Kajian Subuh 24 Ramadhan 1444H. Bulan yang kaum muslimin berpuasa di siang harinya dan shalat tarawih di malam harinya. Bulan yang kaum muslimin mengisinya dengan berbagai amal ketaatan. Kini, bulan itu thampir meninggalkan kita. Sebelum beralhir masih ada kesempatan kurang lenih 4 hari memanfaatkan bulan pahala, bulan taubat, bulan yang Alloh SWT menggandakan semua amal ibadah. Dan akan menjadi saksi di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala perbuatan yang dilakukan oleh setiap orang di bulan tersebut.
Baik yang berupa amalan ketaatan maupun perbuatan maksiat. Maka sekarang tidak ada lagi yang tersisa dari bulan tersebut kecuali apa yang telah disimpan pada catatan amalan yang akan diperlihatkan pada hari akhir nanti.
Oleh karena itu, orang yang mau berpikir tentu akan melihat pada dirinya. Apa yang telah dilakukan selama bulan Ramadhan? Sudahkah dia memanfaatkannya untuk bertaubat dengan sebenar-benarnya? Ataukah kemaksiatan yang dilakukan sebelum Ramadhan masih berlanjut meskipun bertemu dengan bulan yang penuh ampunan tersebut?
Jika demikian halnya, dia terancam dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
ÙَرَغِÙ
َ Ø£َÙْÙُ رَجُÙٍ دَØ®َÙَ عَÙَÙْÙِ رَÙ
َضَاÙُ Ø«ُÙ
َّ اÙْسَÙَØ®َ ÙَØšْÙَ Ø£َÙْ ÙُغْÙَرَ ÙَÙُ
“Dan rugilah orang yang bertemu dengan bulan Ramadhan namun belum mendapatkan ampunan ketika berpisah dengannya.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi, beliau mengatakan hadits hasan gharib).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
اÙْÙَÙُÙا Ù
ِÙَ اÙْعَÙ
َÙِ Ù
َا تُØ·ِÙÙُÙÙَ ÙَØ¥ِÙَّ اÙÙَّÙَ Ùاَ ÙَÙ
َÙُّ Øَتَّ٠تَÙ
َÙُّÙا ÙَØ¥ِÙَّ Ø£َØَØšَّ اÙْعَÙ
َÙِ Ø¥ِÙَ٠اÙÙَّÙِ Ø£َدْÙَÙ
ُÙُ ÙَØ¥ِÙْ ÙَÙَّ
“Bebanilah diri kalian dengan amal sesuai dengan kemampuan kalian. Karena Allah tidaklah bosan sampai kalian merasa bosan. (Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinyu (ajeg) walaupun sedikit.” (HR. Abu Daud, An Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah. Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’ no. 1228 mengatakan hadits ini shohih).
Ulama salaf pernah ditanya tentang sebagian orang yang rajin beribadah di bulan Ramadhan, namun jika bulan suci itu berlalu mereka pun meninggalkan ibadah-ibadah tersebut. Dia pun menjawab,
ØšِØŠْسَ اÙÙَÙْÙ
ُ Ùاَ ÙَعْرِÙُÙْÙَ اÙÙÙَ ØَÙًّا Ø¥ِÙاَّ ÙِÙ ØŽَÙْرِ رَÙ
َضَاÙَ
“Alangkah buruknya tingkah mereka; mereka tidak mengenal Allah melainkan hanya di bulan Ramadhan!” (Lihat Latho’if Ma’arif, 244)
Akhirnya, kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menerima amalan-amalan kita dan memberikan kekuatan kepada kita agar senantiasa mampu untuk menjalankannya. Dan mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni seluruh kesalahan kita. Wallahu A’lam.