qobliyah Subuh 
  3. Sholat Subuh Berjama'ah 
  4. Kajian Ilmiyah 
  5. Sesi Tanya Jawab 
  6.  Makan Pagi Bersama 
 
Disarankan membawa alat tulis untuk mencatat faedah. Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga. (HR. Muslim) Jazakumullahu khairan katsiran atas kehadirannya. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Sunday, October 19, 2025

Memakmurkan Masjid, Mencerahkan Umat (2016-2025)

Menuju sembilan tahun pelaksanaan kegiatan. Pada tanggal 18 Desember 2016, sebuah langkah kecil namun revolusioner dicanangkan: "Gerakan Sholat Subuh Berjama'ah." Gerakan ini, yang bukan sekadar seruan, tetapi sebuah undangan yang terus menerus disampaikan, telah menjadi denyut nadi keimanan bagi para jamaah. Hari ini, 19 Oktober 2025, kita berdiri di titik ini untuk merenungkan sejauh mana jejak istiqomah ini telah membekas.
Gerakan ini, yang terus menerus menyatukan shaf-shaf di waktu fajar, telah bertransformasi menjadi sebuah kebiasaan kolektif. Ia adalah jawaban atas tantangan terberat bagi seorang muslim: menaklukkan selimut tidur demi panggilan Illahi di waktu subuh.

Undangan Pertama Gerakan Subuh Berjama'ah


Sejak undangan pertama pada akhir tahun 2016, "Gerakan Sholat Subuh Berjama'ah" telah membuktikan bahwa keimanan adalah soal disiplin dan komitmen. Keberhasilan Disiplin Spiritual: Subuh berjamaah adalah indikator terkuat keimanan seseorang. Keistiqomahan selama sembilan tahun membuktikan bahwa masjid telah berhasil menjadi magnet spiritual di waktu yang paling berat. Jamaah telah menjadikan subuh bukan lagi beban, melainkan kebutuhan.
Fondasi Ukhuwah: Sholat Subuh berjamaah adalah tempat pertemuan terbaik. Di sinilah, sebelum kesibukan dunia dimulai, seluruh lapisan masyarakat berkumpul dalam kesetaraan. Kesatuan shaf di subuh hari adalah fondasi ukhuwah yang kokoh untuk menghadapi kerasnya dunia di siang hari.
Pembaruan Niat Harian: Mengawali hari dengan bersujud dan berdzikir adalah cara terbaik "me-recharge" energi iman. Inilah modal utama keberkahan rezeki dan kelancaran urusan harian yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW.
Keberkahan subuh berjamaah dilanjutkan dengan kajian Rutin Ba'da Sholat Subuh Ahad Pagi, menghadirkan Ustadz-ustadz yang mumpuni dibidangnya semakin mencerahkan keimanan jama'ah. Jika sholat adalah nutrisi jiwa, maka kajian adalah makanan akal dan pemandu amal. 
Kegiatan ini menegaskan bahwa Islam adalah agama yang paripurna, tidak hanya memerintahkan ibadah ritual (sholat), tetapi juga menuntut penambahan ilmu (kajian). Kajian rutin Ahad Pagi berfungsi sebagai pabrik pemahaman yang mencerahkan, memastikan ibadah yang dilakukan berlandaskan ilmu yang benar.
Konsistensi mengadakan kajian selama sembilan tahun adalah bukti komitmen terhadap pembinaan umat yang berkelanjutan, bukan sekadar musiman. Materi-materi yang disampaikan, mulai dari tauhid, fiqih, hingga tafsir, telah membentuk pemahaman keagamaan yang matang dan moderat di kalangan jamaah.

Dari 18 Desember 2016 hingga 19 Oktober 2025, perjalanan sembilan tahun "Gerakan Subuh Berjama'ah dan Kajian Rutin Ahad Pagi" adalah sebuah masterpiece keistiqomahan. Undangan yang konsisten disampaikan telah menghasilkan hasil yang nyata: masjid yang hidup dan umat yang tercerahkan.
Refleksi ini harus menjadi pemicu, bukan hanya perayaan. Tugas kita ke depan adalah memastikan obor istiqomah ini tidak padam. Melalui langkah kaki yang tetap tegar menuju masjid di waktu fajar, dan semangat yang tak pernah lelah untuk terus belajar dan mengkaji, kita menjamin bahwa warisan spiritual ini akan terus mengakar, membentuk generasi yang kuat imannya dan luas ilmunya.
Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi keistiqomahan kita dan menjadikan setiap langkah kaki dan setiap helai ilmu yang kita dapatkan sebagai timbangan amal kebaikan di akhirat kelak. Aamiin.

