Rahmah, Istri Nabi Ayub: Simbol Kesetiaan dan Kesabaran

Kultum Tarawih
Ustadz Susianto,SKM
7 Ramadhan 1446H( 7 Maret 2025)

Kisah Nabi Ayub AS dikenal luas sebagai teladan kesabaran dalam menghadapi ujian. Namun, di balik kesabaran Nabi Ayub, terdapat sosok wanita yang luar biasa, yaitu istrinya, Rahma binti Afrayim. Rahma adalah simbol kesetiaan dan kesabaran yang tak tergoyahkan dalam mendampingi suaminya melewati berbagai cobaan. Kesetiaan yang Tak Tergoyahkan Ketika Nabi Ayub ditimpa penyakit kulit yang parah, ditinggalkan oleh keluarga dan sahabat, Rahma tetap setia mendampingi suaminya. Ia merawat Nabi Ayub dengan penuh kasih sayang, membersihkan luka-lukanya, dan memenuhi kebutuhannya. 
Kesetiaan Rahma tidak pernah pudar, bahkan ketika kondisi mereka semakin sulit. Kesabaran yang Menginspirasi Rahma juga menunjukkan kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi cobaan. Ia tidak pernah mengeluh atau meratapi nasibnya. Rahma terus berdoa kepada Allah SWT, memohon kesembuhan untuk suaminya. Kesabarannya menjadi sumber kekuatan bagi Nabi Ayub dalam menghadapi ujian yang berat. 
Pertanyaan Rahma kepada Nabi Ayub dalam kondisi yang sangat sulit, Rahma pernah bertanya kepada Nabi Ayub, 
"Wahai suamiku, berapa lama lagi engkau akan menderita seperti ini? Tidakkah engkau ingin memohon kepada Allah agar menyembuhkanmu?" 

Pertanyaan ini bukanlah bentuk ketidak sabaran Rahma, melainkan ungkapan keprihatinannya terhadap kondisi suaminya. Ia ingin melihat suaminya sembuh dari penyakitnya dan kembali sehat. Musibah Menimpa Orang Saleh dan Non-Saleh Kisah Nabi Ayub dan Rahma mengajarkan kita bahwa musibah dapat menimpa siapa saja, baik orang saleh maupun non-saleh. Musibah adalah ujian dari Allah SWT untuk menguji keimanan dan kesabaran hamba-Nya. 
Musibah bagi orang saleh: Musibah yang menimpa orang saleh adalah ujian untuk meningkatkan derajat mereka di sisi Allah SWT. Dengan kesabaran dan keikhlasan, mereka akan mendapatkan pahala yang besar. 
Musibah bagi orang durhaka: Musibah yang menimpa orang non-saleh adalah peringatan dari Allah SWT agar mereka kembali ke jalan yang benar. Jika mereka tidak mengambil pelajaran dari musibah tersebut, maka azab yang lebih besar akan menanti mereka. 

Hikmah dari Kisah Nabi Ayub dan Rahma Kisah Nabi Ayub dan Rahma memberikan banyak hikmah bagi kita, di antaranya: Kesabaran adalah kunci untuk menghadapi ujian hidup. Kesetiaan adalah bentuk cinta yang sejati. Musibah adalah ujian dari Allah SWT untuk meningkatkan keimanan kita. Selalu berprasangka baik kepada Allah SWT dalam kondisi apapun. Semoga kisah ini dapat menginspirasi kita untuk menjadi pribadi yang lebih sabar, setia, dan taat kepada Allah SWT.





