Golongan Manusia Berdasarkan Harta

Kajian 16 Ramadhan 1443 H, (Sabtu 16 April2022)

Hadist Nabi Muhammad, yang Artinya: “Sesungguhnya dunia diisi oleh empat golongan orang. (Pertama), seorang hamba yang dikaruniai Allah harta dan ilmu, dan dengan ilmu itu ia bertakwa kepada Allah dan dengan harta itu ia dapat menggunakannya untuk menyambung silaturrahim. Dan ia tahu bahwa Allah memiliki hak padanya, dan inilah tingkatan yang paling baik" (HR.Imam Tirmidi dan Ahmad)

Rezeki yang diusahakan oleh setiap Muslim diharapkan dari sumber yang halal. Harta selain halal juga diharapkan memberikan manfaat kepada umat dan dapat meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Muara dari harta yang halal dan manfaat adalah menjadi berkah, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk kemaslahatan umat.

Rasulullah SAW juga pernah bersabda mengenai golongan-golongan manusia yang akan menghuni muka bumi berdasarkan hartanya. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Imam Ahmad. Dalam hadis itu, Rasulullah SAW menyebutkan ada empat golongan manusia. 
Pertama, manusia yang diberikan kelebihan harta dan memiliki ilmu agama dan ketaatan kepada Allah SWT. Golongan orang ini kemudian membelanjakan hartanya untuk beribadah di jalan Allah SWT.
Golongan manusia ini senantiasa memenuhi potensi hartanya untuk dibelanjakan guna meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. 
"Rasulullah SAW menyebut, golongan manusia yang pertama ini memiliki kedudukan yang sangat tinggi"
Golongan kedua adalah manusia yang memiliki pemahaman agama, tapi dia tidak memiliki kelebihan harta. Kendati begitu, orang ini yakin, jujur, serta memiliki keinginan untuk membelanjakan hartanya guna meningkatkan takwanya kepada Allah. Dengan niat ini pahala yang didapat golongan kedua ini sama dengan golongan pertama. 
Golongan ketiga merupakan manusia yang memiliki kelebihan harta, tapi tidak disertai dengan pemahaman ilmu agama dan upaya meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT. Golongan ini menggunakan potensi hartanya untuk bermaksiat kepada Allah. Mereka juga tidak memenuhi hak-hal Allah lewat hartanya.
"Golongan manusia ini menurut Rasulullah SAW merupakan golongan manusia yang paling jahat dan keji,"
Golongan  keempat, yang tidak memiliki pemahaman agama dan kelebihan harta. Golongan manusia ini pun berharap memiliki kekayaan agar bisa dihambur-hamburkan dan dibelanjakan seperti layaknya golongan ketiga. Rasulullah SAW menyebut dosa golongan keempat ini sama dengan dosa golongan ketiga.

Dalam sebuah hadis, Amr bin Ash pernah menolak pemberian harta rampasan perang dari Rasulullah SAW. Padahal, harta rampasan perang itu merupakan hasil yang didapat Amr bin Ash saat berhasil menyelesaikan misi dari Rasulullah SAW. Namun, Rasulullah SAW meminta Amr bin Ash untuk menerima harta tersebut. Rasulullah SAW bersabda, "Wahai Amr, silakan ambil harta ini karena sebaik-baik harta adalah yang saleh dan dipegang oleh orang yang saleh." 
Dari hadis ini muncul istilah harta yang saleh. Pertama, didapatkan secara halal dan dari usaha yang tidak bernafsu. Selain itu, dalam riwayat lain, Rasulullah SAW pernah ditanya oleh sahabat mengenai harta yang baik dan bagus. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad itu, Rasulullah SAW menyebutkan, harta yang baik dan bagus adalah harta yang didapatkan dari jerih payah orang itu sendiri, bukan pemberian, hadiah atau warisan, dan harta berupa keuntungan dari transaksi.

