Empat Nasehat Imam Hatim Al-Ashom
Kajian Ahad Pagi, 2 Juni 2024 bersama Ustadz Muhammad Abdul Jalil Pengasuh Pondok Pesantren "Bumi Bersholawat".
Sosok ulama yang satu ini pasti sudah tidak asing. Beliau dijuluki Al-Ashom (si Tuli). Beliau adalah Abu Abdurrahman Hatim ibn Alwan bin Yusuf rahimahullah, atau lebih dikenal dengan Imam Hatim Al-Ashom yang artinya Hatim si tuli.
Sosok ulama yang satu ini pasti sudah tidak asing. Beliau dijuluki Al-Ashom (si Tuli). Beliau adalah Abu Abdurrahman Hatim ibn Alwan bin Yusuf rahimahullah, atau lebih dikenal dengan Imam Hatim Al-Ashom yang artinya Hatim si tuli.
Mengapa beliau dilabeli dengan sebutan tuli? Julukan itu tidak ada kaitannya dengan fungsi pendengaran beliau. Sang ulama generasi Tabi'in ini memiliki pendengaran normal bahkan tajam. Adapun julukan Al-Ashom atau tuli tersebut memiliki kisah yang sarat hikmah.
Suatu ketika saat Beliau memberikan kajian, saat hening tiba-tiba ada seorang santri perempuan yang kentut. Sehingga semua mata tertuju padanya. Santri ini dipanggil oleh Beliau. Ditanya hari ini kamu dapat ilmu apa? Dijawab oleh santrinya. Tetapi Beliau menjawab yang keras aku tidak dengan. Dijawab lagi oleh santrinya. Beliau mengatakan yang keras saya tidak dengar. Dalam hati santri ini berguman bahwa tadi ketika saya kentut berarti tidak dengar.
Di antara nasihat emas beliau yaitu:
Empat Hal yang Bernilai
:
- " Ada empat hal yang tidak diketahui hakikat besarnya nilainya kecuali oleh empat pihak : Masa muda, tidak diketahui nilainya kecuali oleh orang yang sudah tua. Keselamatan, tidak diketahui nilainya kecuali oleh orang yang tertimpa musibah. Kesehatan, tidak diketahui nilainya kecuali oleh orang yang sedang sakit. Kehidupan, tidak diketahui nilainya kecuali orang yang sudah mati ." [Tanbighul Ghafilin hal 39]
- Musibah Terbesar " Musibah yang menimpa agama itu lebih besar dari pada musibah yang menimpa dunia seseorang. Ketika aku kehilangan putriku, yang mentakziahiku lebih dari 10.000 orang. Namun anehnya ketika aku kehilangan jamaah sholat Shubuh tidak ada satupun yang mentakziahiku ." [Mufid al Ulul hal 390]
- Perhatikan Dirimu dalam Tiga Keadaan " Komitmenlah kepada dirimu dalam tiga keadaan: Jika engkau berbuat sesuatu, ingatlah bahwa Allah melihatmu. Jika engkau berbicara Allah mendengarmu. Dan ketika engkau diam Allah mengetahui apa yang ada pada dirimu ." [Hilyatul Auliya (8/75)]
- Rezeki yang Halal Akan Dihisab Beliau juga berkata: " Siapa yang mengambil rezeki yang halal dari dunia, maka Allah akan menghisabnya. Dan siapa yang mengambil rezeki yang haram maka Allah akan mengadzabnya. Dunia ini halalnya hisab (perhitungan), haramnya adzab (siksa) ."
Undangan Subuh Berjamaah
Ahad, 01 Juni 2024 Ta'mir Masjid Al Mu'minun mengundang Kaum Muslimin untuk melaksanakan Sholat Subuh Berjama'ah dilanjutkan dengan Kajian Rutin Ahad Pagi. Pada Ahad ini Kajian diisi oleh Ustadz Muhammad Abdul Jalil. Semoga menjadi amal jariah.
Perbedaan Dalam Islam
Kajian Rutin Ahad Pagi, 19 Mei 2024 Masjid Al Mu'minun. Kajian bersama Ustadz Retno Ahamd Pujiono, LC. membahas tentang perbedaan dalam Islam.
Allah subhanahu wata'ala telah menciptakan kita semua umat manusia, secara fisik dalam dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan, dan ini adalah perbedaan jasad yang mendasar bagi umat manusia, yang kemudian melahirkan perbedaan-perbedaan selanjutnya, seperti suku (etnis) dan bangsa.
Allah subhanahu wata'ala berfiman di dalam QS. Al-Hujurat/49: 13, artinya sebagai berikut.
Artinya:
"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti." (QS. Al-Hujurat/49: 13)
Dalam sejarah Islam, sejak zaman sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, tabi'in dan tabi' tabi'in sudah terjadi berbagai perbedaan pendapat (ikhtilaf) khususnya dalam masalah cabang-cabang agama (furu’iyah).
Bahkan di zaman Rasulullah masih hidup sekalipun, para sahabat sering berbeda pendapat dalam menyikapi perintah agama baik dari Al-Qur’an maupun dari sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Salah satu contohnya adalah perbedaan pendapat sahabat Nabi dalam suatu perjalanan ke perkampungan Bani Quraizhah dimana Nabi berpesan kepada kafilah sahabat agar tidak shalat ashar sebelum sampai ke perkampungan Bani Quraizhah.
Rasulullah bersabda, "Janganlah ada seorang pun yang shalat Ashar kecuali di (perkampungan) Bani Quraizhah." (HR. Bukhari).















.jpg)











