|
Ibu Asrinah dengan deretan Buku-Buku Karangannya |
Ibu Asrinah selain aktif dikegiatan PKK Rt juga aktif menulis buku-buku yang berkaitan dengan profesinya sebagai PNS dan Dosen dibidang Kebidanan. Pendidikan tinggi yang diraih oleh Ibu Asrinah ini diraih sampai menyandang dua gelar Master (S2) yaitu MSi.T dan M.Kes. Tesis yang ditulis oleh Muhammad Firdaus, MDA,PhD menyatakan bahwa pengaruh kompetensi terhadap kinerja pegawai sangat signifikan. Kiranya hal inilah yang dibuktikan oleh Ibu Asrinah dengan makin berkompeten dibidangnya melalui pengembangan pendidikan. Ini terbukti Ibu Asrinah, S.Si.T., M.kes, mampu berkompetensi dengan PNS di lingkungannya diantaranya dengan aktif menulis buku yang berkaitan dengan profesinya.
Ibu tiga anak PNS di kantor DKK Banjarnegara yang beralamat di Perum Gayam Permai Gg Bima No. 25-26 Banjarnegara.
Diantara kesibukannya sebagai PNS, istri Drs. Bambang Budi Setiono, M.Pd., Kasi Kurikulum Dikpora Kab Banjarnegara ini bersama koleganya mampu melahirkan lima buah buku yang bertemakan kebidanan yang menjadi keahliannya. Kelima judul bukunya adalah “Menstruasi dan Permasalahannya”, “Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan”, “Asuhan Kebidanan Masa Persalinan”, “Konsep Kebidanan”, dan “Nyontek Aja Lagi”.
Buku “Nyontek Aja Lagi” yang ditulis bersama mahasiswanya di Politeknik Banjarnegara menggunakan konsep penulisan gaul ala anak muda era sekarang. “Bahasanya lu-guwe. Biar gampang dipahami. Judulnya dibuat menarik agar orang membeli. Jadi sudah marketable. Tapi isinya tentang motivasi untuk mencontek dalam hal kebaikan, yaitu mencontek kesuksesan orang lain” katanya.
Tak tanggung-tanggung semua bukunya diterbitkan oleh penerbit ternama. Pemasarannya pun sudah masuk di jaringan toko buku terkemuka di negeri ini.
Kini satu buah buku lagi hampir diselesaikannya yang mengupas pengalaman bidan di lokasinya bertugas di wilayah Banjarnegara ini. “Kita ambil sejumlah sample penelitian di wilayah tugas Bidan yang ekstrim yang ada di pelosok Kalibening, Susukan, dan Purwonegoro. Saya ingin memaparkan analisa saya bahwa kunci kesuksesan tugas bidan itu ada pada kemampuan komunikasinya dengan masyarakat setempat” katanya.
Titik Balik
Di perjalanan hidup seseorang selalu saja ada saat-saat sulit yang kadang hadir tanpa kita mampu menolaknya. Seperti halnya yang dialami Asrinah, perempuan kelahiran Magelang pada 11 Mei 1969 ini. Keinginannya untuk menjadi guru tertunda saat tengah asyik menekuninya di Sekolah Pendidikan Guru Magelang, justru Ia diminta keluar untuk bersekolah di Sekolah Perawat Kesehatan..
“Ini memang seperti titik balik bagi saya yang harus menunda cita-cita saya mengajar. Orang tua saya miskin dan mempunyai anak lima. Saya anak ketiga. Waktu itu SPK memberi tawaran untuk sekolah gratis karena ada Ikatan Dinas. Oleh orang tua, saya diminta untuk masuk SPK. Meski berat, tapi saya memaklumi alasanya. Bila saya dapat masuk SPK, ini akan meringankan beban ekonomi keluarga” katanya.
Selepas lulus dari SPK tahun 1988, sementara menunggu Penugasan Ikatan Dinasnya keluar, Asrinah memanfaatkan waktunya untuk bekerja sebagai Staf Damiyanti medical clinic Bali. Di tempat kerjanya ini, Ia menjadi satu-satunya perawat yang memberi pelayanan medis bagi orang-orang Asing yang menjadi relasi tempatnya bekerja. Tanpa disangka, karena pekerjaannya itu, Ia justru mendapat kesempatan langka yang tidak diperoleh setiap orang yaitu kesempatan untuk dapat melanglang buana ke sejumlah Negara seperti Singapura, Australia, Thailand, Phlipina, dan sejumlah Negara Eropa.
