Menemukan Surga Dunia dalam Pernikahan: Kuncinya Bersyukur!

Pengajian Bulan Ramadhan 1446H
Ustadz : Drs. Panggung Sutopo
13 Ramadhan 1446H (Kamis,13 Maret 2025)

Pernikahan dan kehidupan rumah tangga antara suami dan istri yang merupakan salah satu dari sekian banyak kenikmatan Allah yang jika kita menghitungnya tidak akan mampu menghitungnya, karena banyak dan beragamnya, sebagaimana firman Allah:

 سبحانه وتعالى : وَإِن تَعُدُّواْ نِعۡمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَآۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَفُورٞ رَّحِيمٞ 

 “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Q.S. An-Nahl: 18] 

Oleh karena itu nikmat pernikahan dan kehidupan bersama antara suami istri wajib kita syukuri. Dan salah satu bentuk syukur kepada Allah adalah dengan mempergunakan kenikmatan tersebut untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah, banyak beribadah, dan berraqarub (mendekatkan diri) Kepada-nya. Hanya saja sedikit dari hamba-hamba Allah yang pandai bersyukur, sebagaimana firman Allah:

 سبحانه وتعالى : وَقَلِيلٌ مِّنۡ عِبَادِىَ ٱلشَّكُورُ 

 “Sangat sedikit sekali di antara hamba-hamba-Ku yang mau bersyukur.” [Q.S. Saba’: 13] 

Sebaliknya hamba yang kufur nikmat jumlahnya lebih banyak, na’udzu billah min dzalik! Dengan banyak bersyukur maka kehidupan rumah tangga akan dipenuhi dengan sakinah, mawaddah, dan rahmah, itulah salah satu tujuan pernikahan yakni merasakan hidup yang sakinah (penuh ketenangan), mawaddah dan rahmah (saling cinta dan penuh kasih sayang) sebagaimana firman Allah


 سبحانه وتعالى : وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةٗ وَرَحۡمَةًۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ 

 “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir,” [Q.S. Ar-Rum: 21].

Ilistrasi Cerita Agar kita bersyukur atas apa yang kita dapati.
Toko ini terdiri dari 6 lantai, dimana setiap lantai akan menunjukkan “Kelompok Calon Istri” Semakin tinggi lantainya, semakin tinggi pula nilai wanita tersebut. Kamu dapat memilih Wanita di lantai tertentu atau memilih ke lantai berikutnya, tapi dengan syarat “TIDAK BISA TURUN LAGI” ke lantai sebelumnya kecuali untuk keluar dari toko." Lalu, seorang pria pun pergi ke ” TOKO ISTRI ” tersebut untuk mencari calon istri. Di setiap lantai terdapat tulisan seperti ini: 
  • Lantai 1 : “Wanita di lantai ini taat pada Agama & Pandai Memasak.” Pria itu Tersenyum, kemudian dia naik ke lantai selanjutnya. 
  • Lantai 2 : “Wanita di lantai ini taat pada Agama, Pandai Memasak & Lemah Lembut.” Kembali pria itu naik ke lantai selanjutnya. 
  • Lantai 3 : “Wanita di lantai ini taat pada Agama, Pandai Memasak, Lemah Lembut & Cantik.” ”Wow!”, ujar sang pria, tetapi pikirannya masih penasaran & terus naik. 
  • Lantai 4 : “Wanita di lantai ini taat pada Agama, Pandai Memasak, Lemah Lembut, Cantik Banget & Sayang Anak.” ”Ya ampun!” Dia berseru, ”Aku hampir tak percaya!” Dan dia tetap melanjutkan ke- 
  • Lantai 5 : "Wanita di lantai ini taat pada Agama, Pandai Memasak, Lemah Lembut, Cantik Banget, Sayang Anak, Sexy dan pintar melayani suami” wowww!!! Dia tergoda untuk berhenti di lantai 5 tapi penasaran , kemudian dia melangkah ke lantai terakhir. 
  • Lantai 6 : “Anda adalah pengunjung yang ke 8.089.356 TIDAK ADA WANITA di Lantai ini. Lantai ini hanya semata-mata pembuktian untuk Pria yang TIDAK PERNAH PUAS DAN TERUS MENCARI ORANG YANG SEMPURNA ...!!! Terima kasih telah datang di ”TOKO ISTRI". Mohon hati-hati ketika keluar dari sini." Keluarlah pria tersebut dari toko dengan wajah lesu penuh kekecewaan dan penyesalan.

