Undangan Khataman Al Qur'an
Dengan mengharap ridho Allah Subhanahu Wa Ta'ala, kami segenap pengurus Jamiyyatul Qur'an mengundang Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menghadiri kegiatan rutin Khatam Al-Qur'an yang akan dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal: Kamis, 1 Mei 2025
Waktu: Ba'da Sholat 'Isya
Tempat: Masjid Al Mu'minun, Perumahan Gayam Permai, Banjarnegara
Kegiatan Jamiyyatul Qur'an ini merupakan agenda rutin yang dilaksanakan setiap tanggal 1 sebagai wujud syukur dan upaya untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Khatam Al-Qur'an kali ini menjadi momen yang istimewa bagi kita semua untuk bersama-sama mengagungkan Kalamullah dan memohon keberkahan dari-Nya. Kehadiran Bapak/Ibu/Saudara/i akan menambah kekhusyukan dan kemuliaan acara ini. Mari kita bersama-sama memanjatkan doa dan harapan, semoga kegiatan ini senantiasa membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua serta lingkungan Perumahan Gayam Permai.
Atas perhatian kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Hormat kami,
Segenap Pengurus Ta'mir Masjid Al Mu'minun Perumahan Gayam Permai, Banjarnegara.
Tahajud: Meraih Kemuliaan di Sepertiga Malam
Suasana pagi di Masjid Al Mu'nun Perumahan Gayam Permai terasa khidmat pada Ahad, 27 April 2025. Lantunan ayat suci Al-Quran dan zikir menggema, mengawali pengajian subuh yang kali ini diisi oleh Ustadz Yusman. Tema yang diangkat begitu istimewa, yaitu tentang Sholat Tahajud (Qiyamul Lail), ibadah sunnah yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah SWT.
Ustadz Yusman membuka kajiannya dengan mengisahkan ketaatan Rasulullah SAW dalam melaksanakan sholat tahajud. Beliau menukilkan riwayat dari Aisyah RA yang bertanya tentang kesungguhan Nabi dalam beribadah hingga kakinya bengkak, padahal Allah SWT telah mengampuni dosa-dosa beliau. Jawaban Rasulullah SAW sungguh menyentuh hati: "Wahai Aisyah, apakah saya tidak boleh menjadi hamba-hamba yang pandai bersyukur?"
Kisah ini mengajarkan kita tentang esensi ibadah, bukan semata-mata mengharap ampunan, namun juga sebagai wujud syukur atas segala nikmat yang telah Allah limpahkan.
Lebih lanjut, Ustadz Yusman menjelaskan beberapa keutamaan dan hal-hal penting terkait sholat tahajud:
Bolehnya Qunut dalam Sholat Tahajud: Beliau menyampaikan bahwa dalam melaksanakan sholat tahajud, seorang muslim diperbolehkan untuk membaca doa qunut.
Jalan Menuju Maqoman Mahmuda: Mengutip firman Allah dalam surat Al-Isra ayat 79,
"Dan pada sebagian malam, bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji2 (maqoman mahmuda)."
Ustadz Yusman menekankan bahwa keutamaan ini adalah karunia istimewa dari Allah yang hikmahnya mungkin belum sepenuhnya kita pahami.
Keistimewaan Ahli Tahajud di Padang Mahsyar: Beliau kemudian membacakan penggalan dari surat As-Sajadah ayat 17, yang mengisyaratkan betapa istimewanya ganjaran bagi mereka yang lambungnya jauh dari tempat tidur untuk melaksanakan sholat malam. Ustadz Yusman menjelaskan bahwa orang-orang yang istiqamah bertahajud akan dipanggil oleh Allah SWT di Padang Mahsyar tanpa melalui hisab (perhitungan amal) yang memberatkan.
Mereka termasuk golongan yang sedikit, namun sangat mulia di sisi Allah.
Penghapus Dosa dan Penolak Penyakit: Sholat tahajud juga memiliki keutamaan sebagai penghapus dosa-dosa kecil dan dapat menjadi sebab ditolaknya berbagai penyakit dari tubuh. Hal ini menunjukkan betapa besar keberkahan yang terkandung dalam ibadah malam ini.