Share:

Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa)


Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat (HR.Muslim).
Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa seseorang itu tidak akan masuk surga sehingga mengamalkan perkara-perkara yang dibenci jiwa, begitupula sebaliknya seseorang itu tidak akan masuk neraka sehingga ia mengamalkan perkara-perkara yang disenangi oleh syahwat. Demikian itu dikarenakan ada tabir yang menghiasi surga dan neraka berupa perkara-perkara yang dibenci ataupun yang disukai jiwa. Barangsiapa yang berhasil membuka tabir maka ia akan sampai kedalamnya. 
Tabir surga itu dibuka dengan amalan-amalan yang dibenci jiwa dan tabir neraka itu dibuka dengan amalan-amalan yang disenangi syahwat. Diantara amalan-amalan yang dibenci jiwa seperti halnya bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah Ta’ala serta menekuninya, bersabar disaat berat menjalankannya, menahan amarah, memaafkan orang lain, berlaku lemah lembut, bershadaqah, berbuat baik kepada orang yang pernah berbuat salah, bersabar untuk tidak memperturutkan hawa nafsu dan yang lainnya. 
Sementara perkara yang menghiasi neraka adalah perkara-perkara yang disukai syahwat yang jelas keharamannya seperti minum khamr, berzina, memandang wanita yang bukan mahramnya (tanpa hajat), menggunjing, bermain musik dan yang lainnya. Adapun syahwat (baca:keinginan) yang mubah maka tidak termasuk dalam hal ini. Namun makruh hukumnya bila berlebih-lebihan karena dikhawatirkan akan menjerumuskan pada perkara-perkara haram, setidaknya hatinya menjadi kering atau melalaikan hati untuk melakukan ketaatan bahkan bisa jadi hatinya menjadi condong kepada gemerlapnya dunia.”(Syarhun Nawawi ‘ala Muslim, Asy-Syamilah). 

“Yang dimaksud dengan al-makarih (perkara-perkara yang dibenci jiwa) adalah perkara-perkara yang dibebankan kepada seorang hamba baik berupa perintah ataupun larangan dimana ia dituntut bersungguh-sungguh mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan tersebut. Seperti bersungguh sungguh mengerjakan ibadah serta berusaha menjaganya dan menjauhi perbuatan dan perkataan yang dilarang Allah Ta’ala. 
Penggunaan kata al-makarih disini disebabkan karena kesulitan dan kesukaran yang ditemui seorang hamba dalam menjalankan perintah dan meninggalkan larangan. Adapun yang dimaksud syahwat disini adalah perkara-perkara yang dilakukan untuk menikmati lezatnya dunia sementara syariat melarangnya. Baik karena perbuatan tersebut haram dikerjakan maupun perbuatan yang membuat pelakunya meninggalkan hal yang dianjurkan. Seakan akan Nabi shallallahu’alaihi wasallam mengatakan seseorang tidaklah sampai ke surga kecuali setelah melakukan amalan yang dirasa begitu sulit dan berat. 
Dan sebaliknya seseorang tidak akan sampai ke neraka kecuali setelah menuruti keinginan nafsunya. Surga dan nereka dihijabi oleh dua perkara tersebut, barangsiapa membukanya maka ia sampai kedalamnya. Meskipun dalam hadits tersebut menggunakan kalimat khabar (berita) akan tetapi maksudnya adalah larangan.”(Fathul Baari 18/317, Asy-Syamilah) .