Lalu bagaimanakah cara untuk mewujudkan impian indah setiap suami dan istri tersebut? 
Yakni salah satu cara yang harus ditempuh adalah “selalu bersyukur” kepada Allah سبحانه وتعالى dan kepada pasangannya. Ketahuilah suami kita bukan malaikat yang sempurna tanpa ada salah dan kekurangan. Sebagaimana pula istri kita bukanlah bidadari surga nan jelita tanpa ada cacat dan cela. 
Sadarilah, masing-masing kita tidak sempurna, kemudian maklumilah kekurangan dan kesalahan pasangan hidup kita, maka dengan mudah kita akan memaafkan segala kekhilafan dan kekurangannya. Dengan begitu akan lapang dada kita, hilanglah amarah, jengkel dan dendam. 
Terimalah pilihan Allah yang telah menakdirkan dia sebagai jodoh kita, dan takdir Allah untuk kita, itulah yang terbaik. Sungguh dengan “bersyukur” maka kita akan meraih kebahagiaan hidup di dunia pada umumnya dan kebahagiaan dalam kehidupan rumah tangga kita pada khususnya. 
Allah سبحانه وتعالى berfirman yang artinya, 

 “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”[Q.S. Ali Imran: 110].

Apabila kita melihat kesalahan pasangan hidup kita, apalagi kesalahan yang bersentuhan dengan syariat Islam, maka kita wajib mencegah dan menasehati (nahi munkar). 
Istiqamahlah untuk selalu nasehat menasehati dengan akhlak yang terpuji untuk memperbaiki diri dan pasangan hidup kita. Sebab, tidak ada yang sempurna di antara kita. Alangkah indahnya rumah tangga yang dihiasi dengan rasa syukur antara suami dan istri. • Memahami kekurangan masing-masing, • saling memperbaiki, • kemudian saling memaafkan tanpa ada rasa dendam dan sakit hati. Maka surga dunia akan didapatkan sebelum nantinya surga di akhirat insya Allah.

















Share:

Meraih Ampunan Alloh di Bulan Ramadhan

Kajian Subuh Ramadhan 
Ustadz : Ustadz Ikhsan
12 Ramadhan 1446H (12 Maret 2025)

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan kemuliaan dan keberkahan. Di bulan ini, umat Islam di seluruh dunia berlomba-lomba untuk meraih ampunan dan ridha Allah SWT. Salah satu hadits yang sangat terkenal tentang keutamaan Ramadhan adalah: 
 "Man qoma romadhona imanan wahtisaban ghofiro lahu ma taqoddama min dzambihi. Artinya: Barangsiapa melakukan Salat Tarawih dengan rasa iman dan ikhlas, maka diampuni dosanya yang telah lewat" (HR. Bukhari dan Muslim) 
Hadits ini memberikan kabar gembira bahwa Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa kita jika kita berpuasa dengan iman dan mengharap pahala dari-Nya. Namun, ampunan ini tidak datang begitu saja. Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan untuk meraihnya, yaitu: 
 Iman dan Tauhid: Dasar dari segala amal adalah iman dan tauhid. Tanpa iman yang benar, amal kita tidak akan diterima oleh Allah SWT. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu memperbarui dan memperkuat iman kita, terutama di bulan Ramadhan. Jangan sampai kita hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi hati kita tetap lalai dari mengingat Allah SWT. 
Keberkahan (Baarakah): Keberkahan di bulan Ramadhan dapat diraih dengan tidak menunda-nunda kebaikan dan memperbanyak ibadah. Allah SWT memudahkan kita untuk berbuat ibadah di bulan ini. Oleh karena itu, jangan sia-siakan kesempatan ini untuk memperbanyak amal shalih. 
Memperbanyak Ibadah: Di bulan Ramadhan, kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, seperti: Shalat sunnah: Perbanyaklah shalat tarawih, witir, dan shalat sunnah lainnya. 
Tilawatil Qur'an: Bacalah Al-Qur'an sebanyak mungkin. Sedekah: Bersedekahlah kepada orang-orang yang membutuhkan. 
Menjaga Hati: "Ya muqollibal qulub" yang artinya "Wahai zat yang membolak balikan hati" memperbanyak doa ini sangat dianjurkan agar hati kita selalu dalam lindungan Allah SWT. 

