Ramadhan Corner, 1443 H

 


Ditengah perbedaan penentuan awal Ramadhan, Takmir Masjid Al Mu'minun menetapkan 1 Ramadhan 1443H/ Tahun 2022 sesuai yang dikeluarkan oleh Muhammadiyah. 

Puji syukur kita haturkan ke hadirat Allah SWT, shalawat dan salam tak lupa kita sampaikan kepada Nabi akhir jaman, Muhammad SAW, Tokoh pembaharu umat, pembawa risalah yang mengangkat derajat manusia. Diberitahukan dengan hormat bahwa, Bulan Suci Ramadhan tahun 1443H/2022M akan segera tiba. 
Sehubungan dengan hal tersebut kami sampaikan hal-hal sebagai berikut: 
1.Menyambut Bulan Ramadhan 1443H dengan suka cita karena bulan penuh Rahmat, Barokah dan Maghfiroh. 
2.Membersihkan lingkungan sekitar rumah masing-masing, tempat ibadah, alat perlengkapan ibadah, memasang lampu penerang agar suasana Ramadhan terasa lebih meriah dan semarak 
3.Mengikuti kegiatan Amaliyah Ramadhan yang diselenggarakan di Masjid Al Mu’minun antara lain: 
  • Sholat Tarawih berjamaah 11 rakaat dengan Protokol Kesehatan Awal Sholat Tarawih pada Hari Jumat, 01 April 2022 Pukul 19.35 WIB 
  • Tadarus Al Qur’an ba’da Sholat Tarawih 
  • Penerimaan dan Penyaluran Zakat Fitrah dan Zakat Mal 
  • Pengumpulan Sumbangan oleh Asy Syifa yang disalurkan kepada panti asuhan,PRT dll. 
  • Sholat Idul Fitri di halaman Masjid Al Mu’minun 
  • Halal Bi Halal Warga Perumahan (Ba’da Sholat Ied) 
  • Imam Sholat Tarawih: 
1.Bp. Ir.Lukman Jarir 
2.Bp. Yusman, SHI 
3.Bp. Lukman, Amd 
4.Bp. Susianto,SKM 
5.Ustadz dari Pondok Tahfidz “NUSA” 
Demikian untuk menjadikan periksa dan terimakasih. Marhaban Ya Ramadhan


Bentuk Kegiatan Akan di publikasikan di website: https://www.gayampermai-bna.site


Share:

Selama Ini Terjadinya Gerhana Bulan Selalu Tepat, Metode Hisab


Berdasarkan emperis selama ini jika akan terjadi gerhana baik itu gerhana bulan dan gerhana matahari dapat diprediksi. Prediksi terjadinya bahkan hampir 100% benar. Bahkan dapat disebutkan sampai menit dan detiknya. Pada posisi sekian derajat busur dan lintangnya. Prediksi terjadinya gerhana diatas diprediksi melalui metode Hisab. Dapat dijadikan dasar yang emperis untuk penentuan munculnya bulan pada penentuan awal bulan Ramadhan. 
Gerhana Bulan dapat terjadi 2 sampai 3 kali dalam setahun, sekali pun demikian, bisa saja tidak pernah terjadi gerhana Bulan sama sekali dalam setahun.Gerhana Bulan atau khusuf al-qamar  itu ibarat jatuhnya bayangan Bumi ke permukaan Bulan pada waktu Matahari Bumi dan Bulan dalam satu garis lurus atau saat sebagian atau seluruh piringan Bulan memasuki kerucut bayangan inti Bumi (umbra). Keadaan itu, menjadikan sinar Matahari tidak dapat menerobos ke Bulan karena terhalang oleh Bumi. Akibatnya, Bulan tidak dapat memantulkan sinar Matahari ke Bumi.
Gerhana Bulan adalah hilangnya cahaya Bulan karena bayangan Bumi, dimana posisi Bulan Bumi dan Matahari berada pada satu garis lurus, karena cahaya Bulan yang tergantung terhadap cahaya Matahari.