Share:

Semoga Lelahmu Menjadi Lillah

Dalam perjalanan hidup yang penuh liku, seringkali kita dihadapkan pada rasa lelah. Lelah fisik, lelah pikiran, bahkan lelah hati. Namun, di tengah kelelahan itu, ada sebuah harapan yang senantiasa menyemangati: semoga lelahmu menjadi lillah. Lillah, sebuah kata yang sederhana namun sarat makna. Lillah berarti karena Allah, semata-mata mengharap ridha-Nya. Ketika setiap lelah yang kita rasakan diniatkan karena Allah, maka lelah itu tidak lagi terasa berat. Ia berubah menjadi sebuah ibadah, sebuah pengorbanan yang bernilai di sisi-Nya. 
Arti Lelah Menjadi Lillah Dari segi bahasa, kata lillah memiliki makna segala sesuatu yang dimiliki manusia adalah milik Allah SWT. Semoga lelahmu menjadi lillah menjadi salah satu untaian kalimat indah yang kerap kali didengar oleh para umat Muslim. Oleh sebab itu, kalimat semoga lelahmu menjadi lillah ini bisa bermakna segala lelah dalam bekerja diniatkan sebagai bentuk ibadah yang dilakukan secara ikhlas untuk mendapat ridho dan pahala dari Allah SWT. 
Dalam sebuah hadis dijelaskan mengenai balasan sebuah perbuatan adalah tergantung pada niat orang tersebut. 
 “Sesungguhnya perbuatan itu hanya tergantung kepada niat dan balasan bagi tiap-tiap orang, tergantung apa yang diniatkan. Dan barang siapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan.” (HR. Bukhari) 
Dari hadis tersebut kita bisa mengambil hikmah bahwa segala perbuatan ada baiknya dilandaskan dengan niat untuk beribadah kepada Allah SWT.

Makna Lelah yang Lillah 
Lelah yang lillah bukan berarti kita tidak merasakan lelah. Manusiawi jika kita merasa lelah. Namun, yang membedakannya adalah bagaimana kita menyikapi kelelahan itu. Ketika lelah itu kita sandarkan kepada Allah, maka kita akan menemukan kekuatan untuk terus melangkah. Lelah yang lillah juga mengajarkan kita tentang keikhlasan. Ikhlas menerima setiap takdir yang telah Allah gariskan, ikhlas menjalani setiap ujian yang diberikan. 
Dengan keikhlasan, lelah yang kita rasakan akan menjadi pelebur dosa-dosa kita. Bagaimana Agar Lelah Menjadi Lillah? Niatkan segala sesuatu karena Allah. Setiap pekerjaan, setiap aktivitas, setiap langkah yang kita ambil, niatkanlah karena Allah. Sabar dan ikhlas. Ketika rasa lelah mulai menghampiri, bersabarlah dan ikhlaslah. Yakinlah bahwa Allah tidak akan membebani hamba-Nya di luar batas kemampuannya. 
Perbanyak dzikir dan doa. Dzikir dan doa adalah sumber kekuatan bagi seorang Muslim. Dengan berdzikir dan berdoa, kita akan senantiasa merasa dekat dengan Allah. Istirahat yang cukup. Jangan lupa untuk beristirahat yang cukup. Tubuh kita juga membutuhkan waktu untuk memulihkan diri. Mencari ilmu. Dengan mencari ilmu, kita dapat meningkatkan pemahaman tentang agama, dan dengan begitu meningkatkan keikhlasan kita dalam beribadah. 
Lelah yang Berbuah Surga Setiap tetes keringat, setiap helaan napas, setiap langkah yang kita ambil dalam ketaatan kepada Allah, akan menjadi saksi di hari kiamat. Semoga setiap lelah yang kita rasakan menjadi lillah, menjadi pemberat timbangan amal kebaikan kita, dan mengantarkan kita menuju surga-Nya. Semoga Allah senantiasa memberikan kita kekuatan untuk menjalani setiap ujian dengan sabar dan ikhlas. Semoga setiap lelah kita menjadi lillah, menjadi jalan menuju ridha-Nya.
Share:

Esensi Ramadhan: Mencari Ampunan Allah SWT


Apa yang Dicari dalam Bulan Ramadhan? Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan ampunan. Umat Muslim di seluruh dunia menyambutnya dengan penuh antusias dan kegembiraan. Kebahagiaan Ramadhan terpancar dari setiap sudut masjid dan rumah, di mana orang-orang berlomba-lomba dalam kebaikan. Rasulullah SAW bersabda, 
"Barangsiapa yang shalat (tarawih) bersama imam hingga selesai, maka ditulis untuknya pahala shalat semalam suntuk." (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah). 

