Perayaan Idul Adha identik dengan ibadah kurban atau menyembelih hewan ternak sebagai bentuk ketaatan kepada Allah Swt. Ibadah Qurban memiliki makna mendalam yang dapat dipetik oleh setiap muslim. Kurban mengajarkan dua hal kepada manusia.
Pertama, bahwa moment kurban adalah waktu yang tepat sebagai seorang muslim untuk berbagi. Kedua, adanya aspek kesucian.
Demikian seperti disampaikan Eko Riyadi, MH. dalam kajian virtual semarak Idul Adha 1442 H yang diadakan Forum Kajian dan Penulisan Hukum (FKPH) FH UII pada Senin (19/7/2021). Kajian bertema “Semarak Idul Adha 1442 H di Masa Pandemi”.
Ia mencontohkan kambing yang dikurbankan, ketika disembelih daging atau zatnya sama dengan kambing yang kita beli di pasaran. Namun ada perbedaan nilai di antara keduanya, di daging kurban terdapat nilai pengorbanan, nilai keikhlasan, nilai keIlahian.
Kurban merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah. Waktu berkurban dimulai dari tanggal 10-13 Dzulhijjah. Perintah kurban selalu diiringi dengan perintah melaksanakan ibadah sholat. Kedua ibadah itu menurutnya adalah perwujudan nilai ‘habluminallah dan habluminannas’ yang dianjurkan bagi setiap Muslim.
Hukum berkurban bisa menjadi wajib apabila kurban merupakan nazar seseorang. “Misalnya, seseorang bernazar untuk berkurban apabila ia mendapat prestasi yang bagus atau menang lomba debat nasional. Maka, hukum berkurban baginya itu wajib, karena sudah dinazarkan.
Adapun, hukum nazar bagi orang yang tidak bernazar atau orang biasa itu hukumnya sunnah muakkad yaitu sunah yang dianjurkan. Hukum berkurban berpengaruh pada sistem pembagian daging kurban. Apabila kurban dilaksanakan atas dasar nazar, maka orang yang berkurban tersebut tidak berhak untuk menerima daging kurban.
Sedangkan, apabila kurban dilaksanakan atas dasar sunnah muakkad, maka orang yang berkurban diperbolehkan mendapat bagian dari daging kurbannya dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 1/3 bagian dari daging kurban tersebut.
Adapun hewan yang dapat dikurbankan meliputi kambing, sapi, domba, kerbau, atau unta. Selain itu, hewan kurban harus memenuhi syarat, yaitu umurnya dan kondisinya. Misalnya, hewan kambing, sapi, atau kerbau yang akan dikurbankan harus berusia minimal dua tahun, sedangkan untuk hewan unta minimal berusia lima tahun.
Kondisi hewan kurban juga harus diperhatikan dengan baik. Adanya kecacatan seperti mata yang buta, kaki pincang, terputus salah satu telinganya, atau cacat lainnya menyebabkan hewan tidak boleh dikurbankan. Namun, apabila yang rusak itu tanduknya, hewan tersebut masih boleh dikurbankan.
Setelah bulan Ramadhan berlalu yang tadinya syaitan dibelenggu maka Syaitan sudah dilepas lagi. Agar kita dapat selamat maka kita istiqomahkan amalan yang ada. Sebagai orang yang beriman, kita berupaya tetap istiqomah melakukan ama-amal sholeh pasca Ramadhan. Karena pada hakikatnya, kita adalah hamba-hamba Allah dan bukan hamba-hamba Ramadhan.
Sekalipun Ramadhan telah pergi meningalkan kita, tetapi Allah SWT akan tetap terus ada dan tidak akan pergi meninggalkan kita, selama kita terus mengingat-Nya dalam segala keadaan.
Orang-orang yang sukses dalam menjalankan segala amal sholeh selama bulan Ramadhan, memiliki peluang besar untuk tetap istiqomah menjalankan amal-amal sholeh tersebut pasca Ramadhan. Syaratnya adalah segala amal ibadah yang telah ia lakukan, dilandasi oleh iman dan semata-mata mengaharap ganjaran pahala dari Allah SWT.