Tentang Hisab

Hisab gerhana Bulan dan Matahari dilakukan untuk menentukan kapan terjadinya gerhana Matahari dan Bulan dengan maksud agar kaum muslimin dapat melaksanakan salat gerhana Bulan (khusuf al-syams) atau salat gerhana Matahari (kusuf al-syams).
Artinya: “Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) Matahari dan Bulan untuk perhitungan. Itulah ketetapan Allah Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui”.(QS:Al 'An'am:96).

“Dan Matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui. Dan telah kami tetapkan tempat peredaran bagi Bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi Matahari mengejar Bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya (QS:Yasin, 38-40).
"Dan apabila Bulan telah hilang cahayanya"(QS:Al Qiyamah:8)

Akibat peredarannya itulah maka terjadi malam dan siang, serta gelap dan terang. Itulah pengaturan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Perhitungan untuk menentukan terjadinya gerhana Bulan dapat ditempuh dengan beberapa metode, diantaranya adalah penentuan gerhana Bulan metode Ephemeris. Langkah-langkah yang ditempuh dalam perhitungan gerhana Bulan metode Ephemeris adalah sebagai berikut: Menghitung kemungkinan terjadinya gerhana Bulan berdasarkan tabel kemungkinan terjadinya gerhana.

Share:

Ramadan Mubarak

Pengajian Rutin Ahad Pagi


Kedatangan bulan Ramadhan disambut dengan rasa gembira dan penuh syukur, karena bulan Ramadhan merupakan bulan penuh berkah yang didalamnya Allah SWT menurunkan pengampunan, rahmat dan maghfirahNya. Bulan yang sangat ditunggu-tunggu dan dinantikan oleh umat muslim. Saat jaman para Sahabat Nabi, sangat bersemangat menyambutnya.
Doa yang dipanjatkan sesuai yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam memasuki bulan Rajab, mengharap dipertemukan dengan Ramadhan, padahal antara Rajab dan Ramadhan masih ada bulan Sya'ban, ini artinya mereka telah mempersiapkan diri dua bulan sebelum Ramadhan. 
"Allahumma Bariklana Fi Rajaba wa Sya'bana wa Ballighna Ramadhana" (Hadits Riwayat Ahmad: 2346 dan 2387) Yang artinya: "Yaa Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya'ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadan."
Pada pengajian rutin di Masjid Al Mu'minun Perumahan Gayam Permai yang dilaksanakan tiap Ahad, bertepatan dengan 27 Maret 2022 disampaikan oleh Ustadz Retno Ahmad Pujianto, LC. Ustadz Retno Alumni International Islamic University of Islamabad.
Pada Bulan Ramadan di Pakistan bertepatan dengan musim panas. Saat siang dapat mencapai suhu 40 derajad Celcius. Dengan waktu lama siang hari lebih lama dibandingkan dengan di Indonesia. Kumandang adzan Sholat Subuh pukul 03.15 dan waktu berbuka atau adzan Maghrib pada pukul 19.22.
Dengan waktu siang yang benar-benar panas, kering sebuah ujian tersendiri apalagi bagi mahasiswa yang berasal dari indonesia.
Selain durasi siang yang sangat panjang, saat musim panas suhu udara juga bisa mencapai 46 derajat celsius. Sehingga angin yang seharusnya membuat sejuk, malah menjadi angin yang terasa panas. Kondisi seperti ini menjadi pengalaman dan tantangan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan di negeri Muhammad Ali Jinnah (pendiri Negara Pakistan).