Hati yang Bersih, Cinta Al-Quran: Ustadz Yusman menyinggung tentang kebersihan hati yang menjadi kunci kenikmatan dalam berinteraksi dengan Al-Quran. Beliau menuturkan bahwa ketika hati seorang muslim bersih, ia tidak akan pernah merasa kenyang dalam membaca dan merenungi ayat-ayat Allah, sebagaimana yang dicontohkan oleh para sahabat Nabi yang mampu mengkhatamkan Al-Quran dalam sholat malam mereka.
Sebaik-baik Sholat Sunnah Setelah Fardhu: Merujuk pada hadist Abu Hurairah RA, Ustadz Yusman menyampaikan bahwa sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram, dan sebaik-baik sholat sunnah setelah sholat fardhu adalah sholat tahajud, bukan sholat Id. Beliau juga menambahkan bahwa sebaik-baik sholat sunnah adalah yang dikerjakan di rumah.
Masjid Al Mu'nun Perumahan Gayam Permai menyelenggarakan kegiatan Sholat Tahajud Berjama'ah yang diselenggarakan setiap Ahad, sebagai Sarana Melatih Tahajud: Ustadz Yusman menjelaskan bahwa kegiatan pengajian subuh yang diadakan seminggu sekali di Masjid Al Mu'nun Perumahan Gayam Permai ini bertujuan untuk memakmurkan masjid sekaligus melatih kaum muslimin untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan sholat tahajud.
Tahajud sebagai Bentuk PDKT kepada Allah: Beliau mencontohkan ketaatan Utsman bin Affan RA yang melaksanakan sholat sunnah dengan bacaan yang panjang, sebagai bentuk pendekatan diri (PDKT) kepada Allah SWT melalui sholat tahajud.
Tahajud sebagai Benteng Pengontrol Perilaku: Lebih jauh, Ustadz Yusman menjelaskan bahwa sholat tahajud berfungsi sebagai benteng yang mengontrol perilaku seorang muslim. Ibadah malam ini akan terasa mudah dilaksanakan bagi mereka yang hatinya bersih.
Waktu Mustajab untuk Berdoa: Di penghujung kajiannya, Ustadz Yusman menyampaikan hadist yang sangat menggembirakan, bahwa sesungguhnya di malam hari terdapat waktu yang mustajab, terutama pada saat sujud terakhir dalam sholat tahajud.
Barangsiapa yang memohon dan berdoa pada waktu tersebut, niscaya akan dikabulkan oleh Allah SWT. Beliau juga mengutip hadist tentang turunnya Allah ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir (sekitar pukul 2 hingga 4 pagi), menyeru hamba-Nya untuk memohon ampunan dan meminta segala kebutuhan. Pengajian subuh kali ini di Masjid Al Mu'nun Perumahan Gayam Permai memberikan pencerahan yang mendalam tentang keutamaan dan kemuliaan sholat tahajud.
Dengan penyampaian yang jelas dan menyentuh hati dari Ustadz Yusman, para jamaah diharapkan semakin termotivasi untuk menghidupkan malam-malam mereka dengan ibadah yang dicintai Allah SWT ini. Semoga kita semua termasuk golongan hamba-hamba Allah yang pandai bersyukur dan meraih kemuliaan di dunia maupun di akhirat.
Konsistensi Pasca Ramadhan: Bukti Diterimanya Amal Kita
Oleh: Ust. Alfian Nur Mustofa Kamil, S.Ag.