Pengesahan Iman: 
Agar iman kita tetap terjaga, kita perlu melakukan beberapa hal, seperti: 
Mencintai orang-orang yang berilmu: Dengan bergaul dengan orang-orang yang berilmu, kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan terhindar dari kesesatan. 
Tilawatil Qur'an: Al-Qur'an adalah sumber hidayah. Dengan membacanya, kita akan mendapatkan petunjuk dan ketenangan hati. 
Memperbanyak puasa sunnah dengan istiqamah: Puasa sunnah dapat membersihkan hati dan memperkuat iman. 
Dengan melakukan hal-hal tersebut, insya Allah kita akan meraih hikmah, ampunan, dan keberkahan di bulan Ramadhan. Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang bertaqwa.

Share:

Luqman Al-Hakim: Hikmah Abadi dalam QS. Luqman Ayat 12-19

Ceramah Subuh Ramadhan
Ustadz : Alfin, SAg
11 Ramadhan 1446H (11 Maret 2025)

Dalam Al-Qur'an, surah Luqman mengabadikan kisah Luqman Al-Hakim, seorang hamba Allah SWT yang dikaruniai hikmah luar biasa. Kisahnya, terutama dalam ayat 12-19, memberikan pelajaran berharga tentang kebijaksanaan, syukur, dan pendidikan anak. 
Luqman Al-Hakim: Sosok Bijaksana yang Diabadikan Luqman Al-Hakim dikenal sebagai sosok yang sangat bijaksana. Allah SWT menganugerahkan kepadanya kemampuan untuk membedakan antara yang baik dan buruk, serta kecerdasan untuk bersyukur atas segala nikmat. 
Konon, ia mendapatkan "ilmu laduni" dari sisi Allah SWT, yaitu ilmu yang diberikan tanpa melalui perantara. 
QS. Luqman Ayat 12-19: Nasihat Bijak untuk Anak Ayat-ayat ini berisi nasihat Luqman kepada putranya, yang mencakup berbagai aspek kehidupan: 
Ayat 12: Menekankan pentingnya bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat. 
Ayat 13: Larangan mempersekutukan Allah (syirik), karena syirik adalah kezaliman yang besar. 
Ayat 14-15: Perintah berbuat baik kepada orang tua, terutama ibu, yang telah mengandung dan menyusui dengan penuh kasih sayang. Namun, jika orang tua mengajak kepada kesyirikan, maka tidak boleh diikuti, tetapi tetap harus diperlakukan dengan baik. 
Ayat 16-17: Pengingat bahwa Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu, bahkan yang tersembunyi sekalipun. Perintah mendirikan shalat, beramar makruf nahi munkar, dan bersabar atas segala cobaan. 
Ayat 18-19: Larangan bersikap sombong dan angkuh. Perintah untuk bersikap sederhana dan merendahkan suara. 