Jika waktu puasa telah tiba sementara jiwamu merasa enggan menunaikannya, ingatkan dirimu degan hadits ini. Sungguh surga itu diliputi perkara yang dibenci jiwa. Begitu juga ketika jiwamu merasa malas untuk berbakti kepada orang tua, enggan berbuat baik kepada keduanya dan merasa berat memenuhi hak-haknya, ingatkan dirimu dengan hadits ini bahwa surga itu diliputi perkara yang dibenci jiwa”. Beliau hafidzahullah juga berkata, “Sebaliknya ketika jiwamu condong kepada perbuatan-perbuatan keji,zina dan perbuatan haram maka ingatkan dirimu bahwa neraka itu diiputi perkara-perkara yang disenangi syahwat. Ingatkan pula jika sekarang engkau lakukan perbuatan ini maka kelak engkau akan masuk neraka. 
Jika jiwamu tergoda dengan perbuatan riba, maka ingatkan dirimu bahwa Allah dan rasulNya telah mengharamkannnya dan pelakunya kelak akan masuk neraka. Begitu juga ketika jiwamu sedang ketagihan minum minuman keras dan minuman haram lainnya maka ingatkan dirimu bahwa neraka itu diliputi perkara-perkara yang disenangi syahwat. 
Ketika jiwamu merasa rindu mendengarkan musik, lagu-lagu dan nyanyian-nyanyian yang telah Allah haramkan atau ketika kedua matamu mulai condong melihat sesuatu yang Allah haramkan berupa vcd-vcd porno, gambar-gambar porno dan pemandangan haram lainnya maka ingatkan dirimu bahwa neraka itu diliputi perkara-perkara yang disenangi syahwat.
Jika engkau selalu menerapkan hadits ini dalam sendi-sendi kehidupanmu dan berusaha menghadirkannya setiap saat maka dengan ijin Allah engkau akan bisa menjauhi perbuatan haram dan memudahkanmu menjalankan ketaatan kepadaNya.”(Muhadharah Syaikh Abdurrazzaq hafidzahullah).

Dari berbagai Sumber




Share:

Umat Nabi Muhammad SAW yang Diingkari Beliau


Sudah melaksanakan semua rukun Islam, tetapi Nabi Muhammad mengikarinya atau bukan termasuk dari golongan Nabi Muhammad. Beberapa perilaku yang seharunya kita hindari agar kita terhindar dari har diatas. Bahkan orang tersebut telah melaksanakan haji misalnya. Sholat wajib 5 waktu, bahkan sholat-sholat sunah juga dikerjakan akan tetapi Nabi Muhammad tidak mengakui sebagai bagian dari umatnya. Har-hal itu adalah :
1. Meratap 
Meratap disini misalkan kehilangan saudaranya yang meninggal sampai menangis sejadi-jadinya.
Sedih merupakan bagian fitrah dari perasaan manusia. Rasulullah Saw jug merasakan kesedihan kala ia ditinggal wafat paman yang selalu melindungi dakwahnya di Makkah, Abu Thalib. Menyusul kemudian turut wafat istri yang sangat ia cintai, Khadijah RA.
Kesedihan juga menggelayuti Rasulullah SAW kala anak laki-lakinya, Ibrahim meninggal dunia. Hadis dalam Fikih Sunnah karya Sayyid Sabiq menyebutkan bahwa Rasulullah tampak meneteskan air mata kala Ibrahim wafat.
Syekh Nawawi al-Bantani juga mengutip sabda Nabi Muhammad Saw. Beliau bersabda, “Meratap merupakan salah satu perilaku jahiliyah.” Dalam riwayat Ibnu Majah juga disebutkan, “Meratap merupakan perilaku jahiliyah. 
Sesungguhnya bila wanita yang meratap itu meninggal dan belum sempat bertaubat, maka Allah Swt memotong beberapa baju dari ter dan baju kurug dari nyala api untuknya.” Dalam hadits lain, Nabi Muhammad bersabda, “Wanita peratap akan datang di hari kiamat sembari menggonggong seperti anjing.” Menurut Syekh Nawawi al-Bantani, hadits terebut menunjukkan bahwa meratap termasuk dosa besar. Dia pun mengutip perkataan ulama yang terdapat dalam kitab az-Zawajir.
2. Memusuhi dan Menipu Umat Islam
3. Tidak saling menghormati
4. Fanatik pada kelompok
Para sahabat seringkali dikelompokkan menjadi dua golongan, yakni Muhajirin (orang yang berhijrah dari Makkah ke Madinah) dan Anshar (orang Madinah yang memberi pertolongan kepada orang Makkah yang berhijrah). Pada dasarnya golongan-golongan itu tidak masalah selama tidak sampai pada fanatisme yang berlebihan sehingga tidak mengukur kemuliaan seseorang berdasarkan golongan, hal ini karena memang Allah Swt mengakuinya, hal ini terdapat dalam firman Allah yang artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS 49:13).
5. Pendengki, Pengumpat dan Perdukunan
Sesama Muslim  merupakan saudara, sehingga sangat tidak tepat jika ada perasaan atau sikap hasad, dengki atau iri hati. 
Sifat hasad merupakan sikap yang menunjukkan tidak sukanya seseorang atas kemajuan atau kebaikan yang dicapai orang lain. Karenanya, segala usaha akan dilakukannya untuk menghambat laju pencapaian kemajuan itu. Menjelek-jelekan orang tersebut dengan mengumpat, yakni membicarakan hal-hal yang buruk dengan maksud penghinaan yang tentu saja tidak disukai oleh orang yang dibicarakannya itu, bahkan kalau cara itu tidak juga bisa menghambat kemajuan, ia tidak ragu-ragu untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan aqidah sekalipun, yakni memanfaatkan perdukunan. Ia berusaha untuk menghancurkan kemajuan itu dengan meminta bantuan dukun, sehingga sang dukun tidak segan-segan untuk menuruti apa maunya orang ini, termasuk segala hal yang bisa menyebabkan kematian seseorang. Para dukun bisa menggunakan sihir, santet dan segala perbuatan syaitan lainnya untuk menghambat kemajuan seseorang.