Hadis ini menunjukkan betapa besar pahala yang dijanjikan Allah SWT bagi orang-orang yang menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan ibadah. Tujuan Utama Ramadhan: Penyembahan kepada Allah SWT Allah SWT berfirman, 
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56).
Ayat ini menegaskan 1 bahwa tujuan utama penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Bulan Ramadhan adalah kesempatan emas untuk meningkatkan kualitas ibadah kita.  Memperbaiki Keimanan dan Tauhid Di bulan Ramadhan, keimanan dan tauhid kita diuji dan diperbaiki. Dengan berpuasa, kita belajar menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa, baik yang lahir maupun yang batin. Ini melatih kita untuk selalu merasa diawasi oleh Allah SWT. 

Antusiasme Menyambut Ramadhan 
Para sahabat Nabi SAW sangat antusias menyambut bulan Ramadhan. Mereka mempersiapkan diri jauh-jauh hari, bahkan enam bulan sebelumnya. Ini menunjukkan betapa mereka memahami keutamaan bulan Ramadhan. Ampunan Allah SWT: Tujuan Utama Yang paling dicari di bulan Ramadhan adalah ampunan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, 
"Sungguh merugi orang yang mendapati bulan Ramadhan tetapi tidak diampuni dosanya." (HR. Tirmidzi). 
Oleh karena itu, mari kita niatkan semua ibadah di bulan Ramadhan untuk mendapatkan ampunan Allah SWT. Simbol-Simbol Ibadah Ramadhan Sujud: Simbol keimanan dan ketundukan kepada Allah SWT. Zakat: Simbol kepedulian sosial dan pembersihan harta. Puasa: Simbol pengendalian diri dan peningkatan takwa. Tawaf ke kiri: Simbol kembali kepada Allah SWT. Semoga bulan Ramadhan ini menjadi kesempatan bagi kita untuk meningkatkan kualitas ibadah, memperbaiki diri, dan meraih ampunan Allah SWT.











Share:

Kultum Tarawih,5 Ramadhan 1446H


 




Share:

Kembalikan Shalat ke Jantung Kehidupan Muslim


Shalat merupakan tiang Islam dan ibadah harian yang berulang kali. Ia merupakan ibadah yang pertama kali dihisab atas setiap mukmin pada hari kiamat. Shalat merupakan garis pemisah antara iman dan kufur antara orang-orang beriman dan orang-orang kafir, sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah dalam hadist-hadistnya sebagai berikut: 

 “Batas antara seseorang dengan kekufuran adalah meninggalkan shalat. (HR. Muslim) “Perjanjian antara kita dengan mereka adalah shalat, maka barangsiapa yang meninggalkan berarti ia kafir.” (HR- Nasa’i, Tirmidzi dan Ahmad) 

Makna hadits ini sangat jelas di kalangan para sahabat RA. Abdullah bin Syaqiq Al ‘Uqaili berkata, “Para sahabat Nabi SAW tidak melihat sesuatu dari amal ibadah yang meninggalkannya adalah kufur selain shalat.” (HR. Tirmidzi) 

Al Qur’an telah menjadikan shalat sebagai pembukaan sifat-sifat orang yang beriman yang akan memperoleh kebahagiaan dan sekaligus menjadi penutup. Pada awalnya Allah berfirman:

 “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusu’ dalam shalatnya.” (Al Mu’minun: 9) 

