Meraih Keberkahan di Penghujung Malam dan Awal Pagi


Undangan Qiyamul Lail, Sholat Subuh Berjama'ah, dan Pengajian Rutin Ahad Pagi

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Saudara/i kaum muslimin dan muslimat warga Perumahan Gayam Permai yang dirahmati Allah SWT, Dalam upaya meningkatkan keimanan, mempererat tali silaturahmi, serta meraih keberkahan di waktu-waktu yang mulia, kami dari pengurus Masjid Al Mu'minun mengundang Bapak/Ibu/Saudara/i untuk hadir dalam kegiatan rutin warga Gayam Permai: Qiyamul Lail Berjama'ah, Sholat Subuh Berjama'ah, dan Pengajian Rutin Ahad Pagi Insya Allah kegiatan ini akan dilaksanakan pada: 


Hari/Tanggal: Ahad, 18 Mei 2025 


Adapun rangkaian acara adalah sebagai berikut: 

Qiyamul Lail Berjama'ah: 
Dimulai pukul 03.30 WIB Mari kita bersama-sama menghidupkan sepertiga malam terakhir dengan bermunajat, memohon ampunan, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Keutamaan Qiyamul Lail sangatlah besar, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: 
 
"Sebaik-baik shalat setelah shalat fardhu adalah shalat malam." (HR. Muslim) 

Sholat Subuh Berjama'ah: 
Dilaksanakan pada waktu Subuh. Mari kita awali hari dengan menunaikan ibadah sholat Subuh secara berjama'ah di masjid. Keberkahan dan keutamaan sholat Subuh berjama'ah sangatlah besar, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Barangsiapa shalat Subuh berjama'ah, maka ia berada dalam jaminan Allah." (HR. Muslim) 

Pengajian Rutin Ahad Pagi: 
Dimulai setelah Sholat Subuh berjama'ah (sekitar pukul 05.30 WIB). Pada kesempatan yang penuh berkah ini, kita akan bersama-sama menimba ilmu agama dan memperdalam pemahaman tentang Islam bersama: Ustadz H. Yusman SHI. 
Beliau akan menyampaikan kajian yang insya Allah akan memberikan pencerahan dan motivasi dalam menjalani kehidupan sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Kegiatan ini merupakan wadah yang baik bagi kita untuk meningkatkan kualitas ibadah, mempererat ukhuwah Islamiyah antar warga Perumahan Gayam Permai, serta menambah ilmu pengetahuan agama. 
Kami sangat mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu/Saudara/i dalam kegiatan yang penuh berkah ini. Mari kita luangkan waktu sejenak untuk meraih ridha Allah SWT dan keberkahan dalam hidup kita. 
Atas perhatian dan kehadirannya, kami ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Hormat kami, Pengurus Masjid Al Mu'minun Perumahan Gayam Permai Banjarnegara





Share:

Kajian Rutin Ahad Pagi Masjid Al Mu'minun: Kaya Mulia, Miskin Hina?

Telaah Surah Al-Fajr Bersama Ustadz Retno Ahmad Pujianto Banjarnegara, 10 Mei 2025 – 
Pada kesempatan kali ini, kajian menghadirkan Ustadz Retno Ahmad Pujianto untuk mengupas tuntas pesan-pesan mendalam dari Al-Quran, khususnya Surah Al-Fajr ayat 15 hingga 18. Mengawali kajian, Ustadz Retno melontarkan sebuah pertanyaan reflektif yang langsung menyentuh benak para hadirin: "Apakah benar bahwa orang yang kaya secara otomatis mulia derajatnya di sisi Allah, dan sebaliknya, apakah orang yang miskin lantas dianggap hina?" Pertanyaan ini menjadi pintu masuk untuk memahami tafsir Surah Al-Fajr yang akan dibahas. Ustadz Retno kemudian membacakan dan menjelaskan Surah Al-Fajr ayat 15-16:

 فَاَ مَّا الْاِ نْسَا نُ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ رَبُّهٗ فَاَ كْرَمَهٗ وَنَعَّمَهٗۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْۤ اَكْرَمَنِ وَاَ مَّاۤ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهٗۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْۤ اَهَا نَنِ 

 Artinya: "Adapun manusia, apabila Tuhannya mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, Tuhanku telah memuliakanku.Dan adapun apabila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, Tuhanku telah menghinaku."
 (QS. Al-Fajr 89: 15-16)   

Ustadz Retno menjelaskan bahwa dalam ayat ini, Allah SWT menggambarkan bagaimana manusia seringkali keliru dalam memahami hakikat kemuliaan dan kehinaan. Ketika Allah meluaskan rezeki dan memberikan kenikmatan, sebagian manusia merasa bahwa hal itu adalah bukti kemuliaan dirinya di sisi Allah. Mereka menyangka bahwa kekayaan adalah tolok ukur derajat. Sebaliknya, ketika rezeki disempitkan, mereka beranggapan bahwa Allah telah menghinakan mereka. Namun, Ustadz Retno melanjutkan dengan membacakan ayat berikutnya, Surah Al-Fajr ayat 17, yang menjadi sanggahan atas pemahaman yang keliru tersebut:

 كَلَّا بَلْ لَّا تُكْرِمُوْنَ الْيَتِيْمَۙ 

 Artinya: "Sekali-kali tidak! Bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim," (QS. Al-Fajr 89: 17) 

Ayat ini, menurut Ustadz Retno, dengan tegas membantah anggapan bahwa kelapangan rezeki adalah indikator kemuliaan dan kesempitan rezeki adalah kehinaan. Allah SWT memberikan contoh nyata melalui perilaku kaum kafir Quraisy, termasuk tokoh seperti Umayyah bin Khalaf, seorang hartawan yang justru meremehkan dan menindas Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya yang lemah secara materi. Kekayaan Umayyah tidak menjadikannya mulia di sisi Allah, justru sebaliknya, kesombongan dan kezalimannya mendatangkan murka Allah. 
Ustadz Retno menekankan bahwa banyak sedikitnya harta hanyalah sebuah ujian dari Allah SWT. Melalui harta, Allah menguji bagaimana manusia bersyukur ketika diberi kelapangan dan bagaimana mereka bersabar serta tetap beriman ketika diuji dengan kesempitan. Harta bukanlah tujuan, melainkan sarana untuk menggapai ridha Allah. Lebih lanjut, Ustadz Retno menyoroti fenomena zaman sekarang di mana banyak orang terjebak dalam mencari harta secara instan dan tidak diridhai oleh Allah SWT. Mereka menghalalkan segala cara demi kekayaan duniawi, tanpa mempedulikan nilai-nilai agama dan kemanusiaan. 
Hal ini semakin menjauhkan mereka dari hakikat kemuliaan yang sebenarnya. Ustadz Retno juga meluruskan pemahaman yang sempit mengenai rezeki. Beliau menjelaskan bahwa rezeki tidak hanya terbatas pada harta benda. Rizky yang paling mahal dan utama adalah nikmat Islam, hidayah, dan kemudahan dalam menjalankan ibadah. Kesehatan, keluarga yang sakinah, dan ilmu yang bermanfaat juga merupakan rezeki yang patut disyukuri. Kemudian, Ustadz Retno mengaitkan pembahasan dengan ayat selanjutnya, Surah Al-Fajr ayat 18: 

 وَلَا تَحٰٓضُّوْنَ عَلٰى طَعَا مِ الْمِسْكِيْنِ  

 Artinya: "dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin," (QS. Al-Fajr 89: 18) 

Ayat ini, menurut Ustadz Retno, menunjukkan salah satu indikator penting yang membedakan antara orang yang benar-benar beriman dan yang hanya terbuai dengan kekayaan duniawi. Orang yang beriman akan memiliki kepedulian sosial yang tinggi, termasuk mengajak dan mendorong orang lain untuk berbagi rezeki dengan kaum dhuafa. Mereka tidak akan membiarkan orang-orang miskin kelaparan di sekitar mereka. Di akhir kajiannya, Ustadz Retno Ahmad Pujianto mengajak seluruh jamaah untuk merenungkan kembali makna kemuliaan dan kehinaan dalam perspektif Islam. Beliau mengingatkan bahwa kemuliaan sejati terletak pada ketakwaan dan ketaatan kepada Allah SWT, serta kepedulian terhadap sesama. 
Kekayaan hanyalah titipan dan ujian, yang akan dimintai pertanggungjawabannya kelak. Sementara itu, kemiskinan bukanlah aib, melainkan juga ujian kesabaran dan keimanan. Kajian rutin Ahad pagi di Masjid Al Mu'minun kali ini memberikan pencerahan yang mendalam bagi para jamaah. Pemahaman yang benar tentang Surah Al-Fajr diharapkan dapat mengubah paradigma berpikir tentang harta, kemuliaan, dan kehinaan, serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya berbagi dan peduli terhadap sesama, khususnya kaum miskin. Semoga kajian ini menjadi bekal berharga bagi setiap muslim dalam menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan diridhai oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.









Share:

Undangan : Qiyamul Lail dan Subuh Berjama'ah, Kajian Rutin

Share:

Informasi Qurban 2025

Kegiatan Pelaksanaan Qurban 1446H di perumahan Gayam Permai dilakukan perencanaan dengan telah terdatanya para Shohibul Qurban. Terkumpul 35 Shohibul Qurban atau 5 Ekor Sapi.