Bukanlah termasuk golonganku orang yang memiliki sifat dengki, mengumpat dan perdukunan, demikian pula aku bukan termasuk golongannya (HR.Thabrani).

6. Merusak Hubungan
Dari keluarga yang baik, diharapkan akan lahir masyarakat yang baik. Dari sisi inilah, kedudukan keluarga menjadi sangat penting sehingga kita memiliki kepentingan yang sangat dalam bagi terwujudnya kehidupan suami isteri yang harmonis dalan keluarga, karena keharmonisan suami isteri sedikit banyak berdampak dalam kehidupan masyarakat.karenanya ajaran Islam memberikan perhatian yang begitu besar dalam masalah keluarga sehingga begitu detail masalah ini diatur dan dijelaskan dalam syari’at Islam.Karena itu, sangat wajar bila seseorang tidak akan diakui sebagai umat Nabi Muhammad saw bila ia menjadi faktor yang menyebabkan keretakan hubungan suami isteri, apalagi bila sampai menimbulkan perceraian.
Bukan golongan kamu orang yang merusak (hubungan) perempuan atas suaminya atau budak atas tuannya (HR. Abu Daud dan Hakim).











Share:

Doa dan Adab-adabnya


Berdoa adalah meminta sesuatu kepada Allah SWT dengan harapan dikabulkan dengan perasaan tunduk dan penuh harap. 
 Perintah berdoa 
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah : 186) 
Diriwayatkan dari Nu’man ibn Basyir, bahwa Rasulullah SAW besabda : Tuhanmu telah berkata “berdo’alah kepadaku maka akan kukabulkan”, Rasul berkata : do’a adalah ibadah… 

