Memahami Makna Hijrah


Kajian rutin Ahad Pagi, 1 Muharam 1446H  (7 Juni 2024) Masjid Al Mu'minun Perumahan Gayam Permai Banjarnegara Bersama Ustadz Yusman,SHI.
Penanggalan dengan menggunakan bulan sebagai patokan pergantian hari sudah biasa dilakukan oleh masyarakat Arab sejak dulu. Kendati demikian, dalam penentuan tahun masih menggunakan peristiwa-peristiwa penting. Sebut saja kelahiran Nabi Muhammad yang disebut sebagai tahun gajah, yang mana pada tahun tersebut terdapat peristiwa penyerangan Mekah oleh pasukan kalender Hijriah diambil dari proses hijrah Rasulullah dari Mekah ke Madinah. Sesuai dengan peristiwa tersebut, 1 Hijriah ditentukan pada peristiwa hijrah atau pada 622 masehi.
Hijrah adalah sebuah kata yang dianggap menjadi sebuah simbol atau penanda bahwa seseorang sudah meninggalkan segala perbuatan yang melenceng dari syariat Islam dan berjanji akan meniti jalan syariat Islam secara ketat.
Kata hijrah pada mulanya masyhur di kalangan umat Islam karena berkaitan dengan peristiwa perpindahan Nabi Muhammad dari kota kelahirannya, Mekkah, ke Madinah untuk misi dakwah. Makna dari kata ini sebenarnya tidak berubah di dunia Arab, namun di Indonesia maknanya bergeser dan lebih dekat ke “pertobatan” alih-alih “perpindahan tempat”.
Pada permulaan Islam, belum dikenal adanya sistem penanggalan Islam. Sistem penanggalan Islam ini baru dikenal saat Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu menjadi khalifah, wilayah kekuasaan Islam meluas dan orang-orang membutuhkan adanya penanggalan dalam pemberian-pemberian (hibah) mereka dan lain-lain. Pada tahun ketiga atau keempat dari kekhilafahan Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu, Abu Musa Al-Asy’ari menulis surat kepada Umar sebagai berikut,”Telah sampai kepada kami sejumlah dokumen yang tidak ada tanggalnya.” 
Maka Umar mengumpulkan para sahabat radhiyallahu ‘anhum untuk bermusyawarah dengan mereka. Salah seorang usul agar menggunakan sistem kalender orang-orang Persia yang mengacu kepada raja-rajanya. Setiap kali seorang raja binasa, maka penanggalannya diganti dengan mengacu kepada nama raja berikutnya. Namun para sahabat tidak suka dengan sistem penanggalan tersebut.







Share:

Undangan Subuh Berjama'ah Pada Tahun Baru 1 Muharan 1446H

 


Share:

Al Istiadzah


Kajian rutin Ahad Pagi, 30 Juni 2024 Masjid Al Mu'minun Perum Gayam Permai. Kajian bersama Ustadz Retno Ahmad Puji, LC tema Al Istiadzah/Ta'awudz.
Al Isti’adzah berarti permohonan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari setiap yang jahat. Al ’Iyadzah (permohonan pertolongan) dalam usaha menolak kejahatan, sedangkan Al Layadzu (permohonan pertolongan) dalam upaya memperoleh kebaikan.
Inilah makna yang terkandung dalam tiga ayat Al Qur’an. Pertama, firman-Nya dalam surat Al A’raf ayat 199 yang artinya, “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan kebaikan dan berpaling dari orang-orang yang bodoh.”
Kemudian, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al A’raf: 200). Berlindung kepada Allah maksudnya adalah membaca a’udzubillahi minasy syaithonir rajim.
Dalam surat Al Mukminun Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan. Dan katakanlah: ‘Ya Rabb-ku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Rabb-ku, dari kedatangan mereka kepadaku.” (Al Mukminun: 96-98).
Dan dalam surat Fushshilat ayat 34-36 Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
isti’adzah dilakukan sebelum membaca Al Qur’an guna mengusir godaan setan. Menurut mereka, ayat yang berbunyi, (yang artinya) “Jika kamu hendak membaca Al Qur’an, maka hendaklah kamu minta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk,” artinya jika kamu hendak membaca. Sebagaimana firman-Nya, (yang artinya) “Jika kamu hendak mendirikan shalat, maka basuhlah wajah dari kedua tangnmu.” (Al-Maidah: 6), artinya jika kalian bermaksud mendirikan shalat.







Share:

Laporan Kegiatan Pemotongan Hewan Qurban 1445H

https://gayampermai-bna.blogspot.com/p/coming-soon.html
Share:

Galery Pelaksanaan Ibadah Qurban 1445H

Share:

Footer Link

Pengumuman

  1. Tamu yang menginap 1x24 jam harus lapor RT.
  2. Dilarang Parkir Mobil di Jalan Perumahan
  3. Segala Jenis Truk dilarang Memasuki Jalan Perumahan

info ronda

Pelaksanaan Ronda lingkungan dimulai pukul 22.00 WIB s.d. Menyesuaikan Kondisi

Recent Posts

POSTINGAN TERBARU

Recent Posts Widget