Share:

Kunci Sukses Dunia Akhirat dalam Bingkai Taqwa

Banjarnegara, Ahad, 4 Mei 2025 – Suasana pagi yang cerah di Masjid Al Mu'minun Perumahan Gayam Permai terasa khidmat dengan lantunan ayat suci Al-Qur'an. Jama'ah tampak antusias mengikuti Kajian Rutin Ahad Pagi yang pada kesempatan kali ini menghadirkan Ustadz Ulil Albab Al Hafidz sebagai narasumber. Dalam kajian yang penuh dengan hikmah tersebut, Ustadz Ulil Albab mengupas tuntas kunci meraih kesuksesan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat, yang berlandaskan pada ihsanu billah melalui ketaqwaan. 
Ustadz Ulil Albab membuka kajiannya dengan menekankan bahwa inti dari segala keberhasilan terletak pada kualitas hubungan seorang hamba dengan Sang Khalik. Beliau menjelaskan bahwa ihsanu billah, yaitu berbuat baik dalam beribadah seolah-olah melihat Allah atau merasa diawasi oleh-Nya, merupakan ruh dari ketaqwaan. Ketaqwaan inilah yang menjadi tolok ukur kemuliaan seorang muslim di sisi Allah SWT. 
Lebih lanjut, Ustadz Ulil Albab menyampaikan sebuah perspektif menarik mengenai korelasi antara harga makanan pokok dan tingkat keimanan suatu masyarakat. Beliau mengutip sebuah pandangan bahwa harga makanan pokok yang selalu terukur dengan keimanan. Jika harga-harga melambung tinggi dan terasa memberatkan, hal ini bisa menjadi indikasi adanya penurunan kualitas keimanan dalam masyarakat tersebut. Ini bukan berarti hukum ekonomi tidak berlaku, namun lebih kepada penekanan bahwa keberkahan rezeki dan kemudahan hidup sangat erat kaitannya dengan ketaatan kepada Allah SWT. 
Untuk memperkuat argumentasinya, Ustadz Ulil Albab mengisahkan tentang kejayaan negeri Saba' yang digambarkan dalam Al-Qur'an sebagai baldatun thayyibah, negeri yang subur dan makmur. Namun, kemakmuran tersebut sirna hanya karena datangnya hama tikus. Kisah ini menjadi pelajaran berharga bahwa kemewahan duniawi tanpa dibarengi dengan syukur dan ketaatan kepada Allah SWT sangatlah rapuh. Beliau juga menyinggung kisah negeri Mesir di tepi Sungai Nil yang makmur. Allah SWT memberikan teguran kepada mereka melalui banjir ketika Nabi Musa AS mengajak mereka untuk beriman. Namun, kesombongan penduduk Mesir membuat mereka enggan beriman. Akibatnya, Allah SWT mendatangkan berbagai macam bala, seperti wabah belalang dan kutu. 
Kisah ini menjadi peringatan keras akan bahaya kesombongan dan pentingnya merespon seruan kebenaran. Ustadz Ulil Albab dengan penuh harap menyerukan kepada seluruh jamaah untuk memperbaiki hubungan dengan Allah SWT. Beliau meyakinkan bahwa dengan memperbaiki hubungan spiritual, segala bencana dan kesulitan akan diangkat, dan kenikmatan yang baik akan senantiasa menghampiri. 
Salah satu cara utama untuk memperbaiki hubungan dengan Allah adalah dengan bertaubat dengan sungguh-sungguh atas segala dosa dan kesalahan yang telah diperbuat. Beliau menjelaskan bahwa Allah SWT Maha Pengampun dan akan menghapus dosa-dosa yang lalu bagi hamba-Nya yang bertaubat dengan tulus. Di akhir kajiannya, Ustadz Ulil Albab memberikan penekanan yang mendalam mengenai pentingnya mengamalkan Al-Qur'an secara sungguh-sungguh. Beliau mengingatkan bahwa Islam akan tinggal nama jika umatnya tidak bersungguh-sungguh dalam mengamalkan Al-Qur'an. Bukan hanya sekadar membacanya dengan lisan, tetapi yang lebih utama adalah memahami maknanya, menghayati kandungannya, dan mengaplikasikannya dalam setiap aspek kehidupan. 
Kajian Rutin Ahaf Pagi di Masjid Al Mu'minun ini ditutup dengan doa bersama, memohon kepada Allah SWT agar senantiasa memberikan hidayah, kekuatan iman, dan keberkahan dalam hidup. Semoga membawa pencerahan dan semangat baru untuk meningkatkan kualitas diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebagai bekal meraih kesuksesan hakiki di dunia dan akhirat.
Lanjut dengan makan bersama dan Sholat Sunah Suruq.




Share:

Footer Link

Pengumuman

  1. Tamu yang menginap 1x24 jam harus lapor RT.
  2. Dilarang Parkir Mobil di Jalan Perumahan
  3. Segala Jenis Truk dilarang Memasuki Jalan Perumahan

info ronda

Pelaksanaan Ronda lingkungan dimulai pukul 22.00 WIB s.d. Menyesuaikan Kondisi

Recent Posts

POSTINGAN TERBARU

Recent Posts Widget