 Adab Berdoa 
Pertama,Memulai doa dengan pujian terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian Salawat dan Salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, selanjutnya bertawasul kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tawasul yang disyariatkan, seperti dengan bertauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan asma’ dan sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan amal shalih dan selainnya. 
Kedua, Mencari Waktu yang Mustajab Di antara waktu yang mustajab adalah hari Arafah, Ramadhan, sore hari Jumat, dan waktu sahur atau sepertiga malam terakhir. Allah turun ke langit dunia setiap malam, ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku kabulkan, siapa yang meminta, akan Aku beri, dan siapa yang memohon ampunan pasti Aku ampuni’.” (HR. Muslim)
Ketiga,Memanfaatkan Keadaan yang Mustajab Untuk Berdoa Di antara keadaan yang mustajab untuk berdoa adalah: ketika perang, turun hujan, ketika sujud, antara adzan dan iqamah, atau ketika puasa menjelang berbuka. Abu Hurairah radhiallahu’anhu mengatakan, “Sesungguhnya pintu-pintu langit terbuka ketika jihad fi sabillillah sedang berkecamuk, ketika turun hujan, dan ketika iqamah shalat wajib. Manfaatkanlah untuk berdoa ketika itu.” (Syarhus Sunnah al-Baghawi, 1: 327) 
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Doa antara adzan dan iqamah tidak tertolak.” (HR. Abu Daud, Nasa’i, dan Tirmidzi) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Keadaan terdekat antara hamba dengan Tuhannya adalah ketika sujud. Maka perbanyaklah berdoa.” (HR. Muslim) 
Ketiga, Menghadap Kiblat dan Mengangkat Tangan 
Dari Jabir radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di Padang Arafah, beliau menghadap kiblat, dan beliau terus berdoa sampai matahari terbenam. (HR. Muslim) Dari Salman radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Tuhan kalian itu Malu dan Maha Memberi. Dia malu kepada hamba-Nya ketika mereka mengangkat tangan kepada-Nya kemudian hambanya kembali dengan tangan kosong (tidak dikabulkan).” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dan beliau hasankan) 
Cara mengangkat tangan: Ibnu Abbas radhiallahu’anhu mengatakan, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berdoa, beliau menggabungkan kedua telapak tangannya dan mengangkatnya setinggi wajahnya (wajah menghadap telapak tangan). (HR. Thabrani) Catatan: Tidak boleh melihat ke atas ketika berdoa. 
 Keempat, Dengan Suara Lirih dan Tidak Dikeraskan.




Share:

Sholat Pembuka Pintu Amal Kebaikan

 

Kajian Subuh 13 Ramadhan 1443H (13 April 2022)

Shalat adalah sebaik-baiknya ibadah badaniyah. Shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab. Sehingga shalat menjadi ibadah yang paling utama, dan menjadi patokan amal yang lainnya. Shalat menjadi pintu pembuka dalam setiap bentuk amal kebaikan lain yang dilakukan seorang hamba. Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menyebutkan tentang shalat, yang berarti mengandung maksud bahwa shalat mempunyai kedudukan, fungsi, serta peranan yang sangat penting dalam Islam. 

Dalam Al-Qur’an terdapat 93 pengulangan kata shalat yang beberapa diantaranya berdampingan dengan kata sabar dan zakat. Oleh sebab itu jika kewajiban shalat ini diingkari, maka akan menyebabkan orang yang mengingkarinya menjadi kufur. Ibadah shalat merupakan perwujudan langsung hubungan manusia dengan Allah. Shalat adalah ibadah yang menunjukkan adanya ikatan yang kuat antara hamba dengan Tuhannya. Dalam shalat, hamba seolah berada di hadapan Tuhannya dan memohon kepada-Nya. Ketika seseorang mampu khusyu’ di dalam shalatnya,

Shalat, baik yang wajib maupun sunnah, dapat membersihkan kotoran dan penyakit dalam diri manusia. Kebersihan memiliki dua bagian; Pertama, kebersihan inderawi (al-bissiyah), yaitu kebersihan fisik manusia dari segala macam kotoran dan najis. Kedua, kebersihan maknawi (al-ma’nawiyah), yaitu kebersihan psikis manusia dari segala maksiat dan perbuatan tercela. 