Share:

Bulan Rajab Menyemai, Bulan Sya'ban Menyiram dan Bulan Ramadhan Berbuah

Bulan Rajab Menyemai, Bulan Sya'ban Merawat dan Bulan Ramadhan Berbuah

Bulan Mulia, Bulan Ramadhan tinggal menghitung hari. Hari ini sesuai dengan penanggalan Masehi pada 20 Maret 2022. Berdasarkan perhitungan menggunakan Hisab maka Ramadhan akan diawali pada 02 April 2022. Sebelum bulan Ramadhan terdapat Bulan-bulan yang Nabi Besar, Rosululloh SAW selalu menghidup-hidupkannya dengan amaliyah-amaliyah, karena keutamaannya. Yaitu bulan-bulan Rajab dan Sya'ban. 
Bulan Rajab berada di antara bulan Jumadil Akhir dan bulan Sya’ban berdasarkan kalender Islam atau tahun hijriyah. Bulan Rajab adalah salah satu bulan suci di antara empat bulan haram yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Allah Ta’ala berfirman:

 إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ 
 ”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At-Taubah: 36)

Penetapan Rajab sebagai bulan haram (suci) dijelaskan dalam hadits, dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

 الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ 

 ”Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhar yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari, no. 3197 dan Muslim, no. 1679) 

Bulan Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram, Rajab adalah empat bulan haram yang dimaksud dalam Hadist diatas sebagai bulan baik, yaitu dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan amal saleh. Pada bulan ini juga diingatkan bahwa perbuatan dosa atau maksiat akan mendapatkan ganjaran yang lebih berat. Sementara amal saleh yang dilakukan akan menuai pahala lebih banyak. 
Pada Bulan-bulan itu dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, Tidak ada ibadah khusus pada bulan ini berdasarkan waktu atau tempat, baik ibadah puasa, shalat, dan lainnya. Memperbanyak shalat sunnah dan puasa sunnah di bulan Rajab tentu lebih baik. Begitu juga dengan amal saleh seperti sedekah, menolong orang lain, membaca dan mengajarkan Al-Qur’an, dan lainnya. Tentu semua ibadah itu harus terbungkus rapi jauhkan dari bungkus-bungkus riya', pamer, agar dipuji. Jika tidak semua amalan sunnah dapat diraih, maka meninggalkan semua keburukan, itu yang harus terus diupayakan. Misalnya, menahan amarah, mudah memaafkan, menyingkirkan penyakit hati seperti iri, dengki, prasangka buruk, riya, dan lainnya. 
Membiasakan dan merasakan pengawasan Allah SWT terhadap segala perbuatan kita, adalah upaya untuk menghindari dosa dan kemaksiatan. Inilah bulannya untuk membiasakan diri dalam ketaatan dan kebaikan serta menjauhkan diri segala kemaksiatan dan perbiatan dosa. Termasuk dosa tangan, telinga, dan mata melalui media sosial (medsos). Tulis, dengar, tontonlah yang baik-baik dan mengedukasi, tinggalkan semua yang merusak iman, hati, akhlak, dan jiwa.
Bulan Rajab adalah bulan menanam sebelum datangnya Ramadhan. Tanamlah segala kebaikan yang kita mampu. Rajab adalah bulan pelatihan sebelum datangnya Ramadhan, bulan penuh rahamt dan ampunan selama sebulan penuh. Abu Bakr Al-Balkhi rahimahullah berkata:

 شَهْرُ رَجَبٍ شَهْرُ الزَّرْعِ ، وَشَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ سَقْيِ الزَّرْعِ ، وَشَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرُ حِصَادِ الزَّرْعِ 

 “Bulan Rajab saatnya menanam. Bulan Sya’ban saatnya menyiram tanaman dan bulan Ramadhan saatnya menuai hasil.” (Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab no. 92748) 