“Pengalaman unik saya waktu kerja di tempat tersebut adalah mengantar orang Dieng yang suaminya orang Australia. Meski bayinya yang berumur 3 bulan sehat, tapi mereka tetap minta didampingi perawat selama dalam perjalanan. Jadi sepanjang perjalanan itu, saya hanya duduk dan menemani. Komunikasi saya pun lebih banyak dengan istrinya yang orang Jawa. Bahasanya pun Jawa. Jadi yang mudeng ya Cuma kami berdua..ha..ha..” tuturnya.
Akhirnya panggilan tugas Ikatan Dinas datang juga. Karena sudah Ikatan Dinas maka kenyamanan kerja di Damiyanti medical clinic Bali pun harus ditinggalkannya.
Karir PNS dimulai pada tahun 1993 sebagai pelaksana perawatan puskesmas Garung, Wonosobo. Belum lama bertugas, Ia kemudian dipindah ke Puskesmas 2 Kalibening pada bulan April 1993.
Di tempat tugasnya yang baru ini Ia menemui kenyataan yang memprihatinkan dimana mayoritas masyarakat di wilayah tempatnya bekerja melakukan persalinan di rumah tanpa didampingi tenaga kesehatan. “Waktu itu hanya ada satu orang bidan yang melayani 8 desa. Kondisi ini sungguh sangat memprihatinkan, karena tidak mungkin satu orang bidan mampu melayani 8 desa tersebut. Inilah yang mendorong saya waktu itu untuk menempuh pendidikan lanjutan di DI Kebidanan” katanya.
Semangatnya yang besar dan kecintaannya pada ilmu dan pengetahuan membuatnya mampu melalui jenjang pendidikan kebidanan dengan baik bahkan meraih sejumlah prestasi. DI Pendidikan Kebidanan lulus tahun 1995, DIII Kebidanan lulus tahun 2002, D IV Kebidanan lulus tahun 2005, dan Pendidikan terakhirnya adalah Pasca Sarjana Managemen Kesehatan Ibu dan Anak UNDIP Semarang, lulus tahun 2009. “Saya juga tidak mengira karena pendidikan saya akhirnya saya dapat kesempatan mengajar di berbagai AKBID” katanya.
Asrinah aktif mengajar sebagai dosen di Politeknik Banjarnegara sejak lembaga Perguruan Tinggi ini berdiri di tahun 2008. Sebelumnya Dia tercatat juga mengajar di sejumlah lembaga kebidanan di Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Magelang, dan Yogyakarta. Namun sebagai Tim Penguji kelulusan Bidan, Asrinah masih terlibat aktif di sejumlah Akbid.
“Sekarang saya hanya focus mengajar di Polibara karena saya ingin berbagi ilmu dengan teman-teman seperjuangan saya para bidan di Banjarnegara.” Katanya.
Obsesi
“Obsesi saya adalah seluruh bidan di Banjarnegara mempunyai pendidikan tinggi dan loyal mengabdi pada Banjarnegara.
Saya yakin pendidikan tinggi bagi bidan tersebut akan mengubah sikap dan perilakunya dalam memberi pelayan yang lebih baik bagi masyarakat. Dan dampak dari ini adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itulah saya rajin mengkompori teman-teman Bidan untuk meningkatkan kualifikasi pendidikannya. Wong saya yang berangkat dari Di Kebidanan juga bisa meraih pendidikan tinggi, karena itu saya yakin teman-teman juga bisa. Sedangkan loyalitas pada daerah yang saya inginkan adalah jangan sampai ketika pendidikan tinggi dan pengalaman telah diraih terus pindah” begitu jelas perempuan ayu yang sekarang ini menjabat sebagai Kepala seksi Kesehatan Ibu dan Anak pada DKK.
Saya optimis, lanjutnya, obsesi saya tersebut lebih cepat tercapai. Hal ini tidak lepas dikarenakan semangat belajar teman-teman bidan di Banjarnegara terhitung tinggi. “Sehingga berdasarkan data Bidan yang tengah menempuh pendidikan tinggi sekarang ini, kita optimis pada tahun 2013, seluruh Bidan aktif di Banjarnegara telah mempunyai kualifikasi lulusan DIII” katanya.