Kebersihan pertama berkaitan dengan syarat-syarat sah shalat, sedangkan kebersihan kedua berkaitan dengan kualitas ke khusyuan dalam shalat.Seseorang yang shalat dengan mengenakan pakaian atau bertempat di tempat yang najis maka secara lahiriah shalatnya tidak sah, demikian pula seseorang yang shalat namun di dalam batinnya menyimpan rasa riya atau sombong maka shalatnya tidak diterima. Kebersihan dalam shalat merupakan proses untuk mencapai kesehatan, sedangkan kesehatan merupakan hasil dari kebersihan. Karena itu, shalat merupakan terapi bagi penyakit manusia, baik penyakit fisik maupun psikis. 

Shalat merupakan terapi psikis yang bersifat preventif, kuratif, dan konstruktif. Sholat memiliki pengaruh dalam menjaga kesehatan fisik dan psikis dengan menolak segala materi yang buruk bagi keduanya. Shalat memiliki peranan yang efisien dalam menanggulangi keraguan hati, stress dan depresi yang banyak dialami oleh manusia. Shalat dapat mendatangkan rezeki, menjaga kesehatan, menolakSholat, baik yang wajib maupun sunnah, dapat membersihkan kotoran dan penyakit dalam diri manusia. Kebersihan memiliki dua bagian; Pertama, kebersihan inderawi (al-bissiyah), yaitu kebersihan fisik manusia dari segala macam kotoran dan najis. Kedua, kebersihan maknawi (al-ma’nawiyah), yaitu kebersihan psikis manusia dari segala maksiat dan perbuatan tercela. Kebersihan pertama berkaitan dengan syarat-syarat sah shalat, sedangkan kebersihan kedua berkaitan dengan kualitas ke khusyuan dalam shalat.

Seseorang yang shalat dengan mengenakan pakaian atau bertempat di tempat yang najis maka secara lahiriah shalatnya tidak sah, demikian pula seseorang yang shalat namun di dalam batinnya menyimpan rasa riya atau sombong maka shalatnya tidak diterima. Kebersihan dalam shalat merupakan proses untuk mencapai kesehatan, sedangkan kesehatan merupakan hasil dari kebersihan. Karena itu, shalat merupakan terapi bagi penyakit manusia, baik penyakit fisik maupun psikis. Shalat merupakan terapi psikis yang bersifat preventif, kuratif, dan konstruktif. Sholat memiliki pengaruh dalam menjaga kesehatan fisik dan psikis dengan menolak segala materi yang buruk bagi keduanya. Sholat memiliki peranan yang efisien dalam menanggulangi keraguan hati, stress dan depresi yang banyak dialami oleh manusia. Sholat dapat mendatangkan rezeki, menjaga kesehatan, menolak.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang selalu shalat dan bahkan tepat waktu. Namun kehidupannya tidak seindah seperti yang dijanjikan Allah dalam surat Al-Mu’minun ayat 1-2. Hidupnya dirudung berbagai masalah yang tidak kunjung selesai, selalu dalam kesulitan dan hidup dalam keadaan tertekan. Padahal di dalam ayat tersebut, Allah menjamin keberuntungan dan kebahagiaan bagi orang yang beriman dan khusyu’ di dalam shalatnya. 

Permasalahannya sekarang adalah sebagian besar orang tidak mengerjakan shalat dengan khusyu’, yang shalat hanya badannya saja, tetapi hati dan pikirannya tidak ikut shalat. Seseorang sudah benar dalam melaksanakan shalat sesuai dengan rukun shalat tapi tidak sepenuhnya memahami makna bacaan shalat. Ketika shalat hatinya tidak fokus dan pikirannya menerawang sehingga tidak dapat menghayati shalatnya. Ia tidak menghadirkan hati ketika shalat dan sibuk memikirkan berbagai macam hal lain atau urusan yang belum selesai. Sehingga shalat menjadi gagal fungsi serta tidak dapat menentramkan hati dan menenangkan jiwa.











