Anak Terlahir Suci: Peran Krusial Orang Tua dalam Pendidikan dan Pembentukan Karakter Islami

Kultum Tarawih 1446H 
Ustadz : Susianto,SKM
10 Ramadhan 1446H (10 Maret 2025)

Kesucian Fitrah Manusia: Pandangan dari Berbagai Perspektif Konsep bahwa setiap anak manusia dilahirkan dalam keadaan suci, atau memiliki fitrah yang bersih, adalah pandangan yang dianut oleh berbagai agama dan filosofi. Pandangan ini menekankan bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi kebaikan dan kesucian sejak lahir, dan bahwa pengaruh lingkunganlah yang kemudian membentuk karakter dan perilakunya. 
Pandangan dalam Islam Dalam Islam, pandangan ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW yang menyatakan: 
 "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi." (HR. Bukhari dan Muslim) 

Hadis ini menjelaskan bahwa setiap anak dilahirkan dengan potensi untuk mengenal dan beribadah kepada Allah SWT. Orang tua memiliki peran penting dalam mengarahkan anak kepada jalan yang benar, sesuai dengan fitrahnya.Hadis ini menjelaskan bahwa pengaruh lingkungan, terutama orang tua, sangat berperan dalam membentuk keyakinan seorang anak. 
Tidak Ada Dosa Warisan: Islam tidak mengenal konsep dosa warisan. Setiap individu bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Anak yang baru lahir tidak menanggung dosa orang tuanya. 

Peran Orang Tua dalam Menjaga Fitrah Anak 
Pendidikan Agama: Orang tua memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga fitrah anak dengan memberikan pendidikan agama yang baik. 
Menanamkan nilai-nilai Islam sejak dini akan membantu anak tumbuh menjadi individu yang berakhlak mulia. 
Lingkungan yang Baik: Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan spiritual anak sangat penting. Menghindarkan anak dari pengaruh negatif dan memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari. 
Doa dan Dukungan: Orang tua dianjurkan untuk selalu mendoakan anak-anak mereka agar senantiasa berada di jalan yang benar. 
Memberikan dukungan dan kasih sayang akan membantu anak mengembangkan potensi fitrahnya. Dalam Islam, setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci atau fitrah. Orang tua memiliki peran penting dalam menjaga dan mengembangkan fitrah tersebut melalui pendidikan agama, lingkungan yang baik, serta doa dan dukungan.



Share:

Manusia sebagai Khalifah di Bumi: Dialog Abadi antara Allah dan Malaikat

وَاِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلٰٓٮِٕكَةِ اِنِّىۡ جَاعِلٌ فِى الۡاَرۡضِ خَلِيۡفَةً ؕ قَالُوۡٓا اَتَجۡعَلُ فِيۡهَا مَنۡ يُّفۡسِدُ فِيۡهَا وَيَسۡفِكُ الدِّمَآءَۚ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَـكَ​ؕ قَالَ اِنِّىۡٓ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ‏  ٣٠

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah1 di bumi". Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui."(QS.Al Baqarah:30)


Dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 30 di atas, dikisahkan dialog antara Allah SWT dan para malaikat terkait penciptaan manusia sebagai khalifah di bumi. Dialog ini bukan sekadar narasi, tetapi mengandung hikmah mendalam tentang peran manusia, potensi, dan tanggung jawabnya di muka bumi.