Sikap istiqomah memiliki dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan horisontal. Secara vertikal, seseorang yang istiqomah akan terus menjaga hubungannya dengan sang Khaliq dan berusaha untuk senantiasa dekat (taqorrub) dengan-Nya. Esensi dari dimensi vertikal ini kemudian diejawantahkan dalam dimensi horisontal dengan terus menjaga hubungan baik dengan sesama makhluk Allah, baik manusia, hewan, dan alam sekitar.
Biasakan Amalan-amalan Amaliah Ramadhan Tetap tilawah, sholat malam. jika Ramadhan 1 malam juz.Hari
Mencari lingkungan yang baik
Hindarkan kemaksiatan
Berdoa, "Yaa muqallibal quluub tsabbit quluubanaa 'alaa diinik”
Artinya, “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu”.
Oleh karena itulah, Allah Ta’ala mensyariatkan puasa enam hari di bulan Syawwal, yangkeutamannya sangat besar yaitu menjadikan puasa Ramadhan dan puasa enam hari di bulan Syawwal pahalanya seperti puasa setahun penuh, sebagaimana sabda Rasululah Shallallahu’alaihi Wasallam: “Barangsiapa yang berpuasa (di bulan) Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan (puasa sunnah) enam hari di bulan Syawwal, maka (dia akan mendapatkan pahala) seperti puasa setahun penuh” (HSR Muslim (no. 1164)).
Akhirnya, kita berharap kepada Allah SWT agar senantiasa diberikan kekuatan untuk dapat terus melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta diberikan keistiqomahan untuk tetap berada di jalan yang lurus, senantiasa mendapatkan bimbingan dan petunjuk-Nya, yang pada puncaknya kita akan kembali kepada Allah SWT dalam keadaan husnul khotimah. Aamiin Ya Robbal 'Alamiin.
Kajian Ahad Ba'da Subuh, 22 Mei 2022, Ustadz Retno Ahmad Pujiono,LC
Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim menerangkan, “Orang mukmin terpenjara di dunia karena mesti menahan diri dari berbagai syahwat yang diharamkan dan dimakruhkan. Orang mukmin juga diperintah untuk melakukan ketaatan. Ketika ia mati, barulah ia rehat dari hal itu. Kemudian ia akan memperoleh apa yang telah Allah janjikan dengan kenikmatan dunia yang kekal, mendapati peristirahatan yang jauh dari sifat kurang.
Adapun orang kafir, dunia yang ia peroleh sedikit atau pun banyak, ketika ia meninggal dunia, ia akan mendapatkan azab (siksa) yang kekal abadi.
“Dunia adalah penjara bagi seorang mukmin seperti diriku sebab segala kemewahan yang ku nikmati sekarang, sungguh tak ada apa-apanya dibandingkan apa yang Allah sediakan untuk kami di surga. Dunia ini masih menahan langkah kami dengan jarak waktu, menguji keyakinan kami dengan takut, lapar, lelah, kekurangan, kehilangan, kesempitan, dan kesedihan. Adapun di surga, tak ada lagi semua itu, hanya nikmat yang tak berakhir lagi tak membosankan.
Sunggguh, meski kau melihat kami tampak megah dan mewah, kami sedang terpenjara sebab masih menanti nikmat yang jauh lebih berlipat," papar Ibn Hajar panjang lebar.
“Adapun engkau," ujar Ibn Hajar lagi. "Seperti yang engkau telah rasakan, hidupmu di dunia memang disesaki kepayahan dan penderitaan. Tetapi ketahuilah, semua nestapa yang mencekikmu itu tiada artinya dibanding apa yang Allah sediakan bagimu kelak di neraka.”
“Saat ini kau masih dapat bernafas lega, makan jika lapar, minum jika haus, juga memiliki anak dan istri. Duniamu yang kau katakan terasa menyiksa, sungguh adalah surga, tempatmu masih bisa tertawa, berjalan dan berlari, bekerja dan memperoleh gaji.”
“Betapa itu bagaikan surga, dibanding siksa abadi kelak di neraka sejati. Api yang menghanguskan, siksa yang meremukkan. Kehausan yang diguyuri air mendidih. Kelaparan yang disuapi darah, nanah, dan zaqqum."
Si Yahudi penjual minyak itu terperanga. Dia menunduk dan tergugu.
