Ahad, 6 Juli 2025
Pada Ahad pagi yang berkah, 6 Juli 2025, suasana syahdu menyelimuti majelis Pengajian Subuh bersama Ustaz Safarudin Maulana, Lc. Dalam ceramahnya, Ustadz Safarudin Maulana mengupas tuntas tentang Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient) yang digagas oleh Daniel Goleman, serta relevansinya dengan ajaran Islam. Beliau menekankan bahwa kecerdasan emosional adalah fondasi dasar bagi ketahanan hidup manusia, di mana individu yang sejahtera adalah mereka yang mampu menguasai diri sendiri.
Memahami Empat Ketakutan Dasar Manusia
Ustadz Safarudin Maulana menjelaskan bahwa sepanjang sejarah manusia, dari 5000 tahun silam hingga kini, ada empat rasa takut utama yang tak pernah berevolusi dan telah tertanam dalam DNA kita sebagai kebutuhan dasar:
- Takut untuk tidak dicintai: Ketakutan akan penolakan atau kehilangan kasih sayang.
- Takut tidak diakui: Kekhawatiran tidak mendapat validasi atau pengakuan dari orang lain.
- Takut terlihat tidak sempurna: Meskipun Al-Qur'an menyatakan "Faahsani taqwin" (penciptaan manusia itu sempurna), ketakutan ini masih menghantui. Ustadz Safarudin menjelaskan bahwa kesempurnaan manusia terlihat dari tujuh sistem yang bekerja selaras, mulai dari kerangka tulang yang kuat, otot-otot penopang yang kokoh, hingga sistem hati nurani yang peka.
- Takut terlihat tidak baik: Kekhawatiran akan citra diri yang negatif di mata masyarakat.
Islam dan Penaklukan Ketakutan
Agama Islam, dengan segala ajarannya, sangat memahami dan memberikan solusi atas ketakutan-ketakutan fundamental ini. Syariat Islam selalu relevan dalam membentengi diri dari kerentanan emosional tersebut. Ustadz Safarudin Maulana kemudian merujuk pada pesan-pesan kunci dari Rasulullah SAW yang menjadi panduan bagi umat Muslim:
- Ikhlas dalam Seluruh Amal: Rasulullah SAW mengajarkan pentingnya keikhlasan dalam setiap amal perbuatan. Untuk mencapai tingkat keikhlasan ini, manusia ditempa melalui berbagai ritual ibadah, bahkan dianjurkan agar tidak terlihat oleh orang lain. Ikhlas membantu membebaskan diri dari ketakutan akan penilaian dan pengakuan manusia, karena fokus hanya tertuju pada ridha Allah SWT.
- Menyambung Silaturahmi: Perintah untuk menyambung silaturahmi menjadi benteng ampuh terhadap ketakutan tidak diakui dan terlihat tidak sempurna. Silaturahmi yang didasari keikhlasan akan menumbuhkan rasa cinta, penerimaan, dan persaudaraan yang tulus, mengurangi kecemasan akan isolasi sosial atau kekurangan diri.
- Sholat Malam Saat Manusia Tidur: Rasulullah SAW bersabda, "Sholat malamlah sementara manusia tidur, niscaya kamu akan masuk surga dengan keselamatan." Sholat malam atau Qiyamul Lail adalah praktik spiritual yang mendalam, mengajarkan umat Islam bagaimana bertumbuh secara spiritual dan emosional. Melalui ibadah yang bersifat personal ini, seseorang dapat mencapai ketenangan batin, menguatkan koneksi dengan Sang Pencipta, dan melepaskan diri dari belenggu ketakutan duniawi. Kebaikan dan Penurunan Ego Ustadz Safarudin Maulana juga menegaskan ajaran Rasulullah SAW bahwa apabila kita memberi kebaikan, kebaikan itu akan kembali juga kepada kita.
Kebaikan yang dilandasi keikhlasan tidak hanya mendatangkan pahala, tetapi juga secara signifikan dapat menurunkan ego kita. Ketika ego terkikis, ketakutan-ketakutan dasar yang berpusat pada diri sendiri akan memudar, digantikan oleh rasa damai dan kepuasan batin.
Pada akhirnya, Ustadz Safarudin Maulana menutup ceramahnya dengan menegaskan bahwa tidak ada ilmu yang bertentangan dengan agama Islam. Islam adalah agama yang sempurna, menyediakan panduan komprehensif bagi kesejahteraan lahir dan batin manusia, termasuk dalam mengelola kecerdasan emosional.
Semoga pengajian ini semakin menumbuhkan cinta kita kepada Islam dan menginspirasi kita untuk terus mengamalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.
No comments:
Post a Comment