Rahasia Takdir Ilahi Hingga Hangatnya Sate Ayam Ukhuwah

Pagi yang cerah di Perumahan Gayam Permai Banjarnegara kembali disinari oleh cahaya ilmu dan keimanan melalui kegiatan Kajian Rutin Ahad Pagi yang diselenggarakan oleh Takmir Masjid Al Mu'minun. Dalam suasana penuh kekeluargaan, jamaah berkesempatan mendalami tema krusial, yaitu Takdir, dengan merujuk pada lautan hikmah dalam Al-Qur'an Surat At-Taghabun ayat 11 sampai dengan 13.
Bersama al-Ustadz Yusman, S.H.I., kajian ini menjadi momen berharga untuk merenungkan kembali hakikat kehidupan, musibah, dan kehendak mutlak Allah SWT. Ayat 11 dari Surah At-Taghabun menegaskan sebuah prinsip agung:

"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah..."

Pesan utama dari ayat ini adalah pengakuan total terhadap kekuasaan Allah (Takdir) sebagai sumber segala kejadian, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Keimanan sejati kepada Takdir inilah yang menjadi kunci bagi hati seorang mukmin untuk mendapatkan petunjuk, ketenangan, dan kesabaran saat menghadapi cobaan

Ayat-ayat berikutnya (12-13) kemudian menjadi penegasan dan konsekuensi logis dari penerimaan takdir tersebut. Ayat 12 mengingatkan kita pada kewajiban fundamental: ketaatan mutlak kepada Allah dan Rasul-Nya. Sementara Ayat 13 menegaskan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, yang kemudian diakhiri dengan perintah yang mendalam, 

"Dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakal kepada Allah saja."

Dari uraian Ustadz Yusman, jamaah diajak memahami bahwa iman kepada Takdir tidak berarti fatalisme atau pasrah tanpa usaha. Sebaliknya, ia memacu seorang mukmin untuk berikhtiar semaksimal mungkin, berpegang teguh pada syariat, dan kemudian menyerahkan segala hasilnya kepada Allah (Tawakal). Ketika musibah datang, seorang mukmin dengan iman yang benar akan mendapatkan ketenangan di hati karena yakin bahwa semua itu adalah bagian dari rencana dan ilmu Allah yang Maha Sempurna. Hati yang tertuntun oleh iman akan senantiasa berbaik sangka kepada ketetapan-Nya.

Sesi kajian yang mencerahkan ini ditutup dengan ramah-tamah yang hangat, yaitu makan Sate Ayam bersama yang dipersiapkan dengan penuh keikhlasan oleh Ibu-ibu Pengajian Asy Syifa. Lebih dari sekadar hidangan, momen ini menjadi simbol eratnya ukhuwah islamiyah dan kebersamaan di antara warga Perumahan Gayam Permai, menegaskan bahwa ilmu dan iman akan semakin kokoh jika diiringi dengan jalinan silaturahmi dan amal saleh.
Semoga ruh keimanan dan tawakal yang kita dapatkan dari Surah At-Taghabun ini dapat terus kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari, menjadi bekal untuk menghadapi setiap ketetapan Allah dengan hati yang sabar dan bersyukur. Wallahu a'lam bish-shawab.

















Saturday, October 18, 2025

Undangan Subuh Berjama'ah, 19 Oktober 2025

 


Undangan Subuh Berjama'ah dilanjutkan dengan Kajian rutin Ahad Pagi, 19 Oktober 2025. Bersama Ustadz Yusman, SHI. Selaku Ketua Takmir Masjid Al Mu'minun Perumahan Gayam Permai Banjarnegara

Monday, October 13, 2025

Kisah Pangeran Yang Menolak Fasilitas Negara



Judul Kajian: Kesehatan dan Waktu: Cermin Kezuhudan Seorang Pangeran
Pemateri : Ustadz Firdaus Maulana Akbar, Lc.
Waktu : Ahad, 12 Oktober 2025 (Pukul 05.00 - Selesai)
Tempat: Masjid Al-Mu'minun, Perumahan Gayam Permai, Banjarnegara

Pengajian Ahad Pagi di Masjid Al-Mu'minun, 12 Oktober 2025, menghadirkan Ustadz Firdaus Maulana Akbar, Lc., dengan materi yang membumi namun menggugah: Kesehatan dan Waktu. Kedua nikmat ini seringkali terlupakan nilainya hingga keduanya dicabut. Ustadz menekankan bahwa dalam Islam, pengelolaan diri (termasuk tubuh dan waktu) adalah bentuk ketaatan, sebuah filosofi hidup yang sempurna tercermin dalam kisah-kisah para pendahulu yang luhur.

