Ibadah Qurban dan Haji adalah dua Ibadah yang tidak terisahkan. Dalam Hal waktu dan kesamaan masalah pendanaan. Ibadah kurban memiliki makna yang mendalam dalam agama Islam. Selain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT, kurban juga mengandung nilai sosial dan kepedulian terhadap sesama. Melalui kurban, umat Muslim diajarkan untuk berbagi rezeki dengan orang lain, terutama mereka yang kurang beruntung.
Sedangkan ibadah haji salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh umat Muslim yang mampu secara fisik, finansial, dan hukum. Ibadah haji dilakukan di Kota Makkah, Saudi Arabia, pada bulan Dzulhijjah. Haji memiliki rangkaian ibadah yang meliputi tawaf di sekitar Ka'bah, sai antara bukit Safa dan Marwah, wukuf di Arafah, melempar jumrah, dan lain sebagainya.
Meskipun kurban dan ibadah haji memiliki keterkaitan dalam segi waktu pelaksanaan, yaitu pada bulan Dzulhijjah, dan keduanya adalah ibadah yang dianjurkan dalam agama Islam, tetapi mereka berbeda dari segi tempat dan pelaksanaannya. Kurban dilakukan di berbagai belahan dunia oleh umat Muslim yang mampu, sedangkan ibadah haji hanya dilaksanakan di Makkah oleh mereka yang telah memenuhi persyaratan dan mampu untuk melaksanakannya.
Sebagaimana pesan dalam teks-teks agama, Kurban dalam bahasa Arab adalah kurban yang berarti mendekatkan diri kepada Tuhan. Kurban tahunan yang dirayakan oleh umat Islam di seluruh dunia seharusnya tidak lagi dimaknai sebagai ibadah yang sebatas proses ritual. Sebaliknya, itu harus ditafsirkan sebagai penegasan nilai-nilai kemanusiaan dan semangat pembebasan.
Setelah kami menyelesaikan semua layanan, perilaku kami tetap sama atau berubah. Kita tidak khawatir tentang orang lain atau khawatir tentang peringatan-Nya atau sebaliknya. Kemudian kami terus merugikan sejumlah kecil orang atau tidak. Gaya hidup jor-rod juga memudar atau digantikan dengan gaya hidup berbagi. Penulis bermaksud untuk menganalisis hal ini, dengan alasan bahwa pengorbanan juga harus dipahami sebagai kebebasan sosial. Pertanyaan yang ada adalah kebebasan sosial—sikap positif terhadap orang lain yang harus disingkirkan dari rumah kita bersama (ego).
Kebebasan dan kesadaran pada manusia kini menjadi bagian dari alam. Manusia akan selalu berkembang dan maju menuju keunggulan jika standar ini ditegakkan. Jika tujuan pembebasan sosial adalah memandang alam semesta sebagai satu kesatuan untuk memahami segalanya. Alam semesta tidak membedakan antara dunia dan akhirat, alam dan sura alam, atau substansi dan esensi karena semuanya adalah satu organisme, sedangkan dunia ini dianggap sebagai emporium tunggal. Salah satu non-pembebasan sosial adalah pemahaman syirik, yang menggunakan sistem feodal yang berbeda dan memandang dunia terbagi, kacau, dan kontradiktif. Pandangan dunia Tauhid adalah pandangan yang memandang realitas sebagai integral, holistik, monoteistik, dan universal.
Sumber : https://www.iainpare.ac.id/