Setelah sebulan penuh menanam, melatih diri, menempa jiwa, membiasakan jasmani dan rohani dalam ibadah dan kebaikan, maka sebulan setelahnya adalah merawat, yaitu dengan masuknya bulan Sya’ban. Ibadah yang dianggap berat tetapi dipaksakan pada bulan Rajab, maka bulan Sya’ban nanti, tinggal membiasakannya. Misalnya, shalat malam atau tahajud. Tidak mengapa dipaksa di awal-awalnya, pada akhirnya nanti akan terbiasa. Bulan Sya’ban adalah bulan sebelum Ramadhan. Di bulan inilah kita merawatnya dengan menyiram, menyuburkan, menumbuhkan, dan membesarkan ibadah dan amal saleh yang telah ditanam pada bulan sebelumnya. 
Kita rawat ibadah dan amal saleh tersebut dari penyakit riya’, sum’ah (ingin didengar), hawa nafsu, dan rasa berat dan malas. Kita siram dengan keikhlasan, dipupuk dengan istikamah, diperkuat dengan sabar, dan dipelihara karena Allah semata. Jika itu dilakukan selama sebulan penuh pada bulan Sya’ban, maka begitu Ramadhan tiba, semuanya sudah ringan dan semata-mata berharap ridha dari Allah SWT. 
Pada Ramadhan nanti kita tinggal panen pahala dari ibadah-ibadah yang telah terbiasa dan dilakukan secara isitikamah. Karena besarnya ganjaran amal ibadah selama sebulan penuh, sayang jika baru mau melatih diri untuk beribadah dan berbuat baik di bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan yang seharusnya diisi dengan ibadah dan amalan imaanan wahtisaban (atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah). Dan itu bisa diraih setelah membiasakan diri sebagaimana yang tekah disinggung di atas. Dari Abu Hurairah, ia berkata:

 مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ 

 “Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).

Sumber: 
Ceramah Ustadz Andi Junianto Mushola Perumahan Gayam Permai, Ahad, 20 Maret 2022 dan berbagai sumber.




Share:

Kebahagiaan Spiritual, Kebahagiaan Tertinggi


BAHAGIA adalah kata yang paling sering diucapkan dalam doa. Doa saat ulang tahun, pernikahan, doa sesudah shalat maupun dalam acara-acara seremonial. Sepertinya setiap orang merindu-dambakan kebahagiaan. Sayangnya tidak semua orang tahu apakah arti kebahagiaan, jalan menuju kebahagiaan dan apa yang bisa benar-benar membahagiakan dirinya. 
Manusia dan hewan memiliki kebahagiaan yang sama yaitu cukup minum,makan terpenuhi kebutuhan syahwatnya. Ada yang menganggap kebahagiaan ada pada harta yang banyak. Maka harta benda pun dikejar dengan segala cara. Menimbun minyak goreng misalnya, keadaan yang sedang viral saat ini, mereka bahagia didalik penderitaan orang. Yang lain mengira kebahagiaan adalah hidup bersama kekasih dengan cinta sejati, lalu perburuan pacar pun dimulai. Rela melakukan apapun demi (katanya) cinta.
Tidak cocok dengan satu orang, mencari lagi yang lainnya begitu seterusnya berganti-ganti. Ada juga yang merasa menemukan kebahagiaan pada makanan dan minuman yang enak-enak. Kebahagiaan adalah memeliki wajah yang rupawan, harta banyak, pendamping yang elok dan memiliki rumah bagus, pendapat yang lain mengatakan. Begitulah manusia mencoba menemukan kebahagiaan. Tetapi setelah semua materi didapat tak ada kebahagiaan yang memuaskan dan kekal. Kebahagiaan itu menurut ahlinya tidak satu macam, tetapi bertingkat-tingkat. 
Dari kebahagiaan tingkat dasar atau rendah hingga kebahagiaan tingkat tertinggi. Setidaknya ada empat kategori kebahagiaan. 
Tingkat kebahagiaan yang pertama ada pada makanan yang enak. 
Kebahagiaan ini adalah kebahagiaan terendah. Makan (tentu saja dengan minum) adalah kebutuhan dasar manusia dalam hidup. Banyak manusia hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya saja kesulitan. Susah mencari makan. Kadang sehari makan kadang tidak. Kalaupun mampu mendapatkan makanan sering tidak layak secara gizi maupun rasa. Karena itu mampu mendapatkan dan merasakan makanan yang banyak apalagi enak merupakan suatu kebahagiaan. 
Banyak yang sudah mendapatkan kebahagiaan tingkat pertama ini, tetapi masih banyak yang mengganggap makanan enak adalah kemewahan yang harus diperjuangkan. Karena itu kebahagiaan ini juga berkaitan dengan uang dan harta yang memungkinkan bisa membeli makanan yang banyak dan enak. 