Ustadz Firdaus Maulana Akbar memulai kajian dengan mengingatkan hadits Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam tentang dua nikmat yang sering dilalaikan manusia, yakni kesehatan dan waktu luang. Kesehatan adalah modal utama ibadah dan produktivitas, sementara waktu adalah bejana tempat amal saleh diletakkan. Keduanya menuntut tanggung jawab dan manajemen yang baik dari setiap Muslim.
Poin kunci dari kajian ini kemudian dikaitkan dengan makna zuhud (meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat di akhirat), khususnya dalam konteks profesionalisme dan integritas. Ustadz kemudian mengangkat kisah yang sangat inspiratif:

Kisah Pangeran Penolak Fasilitas Negara
Dalam kemegahan Dinasti Abbasiyah, putra Khalifah Harun Ar-Rasyid memilih jalan sunyi. Ia menolak fasilitas istana dan hidup mandiri sebagai buruh harian. Ia bekerja dengan upah sangat sederhana 1/6 Dirham atau kurang lebih 600 ribu rupuah, tinggal di rumah yang selayaknya disebut sebuah gubug, dan menetapkan syarat kerja yang tegas: 
  • Ia hanya bekerja 1 hari yaitu di hari Sabtu dari pukul 05.00 s.d. 22.00. 
  • Ia harus berhenti bekerja tepat saat azan berkumandang untuk menunaikan salat berjamaah.
Kisah yang diriwayatkan Abdullah bin Al-Faraj ini menjadi sorotan Ustadz. Pangeran itu tidak hanya bekerja profesional, Ia bahkan menolak uang tip, hanya mau menerima upah yang menjadi haknya. Hidupnya penuh integritas, menunjukkan keseimbangan sempurna antara mencari rezeki halal (dunia) dan ketaatan beribadah (akhirat). 

Bahkan saat terbaring sakit, ia hanya berbantalkan batu dan wasiatnya hanya sehelai kain kafan dari baju yang ia pakai. Identitasnya baru terungkap setelah ia meninggal. Sebelum meninggal ia memberi wasiat kepada Abdullah Bin Al Faraj agar menyerahkan mutiara untuk diserahkan kepada Khalifah, Harun Al Rasyid. Hal inilah yang membuat sang Khalifah menangis haru di pusara anaknya.
Jadi selama ini sang anak Khalifah rela untuk menujukan jatidirinya tanpa membawa nama ayahnya. Saat berpamitan dulu anaknya memohon ijin kepada Ayahnya (Harun Al Rasyid) untuk menuntut ilmu dan Sang Ayah membekali dengan sebutir Mutiara sebesar bola tenis.

Ustadz Firdaus menjelaskan bahwa zuhud bukanlah kemiskinan, melainkan kekayaan jiwa yang tidak bergantung pada fasilitas dunia. Pangeran itu mengajarkan nilai-nilai penting:
  • Prioritas Waktu: Tidak ada kesibukan duniawi yang boleh menunda panggilan Allah (salat tepat waktu).
  • Integritas Harta: Hanya menerima hak yang telah disepakati (menolak uang tip) adalah cermin jiwa yang mulia.
  • Kemandirian: Anak seorang tokoh besar memilih berdiri di atas kakinya sendiri, sebuah teladan yang patut dicontoh oleh generasi muda.
Ustadz Firdaus Maulana Akbar menekankan bahwa kesehatan dan waktu harus dimanfaatkan untuk mencapai kualitas hidup tertinggi, yaitu hidup yang seimbang antara dunia dan akhirat.
Kisah putra Harun Ar-Rasyid adalah teguran keras bagi kita semua. Jika seorang pangeran pewaris tahta mampu menanggalkan kemewahan demi integritas dan ketaatan, maka seharusnya kita yang memiliki tanggung jawab yang lebih ringan mampu mengelola waktu, menjaga kesehatan, dan menjalani hidup dengan profesionalisme serta ketaatan yang sama.
Pengajian di Masjid Al-Mu'minun pagi itu bukan hanya menambah ilmu, tetapi juga menumbuhkan semangat untuk menjadi pribadi yang mandiri, berintegritas, dan selalu menempatkan urusan akhirat di atas godaan dunia. Ini adalah cermin dari sabda Sayyidina Ali: "Pemuda itu ialah yang berani berkata inilah aku, dan bukanlah pemuda itu yang berkata inilah ayahku."