Share:

Generasi Milenial dan Bijak dalam Bermedsos

Kajian Subuh 12 Ramadhan 1443 H (12 April 2022) Bersama Bp. Suyadi,SPd,MPd

Pada era revolusi industri 4.0 saat ini,perkembangan teknologi informasi mulai dari smartphone hingga media sosial telah mengubah gaya hidup masyarakat hingga pada titik yang paling fundamental.Gaya hidup online sepertinya sudah menjadi bagian dari jiwa seorang milenial. Generasi milenial atau yang disebut juga generasi Y ini lahir sekitar tahun 1980 sampai 2000. Jadi bisa dikatakan generasi milenial adalah generasi muda masa kini yang saat ini berusia sekitar 15–34 tahun. 
Semua orang hampir pasti memiliki media sosial, mulai dari kalangan remaja sampai dewasa bahkan anak-anak sudah ada yang memiliki media sosial. Media sosial sudah menjadi tempat mengemukakan pendapat, pemikiran dan wajah ekspresi baru bagi masyarakat saat ini. Kehadiran media sosial menjadi pendorong lahirnya inovasi baru. Berbagai aplikasi bermunculan untuk memenuhi kebutuhan sosialisai orang-orang. Aplikasi-aplikasi sosial media yang dapat menghubungkan informasi dan orang-orang dari berbagai negara. 
Berbagai sosial media seperti Facebook, Twitter, Instagram, Youtube dan lain sebagainya dapat menyebarkan berbagai informasi dengan cepat ke seluruh belahan dunia. Bahkan bisa mempertemukan orang-orang yang berbeda negara dan Bahasa untuk dapat menjalin pertemanan.
Generasi milenial lebih konsumtif dalam arti lebih senang menghabiskan uang untuk membeli suatu produk atau menggunakan jasa yang telah disediakan. Milenial merupakan konsumen yang mendominsi pasar saat ini. Tak heran ini merupakan peluang bisnis bagi pelaku bisnis khususnya bisnis online. 
Namun perlu bijak dalam menyikapi penggunaan media digital atau Media Sosial. 

Tabayun
Salah satu kemudahan yang ditawarkan oleh media sosial adalah terhubung dengan orang lain tanpa kendala jarak dan waktu. Kecepatan pertukaran informasi ini memungkinkan beberapa informasi yang beredar di media sosial tidak tersaring dengan baik dan diragukan kredibilitasnya. Untuk itu, pengguna media sosial perlu mengecek kebenaran informasi yang mereka dapatkan dari media sosial. Seberapapun menariknya informasi yang didapatkan, jangan menyebarkan informasi yang belum terbukti kebenarannya.
Jaga Sopan Satun
Penggunaan media sosial tentu perlu disertai dengan sikap yang baik. Sebisa mungkin hindari berbagi informasi yang menyinggung SARA di media sosial. Penggunaan bahasa yang santun juga perlu diperhatikan saat berkomunikasi di media sosial agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.











Share:

Membaca Al Qur'an, Bentuk Cinta Kepada Allah SWT


Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 165:

 وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ ٱللَّهِ ۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ ۗ وَلَوْ يَرَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓا۟ إِذْ يَرَوْنَ ٱلْعَذَابَ أَنَّ ٱلْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعَذَابِ 

Wa minan-nāsi may yattakhiżu min dụnillāhi andāday yuḥibbụnahum kaḥubbillāh, wallażīna āmanū asyaddu ḥubbal lillāhi walau yarallażīna ẓalamū iż yaraunal-‘ażāba annal-quwwata lillāhi jamī’aw wa annallāha syadīdul-‘ażāb
Artinya: “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)."