Kisah Perjalanan Luqman dan Anaknya 
Salah satu kisah yang sering diceritakan adalah ketika Luqman dan putranya melakukan perjalanan dengan seekor keledai. Dalam perjalanan tersebut, mereka mendapat berbagai komentar dari orang-orang yang mereka temui: 
  • Ketika anaknya menaiki keledai dan Luqman menuntun, orang-orang berkata, "Lihatlah anak itu, tidak punya sopan santun, membiarkan orang tuanya berjalan kaki." 
  • Ketika Luqman yang menaiki keledai dan anaknya menuntun, orang-orang berkata, "Lihatlah orang tua itu, tidak punya belas kasihan, membiarkan anaknya berjalan kaki." 
  • Ketika keduanya menaiki keledai, orang-orang berkata, "Lihatlah mereka, menyiksa hewan."
  • Ketika keduanya berjalan kaki sambil menuntun keledai, orang-orang berkata "Lihatlah orang-orang bodoh itu, tidak menaiki keledai itu". 
Kisah ini menggambarkan bahwa manusia tidak akan pernah lepas dari komentar orang lain. Luqman mengajarkan kepada putranya untuk tidak terlalu mempedulikan perkataan manusia, tetapi fokus pada apa yang benar di sisi Allah SWT. 

Pelajaran yang Dapat Dipetik Kisah Luqman Al-Hakim memberikan banyak pelajaran berharga, antara lain: Pentingnya memiliki hikmah dan kebijaksanaan. Kewajiban bersyukur kepada Allah SWT. Larangan berbuat syirik. Kewajiban berbakti kepada orang tua. Pentingnya mendirikan shalat, beramar makruf nahi munkar, dan bersabar. Larangan bersikap sombong dan angkuh. Pentingnya bersikap sederhana. Semoga kisah Luqman Al-Hakim dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan bersyukur.






Share:

Anak Terlahir Suci: Peran Krusial Orang Tua dalam Pendidikan dan Pembentukan Karakter Islami

Kultum Tarawih 1446H 
Ustadz : Susianto,SKM
10 Ramadhan 1446H (10 Maret 2025)

Kesucian Fitrah Manusia: Pandangan dari Berbagai Perspektif Konsep bahwa setiap anak manusia dilahirkan dalam keadaan suci, atau memiliki fitrah yang bersih, adalah pandangan yang dianut oleh berbagai agama dan filosofi. Pandangan ini menekankan bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi kebaikan dan kesucian sejak lahir, dan bahwa pengaruh lingkunganlah yang kemudian membentuk karakter dan perilakunya. 
Pandangan dalam Islam Dalam Islam, pandangan ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW yang menyatakan: 
 "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi." (HR. Bukhari dan Muslim) 

Hadis ini menjelaskan bahwa setiap anak dilahirkan dengan potensi untuk mengenal dan beribadah kepada Allah SWT. Orang tua memiliki peran penting dalam mengarahkan anak kepada jalan yang benar, sesuai dengan fitrahnya.Hadis ini menjelaskan bahwa pengaruh lingkungan, terutama orang tua, sangat berperan dalam membentuk keyakinan seorang anak. 
Tidak Ada Dosa Warisan: Islam tidak mengenal konsep dosa warisan. Setiap individu bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Anak yang baru lahir tidak menanggung dosa orang tuanya. 

Peran Orang Tua dalam Menjaga Fitrah Anak 
Pendidikan Agama: Orang tua memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga fitrah anak dengan memberikan pendidikan agama yang baik. 
Menanamkan nilai-nilai Islam sejak dini akan membantu anak tumbuh menjadi individu yang berakhlak mulia. 
Lingkungan yang Baik: Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan spiritual anak sangat penting. Menghindarkan anak dari pengaruh negatif dan memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari. 
Doa dan Dukungan: Orang tua dianjurkan untuk selalu mendoakan anak-anak mereka agar senantiasa berada di jalan yang benar. 
Memberikan dukungan dan kasih sayang akan membantu anak mengembangkan potensi fitrahnya. Dalam Islam, setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci atau fitrah. Orang tua memiliki peran penting dalam menjaga dan mengembangkan fitrah tersebut melalui pendidikan agama, lingkungan yang baik, serta doa dan dukungan.