Kebahagiaan tingkat kedua adalah seks. 
Seks oleh sebagian orang dianggap puncak kebahagiaan di dunia. Seks adalah syurga dunia. Maka demi memenuhi kebahagiaan akan seksualitas seringkali orang lupa aturan. Perselingkuhan, zina, seks bebas mencendawan dimana-mana. Kawin-cerai, poligami juga merupakan tanda kecenderungan orang akan kebahagiaan tingkat dua (kebutuhan seks). 

Tingkat yang ketiga adalah kebahagiaan intelektual. 
Intelektualitas dianggap kebahagiaan yang melampaui kepuasan akan seks. Mungkin terkesan aneh, tapi begitulah adanya. Demi mendapatkan kebahagiaan ini banyak orang yang rela menghabiskan sebagian besar umurnya untuk terus belajar dan menggali ilmu tanpa henti. 
Demi mencari kabahagiaan intelektual ini Imam Syafi’i rela menghabiskan harta bendanya untuk menggali ilmu-ilmu keislaman. Umurnya dihabiskan dengan riset dan menelaah kitab-kitab. Kaidah ushul fiqih dan kitab Al-Umm adalah buah karyanya yang amat cemerlang yang dipakai oleh jutaan umat Islam hingga saat ini. Atas nama mencari kebahagiaan intelektual (juga spiritual) ini Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Almughirah bin Bardizbah bin Badzdzibah Alju’fi atau lebih dikenal dengan Imam Bukhari mengembara ke pelbagai negeri mengumpulkan ratusan ribu hadits bahkan menghafalkannya. Diceritakan dalam biografi intelektualnya selama mengembara ia mempunyai 1080 guru yang terdiri dari ulama dan pakar hadits. Dalam kitab yang khusus mencatat guru-guru Imam Bukhari yakni kitab Usama Masyayikh Al-Imam Al-Bukhari yang ditulis oleh Imam Muhammad bin Ishak bin Mandah Al-Isbahani, setidaknya mencatat 306 guru yang dimiliki oleh Imam Bukhari. 
Luar biasa perjuangan para ulama dan intelektual demi mereguk kebahagiaan intelektual. Harta benda dan seksualitas pun “diabaikan.” 

Kebahagiaan tingkat yang keempat adalah kebahagiaan spiritualitas. 
Inilah puncak kebahagiaan tertinggi, yang oleh banyak orang justru diabaikan bahkan seolah tak menarik. Karena nikmatnya kebahagiaan ini oleh ulama digambarkan, sekiranya para raja dan sultan tahu kenikmatannya, tentu mereka akan merebut dengan segala cara untuk mendapatkan kebahagiaan itu. Dijaman Rasul, Bilal bin Rabah dan keluarga Yasir adalah contoh yang merasakan manisnya kebahagiaan spiritual. Mereka tak sudi menukar kebahagiaan itu dengan harta dan kemewahan dunia, walaupun mereka disiksa dengan kejam. Bahkan keluarga Yasir bahkan hampir semuanya dibunuh dengan sadis. 



Share:

Footer Link

Pengumuman

  1. Tamu yang menginap 1x24 jam harus lapor RT.
  2. Dilarang Parkir Mobil di Jalan Perumahan
  3. Segala Jenis Truk dilarang Memasuki Jalan Perumahan

info ronda

Pelaksanaan Ronda lingkungan dimulai pukul 22.00 WIB s.d. Menyesuaikan Kondisi

Recent Posts

POSTINGAN TERBARU

Recent Posts Widget