Kisah Penciptaan dan Protes Malaikat 
Ketika Allah SWT berkehendak menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi, para malaikat mengajukan pertanyaan yang mencerminkan kekhawatiran mereka. Mereka bertanya, "Mengapa Engkau hendak menciptakan makhluk yang akan berbuat kerusakan di bumi dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih memuji dan menyucikan Engkau?" 
Pertanyaan ini bukanlah bentuk pembangkangan, melainkan cerminan dari pemahaman malaikat yang terbatas. Mereka melihat potensi manusia untuk melakukan kerusakan dan pertumpahan darah, berdasarkan pengalaman mereka dengan makhluk-makhluk sebelumnya. Jawaban Allah yang Maha Mengetahui Allah SWT menjawab, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Jawaban ini menegaskan bahwa Allah memiliki pengetahuan yang meliputi segala sesuatu, termasuk hikmah di balik penciptaan manusia. Allah mengetahui potensi manusia untuk berbuat baik dan buruk, serta rencana-Nya untuk menguji dan membimbing mereka. 
Jaminan Allah dalam Al-Qur'an Allah SWT memberikan jaminan kepada manusia melalui Al-Qur'an, kitab suci yang menjadi pedoman hidup. Al-Qur'an berisi petunjuk, hukum, dan kisah-kisah yang menjadi pelajaran bagi manusia. 
Dengan berpegang teguh pada Al-Qur'an, manusia dapat menjalankan peran sebagai khalifah dengan sebaik-baiknya. Beberapa jaminan Allah dalam Al-Qur'an antara lain: 
Pemberian Akal dan Ilmu: Allah memberikan manusia akal dan ilmu pengetahuan, yang memungkinkannya untuk mengelola bumi dan mengembangkan peradaban. 
Pengutusan Rasul: Allah mengutus para rasul sebagai pembimbing dan contoh teladan bagi manusia. 
Pemberian Kitab Suci: Allah menurunkan kitab-kitab suci, termasuk Al-Qur'an, sebagai pedoman hidup. 
Janji Pahala dan Hukuman: Allah menjanjikan pahala bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, serta hukuman bagi orang-orang yang ingkar dan berbuat kerusakan. 
Taubat: Allah selalu membuka pintu taubat bagi orang-orang yang mau bertaubat. Tanggung Jawab 

Manusia sebagai Khalifah 
Sebagai khalifah di bumi, manusia memiliki tanggung jawab besar untuk: 
Mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak. 
Menjaga kelestarian lingkungan hidup. 
Menciptakan perdamaian dan keadilan di muka bumi. 
Beribadah kepada Allah SWT dan menjalankan perintah-Nya. 

Dialog antara Allah dan malaikat tentang penciptaan manusia sebagai khalifah di bumi mengandung pelajaran berharga tentang peran, potensi, dan tanggung jawab manusia. Dengan berpegang teguh pada Al-Qur'an, manusia dapat menjalankan peran sebagai khalifah dengan sebaik-baiknya, sehingga bumi menjadi tempat yang aman, damai, dan sejahtera.










Share:

Peringatan Jibril yang Diaminkan Rasulullah SAW: Sebuah Renungan

Kajian Subuh Ramadhan 
Ustadz : Dika
9 Ramadhan 1446H (9 Maret 2025)

Sahabat Ka’ab bin Ujrah RA melaporkan kepada kita, Rasulullah meminta para sahabat mendekat ke mimbar. Pada setiap tangga menuju tempat duduk di mimbar, Rasul mengucapkan tiga kali amin. Para sahabat bertanya-tanya ada apa gerangan Rasul sampai mengucapkan amin tiga kali dan meminta mereka merapat ke dinding mimbar. Malaikat Jibril AS menyampaikan tiga peringatan yang sangat penting, dan setiap peringatan tersebut diaminkan oleh Rasulullah SAW. Peringatan ini menjadi pengingat bagi umat Islam untuk senantiasa meningkatkan kualitas ibadah dan amal kebaikan. Berikut adalah tiga peringatan tersebut: 

Celakalah orang yang mendapati bulan Ramadhan tetapi tidak diampuni dosanya. 
Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah dan ampunan. Namun, sangat disayangkan jika ada orang yang melewatkan kesempatan emas ini tanpa mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Ini menunjukkan betapa pentingnya memanfaatkan setiap detik di bulan Ramadhan untuk beribadah, memohon ampunan, dan meningkatkan ketakwaan. 

Celakalah orang yang tidak bershalawat ketika nama Nabi Muhammad SAW disebut. 
Shalawat adalah bentuk penghormatan dan kecintaan kita kepada Rasulullah SAW. Ketika nama beliau disebut, sudah sepatutnya kita bershalawat sebagai ungkapan rasa cinta dan syukur atas risalah yang beliau bawa. 

Celakalah orang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya telah lanjut usia, tetapi tidak membuatnya masuk surga. 
Berbakti kepada orang tua adalah kewajiban yang sangat mulia. Ridha Allah SWT terletak pada ridha orang tua. Kesempatan untuk berbakti kepada orang tua, terutama ketika mereka telah lanjut usia, adalah pintu gerbang menuju surga.

