20 Juli 2025
Islam adalah agama yang sempurna, membawa risalah kebaikan dan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW telah menggariskan dengan jelas bagaimana seharusnya seorang Muslim menjalani kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat. Namun, dalam realitasnya, kita seringkali dihadapkan pada tantangan dan penyimpangan yang menjauhkan kita dari citra Muslim yang ideal. Mari kita telaah kembali tiga pilar utama dalam membangun identitas Muslim yang sempurna.
1. Sebaik-baik Umat (Khaira Ummah): Menyeru Kebaikan, Mencegah Kemungkaran
Allah SWT berfirman dalam Surat Ali 'Imran ayat 110:
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah."
Ayat ini dengan tegas menempatkan umat Islam pada posisi yang mulia, yaitu sebagai "Khaira Ummah" (umat terbaik). Predikat ini bukanlah tanpa syarat. Untuk meraihnya, seorang Muslim dan masyarakat Islam secara keseluruhan harus memiliki tiga karakteristik utama:
Menyeru kepada yang Ma'ruf (Kebaikan): Ini berarti secara aktif mengajak, membimbing, dan mempromosikan segala bentuk kebaikan, keadilan, dan kebajikan sesuai syariat Islam. Ini meliputi amar ma'ruf bil lisan (dengan ucapan), bil qalam (dengan tulisan), hingga bil hal (dengan teladan).
Mencegah Kemungkaran: Tidak cukup hanya menyeru kebaikan, seorang Muslim juga berkewajiban untuk mencegah segala bentuk kemungkaran, kemaksiatan, dan kezaliman yang terjadi di sekitarnya. Ini bisa dimulai dari lingkungan terdekat hingga skala yang lebih luas, dengan cara yang bijak dan sesuai tuntunan agama.
Beriman kepada Allah: Fondasi dari kedua karakteristik di atas adalah keimanan yang kokoh kepada Allah SWT. Keimanan inilah yang mendorong seorang Muslim untuk selalu berbuat baik dan menjauhi kemungkaran, semata-mata mengharap ridha-Nya.
Realita yang Ada: Dewasa ini, kita sering menyaksikan berbagai bentuk kemungkaran yang merajalela, mulai dari korupsi, pergaulan bebas, hingga praktik riba. Ironisnya, sebagian dari kemungkaran ini justru dilakukan atau dibiarkan oleh mereka yang mengaku Muslim. Semangat amar ma'ruf nahi munkar terasa melemah, digantikan oleh sikap apatis atau bahkan pembenaran terhadap kemaksiatan.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 143:
"Dan demikianlah Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu."
Konsep "Ummatan Wasathan" berarti umat yang adil, seimbang, dan pertengahan. Ini mengandung makna bahwa Islam adalah agama yang tidak condong pada ekstremisme, baik dalam ritual ibadah maupun dalam urusan dunia. Seorang Muslim ideal adalah mereka yang:
Berpikir dan Bersikap Adil: Mampu melihat segala sesuatu dari berbagai perspektif, tidak mudah menghakimi, dan selalu berusaha menegakkan keadilan dalam setiap aspek kehidupan.
Seimbang antara Dunia dan Akhirat: Tidak melalaikan kewajiban duniawi (bekerja, mencari nafkah, berinteraksi sosial) namun juga tidak melupakan tujuan akhirat (ibadah, persiapan menghadapi hari perhitungan).
Toleran dan Inklusif: Mampu hidup berdampingan dengan damai bersama pemeluk agama lain, menghargai perbedaan, tanpa mengorbankan prinsip-prinsip aqidah.
Realita yang Ada: Polarisasi dan ekstremisme seringkali menjadi penghalang bagi umat Islam untuk menjadi umat pertengahan. Perpecahan internal akibat perbedaan mazhab atau pandangan politik, serta munculnya kelompok-kelompok yang mengusung paham radikal, telah mencoreng citra Islam yang damai dan toleran.
3. Ummatan Wahidah: Umat yang Bersatu Padu Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Mu'minun ayat 52: "Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku." (Ayat yang Anda sebutkan adalah 51, namun ayat 52 lebih tepat untuk makna Ummatan Wahidah secara eksplisit. Ayat 51 lebih menekankan pada makan makanan yang baik dan beramal sholeh, meskipun konteksnya tetap mengarah pada persatuan umat. Untuk konteks Ummatan Wahidah, saya akan fokus pada esensi persatuan yang sering disebut dalam Al-Quran, termasuk dari ayat-ayat sejenis.)
Prinsip "Ummatan Wahidah" adalah esensi dari persaudaraan Islam. Seluruh Muslim adalah bersaudara, tanpa memandang ras, suku, warna kulit, atau status sosial. Persatuan ini adalah kekuatan terbesar umat Islam, yang memungkinkan mereka untuk saling mendukung, melindungi, dan bekerja sama demi kemaslahatan bersama.
Realita yang Ada: Salah satu tantangan terbesar umat Islam saat ini adalah perpecahan. Perbedaan pandangan politik, kepentingan kelompok, hingga fanatisme mazhab seringkali menjadi pemicu perselisihan dan konflik di kalangan umat Islam. Akibatnya, kekuatan umat menjadi lemah dan mudah dipecah belah oleh musuh-musuh Islam. Mengikuti budaya orang-orang kafir yang bertentangan dengan syariat Islam, serta upaya merubah syariat, menjadi bukti nyata kemunduran yang mengikis identitas dan persatuan umat.
Merajut Kembali Kejayaan
Kemunduran yang kita saksikan hari ini adalah alarm bagi seluruh umat Islam. Kemungkaran yang merajalela, perpecahan yang tak kunjung usai, dan kecenderungan untuk mengikuti budaya non-Muslim yang bertentangan dengan ajaran Islam, adalah indikator bahwa kita telah menyimpang dari jalan ideal sebagai seorang Muslim.
Untuk merajut kembali kejayaan umat, kita harus kembali pada nilai-nilai fundamental yang diajarkan dalam Al-Quran dan Sunnah:
Perkuat Keimanan: Jadikan tauhid sebagai pondasi utama dalam setiap tindakan dan pemikiran.
Aktifkan Amar Ma'ruf Nahi Munkar: Mulai dari diri sendiri, keluarga, hingga masyarakat luas, dengan hikmah dan cara yang santun. Tumbuhkan Sikap Wasathiyah: Hindari ekstremisme, kedepankan keadilan, dan jadilah pribadi yang seimbang. Rajut Kembali Persatuan: Singkirkan ego dan perbedaan, fokus pada persamaan sebagai sesama Muslim, dan bersatu di bawah panji Islam. Dengan kembali pada prinsip-prinsip ini, insya Allah kita dapat merekonstruksi identitas Muslim yang ideal dan mengembalikan kejayaan umat Islam di mata dunia, menjadi teladan kebaikan dan keadilan bagi seluruh umat manusia.
No comments:
Post a Comment