Kedudukan shalat dalam kehidupan seorang Muslim dan masyarakat Islam sangat penting. Al Qur’an  menyampaikan bahwa mengabaikan) shalat itu termasuk sifat-sifat masyarakat yang tersesat dan menyimpang. Adapun terus menerus mengabaikan shalat dan menghina keberadaannya, maka itu termasuk ciri-ciri masyarakat kafir. Allah SWT berfirman: 

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (generasi) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (Maryam: 59) 

Allah SWT juga berfirman mengenai sikap orang-orang kafir yang mendustakan risalah sebagai berikut: 

 “Dan apabila dikatakan kepada mereka: Ruku’lah, niscaya mereka tidak mau ruku’.” (AI Mursalat: 48)

Kemudian dalam ayat lainnya Allah berfirman: 
Dan apabila kamu menyeru mereka untuk shalat, mereka menjadikannnya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal.” (Al Maidah: 57) 
Sesungguhnya masyarakat Islam adalah masyarakat yang Rabbani, baik secara ghayah (orientasi) maupun wijhah (arahan). Sebagaimana Islam itu agama yang Rabbani, baik secara nasy’ah (pertumbuhan) maupun masdar (sumbernya), masyarakat yang ikatannya sambung dengan Allah SWT, terikat dengan ikatan yang kuat. Shalat merupakan ibadah harian yang menjadikan seorang Muslim selalu dalam perjanjian dengan Allah. 
Ketika ia tenggelam dalam bahtera kehidupan maka datanglah shalat untuk menerjangnya. Ketika dilupakan oleh kesibukan dunia maka datanglah shalat untuk mengingatkannya. Ketika diliputi oleh dosa-dosa atau hatinya penuh debu kelalaian’ maka datanglah shalat untuk membersihkannya. Ia merupakan”kolam renang” ruhani yang dapat membersihkan ruh dan menyucikan hati lima kali dalam setiap hari, sehingga tidak tersisa kotoran sedikit pun. 
Ibnu Mas’ud meriwayatkan dari Nabi SAW, beliau bersabda: 
“Kamu sekalian berbuat dosa, maka kamu telah melakukan shalat subuh maka shalat itu membersihkannya, kemudian kamu sekalian berbuat dosa, maka jika kamu melakukan shalat zhuhur, maka shalat itu membersihkannya, kemudian berbuat dosa lagi, maka jika kamu melakukan shalat ‘asar maka shalat itu membersihkannya, kemudian kamu berbuat dosa lagi, maka jika kamu melakukan shalat maghrib, maka shalat itu membersihkannya, kemudian kamu berbuat dosa lagi, maka jika kamu melakukan shalat isya’, shalat itu akan membersihkannya, kemudian kamu tidur maka tidak lagi di catat dosa bagi kamu hingga kamu bangun.” (HR. Thabrani) 
Pelaksanaan shalat dalam Islam mempunyai keistimewaan yaitu dengan berjamaah dan adanya adzan. Berjamaah dalam shalat ada yang menyatakan fardhu kifayah sebagaimana dikatakan oleh mayoritas para Imam dan ada yang mengatakan fardhu ‘ain sebagaimana dikatakan oleh Imam Ahmad. Karena pentingnya shalat berjamaah maka Rasulullah SAW serius akan membakar rumah-rumah suatu kaum dengan api karena mereka ketinggalan dari shalat berjamaah dan mereka shalat di rumah-rumah mereka. Ibnu Mas’ud berkata tentang shalat: 
“Kamu bisa melihat generasi kami (para sahabat), tidak ada yang tertinggal dari shalat berjamaah kecuali orang yang sakit atau munafik yang diketahui nifaqnya.” (HR. Muslim) 