Amalan-amalan yang Dianjurkan Untuk menghindari kecelakaan yang disebutkan di atas, berikut adalah beberapa amalan yang dianjurkan: 
Memaksimalkan amalan wajib: 
Shalat tepat waktu: Shalat adalah tiang agama.Menjaga shalat tepat waktu adalah amalan yang sangat dicintai Allah SWT. 
Birrul walidain (berbakti kepada orang tua): Berbuat baik kepada orang tua adalah kunci keberkahan hidup. 
Menutup aurat: Menjaga aurat adalah bentuk ketaatan kepada Allah SWT. 
Meningkatkan amalan sunnah: 
Interaksi dengan Al-Qur'an: Membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Qur'an adalah amalan yang sangat dianjurkan. 
Sholat sunnah. Bersedekah. Jihad dijalan allah. 
Jihad memiliki arti yang luas, tidak hanya berperang secara fisik, tetapi juga berjuang melawan hawa nafsu dan berdakwah di jalan Allah SWT. 
Peringatan yang disampaikan oleh Malaikat Jibril dan diaminkan oleh Rasulullah SAW adalah pengingat bagi kita semua untuk senantiasa meningkatkan kualitas ibadah dan amal kebaikan. Marilah kita manfaatkan setiap kesempatan yang diberikan Allah SWT untuk meraih ampunan-Nya, meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW, dan berbakti kepada orang tua.




Share:

Senyum: Bahasa Universal yang Menyehatkan dan Bernilai Ibadah

Kultum Tarawih
Ustadz : Suyadi,SPd,MPd
8 Ramadhan 1446H (8 Maret 2025)

Senyum adalah ekspresi wajah yang paling sederhana, namun memiliki kekuatan luar biasa. Ia adalah bahasa universal yang dipahami oleh semua orang di seluruh dunia, tanpa memandang perbedaan budaya, bahasa, atau latar belakang. Senyum dapat menyampaikan berbagai emosi, mulai dari kebahagiaan, keramahan, hingga rasa simpati. 

Senyum dari Segi Kesehatan 
Selain sebagai media komunikasi, senyum juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan fisik dan mental. Berikut adalah beberapa manfaat kesehatan dari senyum: 
Meningkatkan suasana hati: Senyum dapat memicu pelepasan endorfin, yaitu hormon yang dapat meningkatkan perasaan bahagia dan mengurangi stres. 
Menurunkan tekanan darah: Senyum dapat membantu merilekskan tubuh dan menurunkan tekanan darah. 
Meningkatkan sistem kekebalan tubuh: Senyum dapat meningkatkan produksi antibodi dan sel-sel kekebalan tubuh. 
Mengurangi rasa sakit: Endorfin yang dilepaskan saat tersenyum dapat bertindak sebagai pereda nyeri alami. 
Membuat awet muda: Senyum dapat melatih otot-otot wajah dan membuat kulit tampak lebih kencang. 

Senyum dalam Pandangan Agama Islam 
Dalam Islam, senyum dipandang sebagai tindakan yang mulia dan dianjurkan. Rasulullah SAW bersabda: 
 "Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah." (HR. Tirmidzi) 
Hadist ini menunjukkan bahwa senyum bukan hanya sekadar ekspresi wajah, tetapi juga memiliki nilai ibadah. Berikut adalah beberapa pandangan Islam tentang senyum: 
Senyum adalah sedekah yang paling mudah: Dengan tersenyum, kita dapat memberikan kebahagiaan kepada orang lain tanpa mengeluarkan biaya. 
Senyum adalah cerminan akhlak mulia: Rasulullah SAW dikenal sebagai sosok yang murah senyum. 
Mengikuti sunnah beliau, kita dianjurkan untuk selalu tersenyum kepada sesama. 
Senyum dapat mempererat tali persaudaraan: Dengan tersenyum, kita dapat menciptakan suasana yang ramah dan hangat, sehingga mempererat hubungan antar sesama Muslim. Senyum adalah bentuk syukur atas nikmat Allah SWT. 
Senyum adalah anugerah yang luar biasa. Ia adalah bahasa universal yang dapat menyatukan manusia, menyampaikan emosi positif, dan memberikan berbagai manfaat bagi kesehatan. Dalam Islam, senyum bahkan memiliki nilai ibadah. Oleh karena itu, mari kita jadikan senyum sebagai bagian dari kehidupan kita sehari-hari.