Share:

Manusia sebagai Khalifah di Bumi: Dialog Abadi antara Allah dan Malaikat

وَاِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلٰٓٮِٕكَةِ اِنِّىۡ جَاعِلٌ فِى الۡاَرۡضِ خَلِيۡفَةً ؕ قَالُوۡٓا اَتَجۡعَلُ فِيۡهَا مَنۡ يُّفۡسِدُ فِيۡهَا وَيَسۡفِكُ الدِّمَآءَۚ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَـكَ​ؕ قَالَ اِنِّىۡٓ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ‏  ٣٠

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah1 di bumi". Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui."(QS.Al Baqarah:30)


Dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 30 di atas, dikisahkan dialog antara Allah SWT dan para malaikat terkait penciptaan manusia sebagai khalifah di bumi. Dialog ini bukan sekadar narasi, tetapi mengandung hikmah mendalam tentang peran manusia, potensi, dan tanggung jawabnya di muka bumi.

Kisah Penciptaan dan Protes Malaikat 
Ketika Allah SWT berkehendak menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi, para malaikat mengajukan pertanyaan yang mencerminkan kekhawatiran mereka. Mereka bertanya, "Mengapa Engkau hendak menciptakan makhluk yang akan berbuat kerusakan di bumi dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih memuji dan menyucikan Engkau?" 
Pertanyaan ini bukanlah bentuk pembangkangan, melainkan cerminan dari pemahaman malaikat yang terbatas. Mereka melihat potensi manusia untuk melakukan kerusakan dan pertumpahan darah, berdasarkan pengalaman mereka dengan makhluk-makhluk sebelumnya. Jawaban Allah yang Maha Mengetahui Allah SWT menjawab, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Jawaban ini menegaskan bahwa Allah memiliki pengetahuan yang meliputi segala sesuatu, termasuk hikmah di balik penciptaan manusia. Allah mengetahui potensi manusia untuk berbuat baik dan buruk, serta rencana-Nya untuk menguji dan membimbing mereka. 
Jaminan Allah dalam Al-Qur'an Allah SWT memberikan jaminan kepada manusia melalui Al-Qur'an, kitab suci yang menjadi pedoman hidup. Al-Qur'an berisi petunjuk, hukum, dan kisah-kisah yang menjadi pelajaran bagi manusia. 
Dengan berpegang teguh pada Al-Qur'an, manusia dapat menjalankan peran sebagai khalifah dengan sebaik-baiknya. Beberapa jaminan Allah dalam Al-Qur'an antara lain: 
Pemberian Akal dan Ilmu: Allah memberikan manusia akal dan ilmu pengetahuan, yang memungkinkannya untuk mengelola bumi dan mengembangkan peradaban. 
Pengutusan Rasul: Allah mengutus para rasul sebagai pembimbing dan contoh teladan bagi manusia. 
Pemberian Kitab Suci: Allah menurunkan kitab-kitab suci, termasuk Al-Qur'an, sebagai pedoman hidup. 
Janji Pahala dan Hukuman: Allah menjanjikan pahala bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, serta hukuman bagi orang-orang yang ingkar dan berbuat kerusakan. 
Taubat: Allah selalu membuka pintu taubat bagi orang-orang yang mau bertaubat. Tanggung Jawab 

Manusia sebagai Khalifah 
Sebagai khalifah di bumi, manusia memiliki tanggung jawab besar untuk: 
Mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak. 
Menjaga kelestarian lingkungan hidup. 
Menciptakan perdamaian dan keadilan di muka bumi. 
Beribadah kepada Allah SWT dan menjalankan perintah-Nya. 

Dialog antara Allah dan malaikat tentang penciptaan manusia sebagai khalifah di bumi mengandung pelajaran berharga tentang peran, potensi, dan tanggung jawab manusia. Dengan berpegang teguh pada Al-Qur'an, manusia dapat menjalankan peran sebagai khalifah dengan sebaik-baiknya, sehingga bumi menjadi tempat yang aman, damai, dan sejahtera.










Share:

Footer Link

Pengumuman

  1. Tamu yang menginap 1x24 jam harus lapor RT.
  2. Dilarang Parkir Mobil di Jalan Perumahan
  3. Segala Jenis Truk dilarang Memasuki Jalan Perumahan

info ronda

Pelaksanaan Ronda lingkungan dimulai pukul 22.00 WIB s.d. Menyesuaikan Kondisi

Recent Posts

POSTINGAN TERBARU

Recent Posts Widget