Shalat itu dengan gerakan tubuh dan waktunya yang teratur sangat bermanfaat untuk tubuh, sekaligus ia merupakan ibadah ruhiyah. Dzikir, tilawah dan doa-doanya sangat baik untuk pembersihan jiwa dan melunakkan perasaan. Shalat dengan dipersyaratkannya membaca AL Fatihah di dalamnya, sementara AL Qur’an menjadi kurikulum Tsaqafah Islamiyah yang sempurna telah memberikan bekal pada akal dan fikiran dengan berbagai hakekat ilmu pengetahuan, sehingga orang yang shalat dengan baik akan sehat tubuhnya, lembut perasaannya dan akalnya pun mendapat gizi. Maka kesempurnaan manakah dalam pendidikan manusia secara individu setelah ini? 
Kemudian shalat itu dengan disyaratkannya secara berjamaah, maka akan bisa mengumpulkan ummat lima kali setiap hari dan sekali dalam satu pekan dalam shalat jum’at di atas nilai-nilai sosial yang baik, seperti ketaatan, kedisiplinan, rasa cinta dan persaudaraan serta persamaan derajat di hadapan Allah yang Maha Tingi dan Besar. Maka kesempurnaan yang manakah dalam masyarakat yang lebih sempurna daripada masyarakat yang tegak di atas pondasi tersebut dan dikuatkan di atas nilai-nilai yang mulia? Sesungguhnya shalat dalam Islam merupakan sarana tarbiyah yang sempurna bagi individu dan pembinaan bagi membangun ummat yang kuat. Dan sungguh telah terlintas dalam benak saya ketika sedang menjelaskan prinsip-prinsip kemasyarakatan saat ini bahwa shalat yang tegak dan sempurna itu bisa membawa dampak kebaikan bagi pelakunya dan bisa membuang sifat-sifat buruk yang ada. Shalat telah mengambil dari “Komunisme” makna persamaan hak dan persaudaraan yaitu dengan mengumpulkan manusia dalam satu tempat yang tidak ada yang memiliki kecuali Allah yaitu Masjid; dan Shalat telah mengambil dari “kediktatoran” makna kedisplinan dan semangat yaitu dengan adanya komitmen untuk berjamaah’ mengikuti Imam dalam setiap gerak dan diamnya, dan barang siapa yang menyendiri, maka ia akan menyendiri dalam neraka. Shalat juga mengambil dari “Demokrasi” suatu bentuk nasehat, musyawarah dan wajibnya mengembalikan Imam ke arah kebenaran apabila ia salah dalam kondisi apa pun. Dan shalat biasa membuang segala sesuatu yang jelek yang menempel pada semua ideologi tersebut di atas seperti kekacauan Komunisme, penindasan diktaktorisme, kebebasan tanpa batas demokrasi, sehingga shalat merupakan minuman yang siap diteguk dari kebaikan yang tidak keruh di dalamnya dan tidak ada keruwetan” Karena itu semua maka masyarakat Islam pada masa salafus shalih sangat memperhatikan masalah shalat, sampai mereka menempatkan shalat itu sebagai”mizan” atau standar, yang dengan neraca itu ditimbanglah kadar kebaikan seseorang dan diukur kedudukan dan derajatnya. Jika mereka ingin mengetahui agama seseorang sejauh mana istiqamahnya maka mereka bertanya tentang shalatnya dan sejauh mana ia memelihara shalatnya, bagaimana ia melakukan dengan baik. Ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW: “Apabila kamu melihat seseorang membiasakan ke Masjid, maka saksikanlah untuknya dengan iman.” (HR. Tirmidzi) Kemudian Nabi membaca firman Allah sebagai berikut: 
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.” (At-Taubah: 18).













Share:

Footer Link

Pengumuman

  1. Tamu yang menginap 1x24 jam harus lapor RT.
  2. Dilarang Parkir Mobil di Jalan Perumahan
  3. Segala Jenis Truk dilarang Memasuki Jalan Perumahan

info ronda

Pelaksanaan Ronda lingkungan dimulai pukul 22.00 WIB s.d. Menyesuaikan Kondisi

Recent Posts

POSTINGAN TERBARU

Recent Posts Widget