Ketika mengangkat kepala dengan mata berkaca-kaca, dia berkata lirih, “Asyhadu allaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.”
Segera, tanpa mempedulikan pakaiannya yang mungkin terkotori, Imam Ibn Hajar Al-Asqalani memeluk si penjual minyak ter yang kini telah berislam.
“Selamat datang! Selamat datang, saudaraku! Selamat atas hidayah Allah padamu, segala puji-pujian hanya milik-Nya yang telah menyelamatkanmu dari neraka ” sambutnya.
Mereka pun berangkulan erat. Hari itu, si penjual minyak di bawa Ibn Hajar ke rumahnya, dididik dan akhirnya menjadi salah seorang muridnya yang ternama.
Rumah Dome Sumber Gambar:https://www.tribunnewswiki.com/
Memasuki komplek “rumah dome” terasa berada di dunia fantasi dan seolah berada di negeri teletubbies karena semua rumah di sini memiliki bentuk unik bulat setengah bola. Disebut rumah dome karena semua atapnya berbentuk kubah. Rumah dalam satu komplek ini sebanyak 71 unit/ KK dilengkapi fasilitas MCK setiap 12 KK/blok, 1 mushola, 1 aula pertemuan warga dan satu unit rumah untuk BUMDes atau kegiatan ekonomi. Rumah Dome ini dibangun atas bantuan NGO luar negeri WANGO dan Domes for The World (DFTW), yang menaruh kepeduliannya terhadap bencana gempa di Yogyakarta pada tahun 2010 Sumbangan dari perusahaan lokal adalah perusahaan cat Avian yang menyumbang cat untuk semua rumah dome ini.
Rumah ini unik karena hanya ada satu komplek rumah dengan model dan bentuk ini di wilayah Jogja dan mungkin di Indonesia. “Saya merasa senang tinggal di rumah ini, walaupun awalnya canggung sekarang sudah terbiasa, walaupun kelihatannya kecil tetapi cukup lega karena di lantai atas ada ruang keluarga yang cukup luas. Di rumah ini saya memiliki usaha kerajinan kripik ares dan rempeyek bayam”, kata Suryono, salah satu penghuni Rumah Dome.
Konstruksi rumah ini dirancang tahan terhadap risiko gempa dengan struktur tulangan yang saling menyambung membentuk lingkaran. Walaupun setengah bulat tetapi nyaman, ada ruang tamu, kamar tidur, dapur dan ruang keluarga di bagian atas yang cukup lapang. Seiring perkembangan waktu, rumah ini menjadi tempat kunjungan wisatawan yang ingin melihat keunikan komplek dalam suasana dan nuansa yang berbeda dengan perumahan pada umumnya dan sebagian rumah difungsikan sebagai homestay komersial.
Sadar bahwa kompleks ini unik dan selalu banyak pengunjung akhirnya warga masyarakat mengelolanya sebagai tempat kunjungan wisata. Untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat beberapa rumah tangga mendapatkan pelatihan untuk pengembangangan industri rumah tangga untuk dipasarkan kepada setiap pengunjung antara lain; kripik ares (bonggol pisang), rempeyek bayam, bakpia dan lain-lain.
Rumah Dome memiliki garis tengah sepanjang 7 meter ini memiliki dua pintu utama dari depan dan belakang. Pintu depan langsung masuk ke ruang tamu dan pintu belakang masuk ke ruang dapur.
Rumah ini memiliki 4 ruang masing-masing 2 kamar tidur, sebuah kamar tamu, dapur dan juga kamar mandi. Rumah ini memiliki lantai dua yang memungkinkan warga tidur di loteng ataupun menggunakan lantai dua sebagai tempat berkumpulnya keluarga.
Hanya saja, kini banyak warga yang melakukan pengembangan dengan membangun sendiri rumah-rumah mereka. Meskipun rumah baru mereka seperti bangunan-bangunan lainnya di Yogyakarta, tetapi hal tersebut mereka lakukan untuk memenuhi kenyamanan warga.
Warga terpaksa membangun sendiri rumah tambahan karena menilai rumah dome ukurannya terlalu kecil.
Sumber: Bunga Rampai Penyelenggaran Perumahan di Indonesia (Kementrian PUPR)