Cinta kepada Allah Swt. bisa diwujudkan dengan banyak hal, bahkan hal yang sangat sederhana. Sesungguhnya cinta kepada Allah Swt. adalah fondasi yang mendasari ajaran agama Islam. Adanya cinta kepada Allah Swt. itulah yang membuat agama seorang Muslim menjadi sempurna. Apabila cinta kepada Allah Swt. seorang Muslim berkurang, maka ketauhidan seseorang pun menjadi berkurang. 
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari hadits Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda: Tiga perkara yang apabila terdapat pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya keimanan: Allah dan RasulNya lebih dicintainya dari selain keduanya, tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah dan benci kembali kepada kekpuruan sama seperti kebencian dirinya dicapakkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim) 
Ibnu Qoyyim menyebutkan bahwa ada sepuluh perkara yang bisa mendatangkan kecintaan kepada Allah Swt. di mana salah satunya adalah dengan membaca Al-Qur’an dan memaknainya, memahami dan merenungkan makna ayat-ayatnya dan apa-apa yang dimaksudkan oleh ayat-ayat tersebut.

Abdulah bin Mas’ud berkata: “Janganlah kalian menaburkannya (membaca al quran) sama seperti menaburkan biji-bijian (gandum), dan jangan pula melantunkannya sama seperti melantunkan syai’ir, berhentilah pada keajaiban-keajaibannya, getarkanlah hati dengannya dan janganlah semangat kalian hanya tertuju untuk mengakhiri suatu surat”. (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: 2/256 no: 8733). 
Cinta kepada Allah Swt, bisa dibuktikan dengan membaca dan memaknai Al-Qur’an. Tak heran apabila banyak ulama yang menganjurkan agar kita senantiasa membaca Al-Qur’an di mana pun dan kapan pun.






Share:

Bersyukur

Kajian Subuh 11 Ramadhan 1443 Hijriyah (11 April 2022)

Semua yang disediakan dan dapat digunakan oleh manusia ini merupakan nikmat dari Allah. Tentu saja nimat tidak sebatas berupa fasiltas, tapi kehidupan itu sendiri dan imanpun juga termasuk di antaranya, yang secara keseluruhan tidak terhitung jumlahnya (QS, an-Nahl: 18).
 Atas semua nikmat tersebut, Allah memerintahkan manusia untuk bersyukur, bukan untuk kepentingan-Nya, tetapi untuk kepentingan dirinya sendiri, sebagaimana firmannya:
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, dan hendahlah dia bersyukur kepada-Ku (Allah). Maka barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dan Maha terpuji (QS Lukman: 12). 
Syukur tersebut harus direalisasikan dalam bentuk ketaatan kepada Allah, Sang Pemberi nikmat. Syukur dilandasi dengan keyakinan dalam hati, diwujudkan dalam bentuk ucapan dengan pujian (atas kesempurnaan-Nya), dzikir (selalu ingat kepada Penciptanya), dan perbuatan, yakni melaksanakan perintah-Nya dan menghindari larangan-Nya. Jadi, syukur merupakan bentuk ekspresi secara total (keyakinan hati, ucapan lisan, dan perbuatan) dari hamba kepada Khaliqnya atas nikmat yang telah diberikan-Nya.

“Barang siapa bersyukur kepada Allah maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri.” Bahkan jika semua manusia mengingkari (tidak mensyukuri) nikmat yang telah diterimanya, Allah telah Maha Kaya dan Maha Terpuji (QS Ibrahim: 8).

Artinya, dengan bersyukur ia mendapatkan pahala yang akan diberikan oleh Allah. Hal ini dipertegas dengan firman-Nya (QS Fushilat: 46, dan al-Rum: 44), di mana segala amal shalih pahalanya untuk yang melakukannya, dengan manfaat yang dipetik di dunia maupun akhirat.









Share:

Footer Link

Pengumuman

  1. Tamu yang menginap 1x24 jam harus lapor RT.
  2. Dilarang Parkir Mobil di Jalan Perumahan
  3. Segala Jenis Truk dilarang Memasuki Jalan Perumahan

info ronda

Pelaksanaan Ronda lingkungan dimulai pukul 22.00 WIB s.d. Menyesuaikan Kondisi

Recent Posts

POSTINGAN TERBARU

Recent Posts Widget