Alhamdulillah, kita telah melewati bulan suci Ramadhan dengan segala ibadah dan amalan di dalamnya. Kini, kita memasuki bulan Syawal, bulan yang identik dengan silaturahmi dan saling memaafkan melalui tradisi Halal Bi Halal. Namun, esensi Syawal tidak hanya berhenti pada ritual tersebut. Lebih dari itu, Syawal adalah momentum untuk mengevaluasi dan mengokohkan amal ibadah yang telah kita lakukan di bulan Ramadhan. Pertanyaannya, apakah amal kita diterima oleh Allah SWT? Salah satu tandanya adalah konsistensi kita dalam beramal saleh hingga dipertemukan kembali dengan Ramadhan berikutnya.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 133-136:
وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا۟ فَٰحِشَةً أَوْ ظَلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا۟ ٱللَّهَ فَٱسْتَغْفَرُوا۟ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلُوا۟ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
أُو۟لَٰٓئِكَ جَزَآؤُهُم مَّغْفِرَةٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَجَنَّٰتٌ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا ۚ وَنِعْمَ أَجْرُ ٱلْعَٰمِلِينَ
Yang artinya: “Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan buruk itu, sedang mereka mengetahui. Balasan bagi mereka adalah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal.”
Ayat ini memberikan gambaran betapa nikmat dan luar biasanya jika kita mendapatkan ampunan (maghfirah) dari Allah Yang Maha Pengampun (Al-Ghafur), yang akan mengantarkan kita menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Surga ini diperuntukkan bagi orang-orang yang bertakwa (muttaqin).
Perlu kita pahami bahwa tingkatan muttaqin itu berbeda-beda. Kemuliaan seseorang di sisi Allah sangat bergantung pada tingkat ketakwaannya. Lalu, siapakah ciri-ciri orang yang bertakwa itu? Ayat di atas menjelaskan beberapa karakteristik mulia mereka:
Gemar Berinfak dalam Segala Keadaan: Orang yang bertakwa adalah mereka yang senantiasa menyalurkan rezeki yang Allah berikan untuk kebaikan, baik dalam kondisi lapang maupun sempit. Rezeki di sini tidak hanya terbatas pada harta benda, tetapi juga mencakup kesehatan, waktu luang, serta persahabatan dengan orang-orang saleh yang dapat menginspirasi kita dalam kebaikan.
Mampu Menahan Amarah: Ciri kedua adalah kemampuan untuk menahan amarah, meskipun mereka memiliki kekuatan atau kedudukan untuk meluapkannya. Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa orang yang kuat bukanlah orang yang berbadan besar, melainkan orang yang mampu mengendalikan dirinya saat marah (Kadzim).
Mudah Memaafkan Kesalahan Orang Lain: Tingkatan muttaqin yang lebih tinggi lagi adalah mereka yang dengan mudah memaafkan kesalahan orang lain. Seringkali, kita merasa berat, dikuasai egoisme, merasa lebih senior, atau masih menyimpan sakit hati. Namun, bagi seorang muttaqin sejati, memaafkan adalah tindakan yang ringan karena hatinya telah bersih dari penyakit hati.
Rasulullah SAW juga mengingatkan kita bahwa dalam diri manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh; dan jika ia buruk, maka buruklah seluruh tubuh. Gumpalan daging itu adalah hati. Tanda orang yang bertakwa adalah hatinya yang lembut, mudah memaafkan, serta lurus dan mudah menerima kebaikan dan nasihat.
Oleh karena itu, pasca Ramadhan hendaknya tidak hanya menjadi ajang silaturahmi fisik semata, tetapi juga menjadi kesempatan untuk membersihkan hati dari segala ganjalan dan saling memaafkan dengan tulus. Lebih dari itu, mari kita jadikan Syawal sebagai titik awal untuk terus mengamalkan kebaikan-kebaikan yang telah kita latih di bulan Ramadhan.
Konsistensi dalam berinfak, menahan amarah, dan mudah memaafkan adalah sebagian dari ciri-ciri muttaqin yang hendaknya kita upayakan untuk terus melekat dalam diri kita hingga Ramadhan berikutnya tiba. Dengan demikian, insya Allah, amal ibadah kita di bulan Ramadhan akan menjadi saksi diterimanya kita di sisi Allah SWT dan mengantarkan kita menuju surga-Nya yang penuh kenikmatan.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kekuatan untuk menjadi hamba-Nya yang muttaqin. Amin ya rabbal 'alamin.