Share:

Saring Sebelum Sharing: Tabayun dan Husnudzon

Kuliah Subuh
Ustadz : Suyadi,SPd,MPd
8 Ramadhan 1446H (8 Maret 2025)

Di era informasi yang serba cepat ini, kita dibombardir dengan berbagai berita dan informasi setiap harinya. Tidak semua informasi tersebut benar dan akurat. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk bersikap kritis dan melakukan tabayun (klarifikasi) sebelum mempercayai dan menyebarkan informasi tersebut. Tabayun: Memastikan Kebenaran Informasi Tabayun adalah proses mencari kejelasan dan kebenaran suatu informasi. 
Dalam Islam, tabayun sangat dianjurkan, terutama ketika menerima berita dari orang yang tidak dikenal atau diragukan kredibilitasnya. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 6: 

 "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."  
 
Ayat ini mengajarkan kita untuk tidak mudah percaya pada berita yang dibawa oleh orang fasik. Kita harus melakukan tabayun untuk memastikan kebenaran berita tersebut agar tidak menimbulkan fitnah dan kerugian bagi orang lain. 

Husnudzon: Berpikir Positif dalam Segala Hal 
Selain tabayun, kita juga dianjurkan untuk berhusnudzon (berbaik sangka) dalam kehidupan sehari-hari. Husnudzon berarti berpikir positif dan melihat segala sesuatu dari sisi baiknya. Dengan berhusnudzon, kita akan terhindar dari prasangka buruk, kecurigaan, dan kebencian. Allah SWT melarang kita untuk berprasangka buruk dalam QS. Al-Hujurat ayat 12: 

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati, maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."  
 
Ayat ini mengajarkan kita untuk selalu berprasangka baik kepada orang lain dan tidak mencari-cari kesalahan mereka.   Hidup dalam Energi Positif dengan Berbaik Sangka Berhusnudzon tidak hanya bermanfaat bagi hubungan kita dengan orang lain, tetapi juga bagi kesehatan mental dan spiritual kita. Dengan berhusnudzon, kita akan hidup dalam energi positif, terhindar dari stres dan kecemasan, serta lebih dekat dengan Allah SWT. 

Selalu menghadirkan Allah: 
Dengan selalu mengingat Allah, kita akan merasa tenang dan tidak khawatir menghadapi masalah. Meyakini Maha Baik: Allah adalah Maha Baik dan Maha Adil. Setiap ujian yang diberikan-Nya pasti mengandung hikmah dan kebaikan. 

"Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216).
Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak menilai sesuatu hanya dari sudut pandang kita yang terbatas. 

Berbaik sangka kepada Allah SWT: 
Jika kita mendekati Allah dengan berjalan, Allah akan mendekati kita dengan berlari. Ini menunjukkan betapa Allah sangat menyayangi hamba-Nya yang berbaik sangka kepada-Nya. 

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS. Al-Insyirah: 5-6) 
Ayat ini memberikan harapan dan keyakinan bahwa setiap kesulitan pasti akan berakhir dengan kemudahan. 

Sikap Positif sebagai Individu 
Sebagai individu, kita dapat mengaplikasikan tabayun dan husnudzon dalam kehidupan sehari-hari dengan cara: Mencari informasi dari sumber yang kredibel dan terpercaya. Tidak mudah percaya pada berita yang belum jelas kebenarannya. Selalu berpikir positif dan berprasangka baik kepada orang lain. Memaafkan kesalahan orang lain dan tidak menyimpan dendam. Bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT. Dengan menerapkan tabayun dan husnudzon, kita akan menciptakan kehidupan yang lebih tenang dan damai.
Share:

Footer Link

Pengumuman

  1. Tamu yang menginap 1x24 jam harus lapor RT.
  2. Dilarang Parkir Mobil di Jalan Perumahan
  3. Segala Jenis Truk dilarang Memasuki Jalan Perumahan

info ronda

Pelaksanaan Ronda lingkungan dimulai pukul 22.00 WIB s.d. Menyesuaikan Kondisi

Recent Posts

POSTINGAN TERBARU

Recent Posts Widget