Sekadar Jumlah Buku yang Dibaca ?

Budaya membaca di Inggris membuka jendela pemahaman yang penting tentang akar permasalahan rendahnya literasi di Indonesia. Anda secara tepat menyoroti bahwa persoalannya tidak sesederhana jumlah buku yang dibaca, melainkan menyentuh aspek yang lebih mendasar dalam sistem pendidikan dan budaya kita. Paradoks "Literasi" Digital: Poin Anda tentang kebiasaan membaca komentar online memang ironis. Di satu sisi, masyarakat kita aktif dalam menyerap informasi digital. Namun, aktivitas ini seringkali bersifat fragmentaris, dangkal, dan tidak terstruktur, jauh berbeda dengan proses membaca buku atau artikel yang mendalam dan analitis. "Membaca" dalam konteks ini lebih kepada konsumsi informasi instan, bukan penguasaan pengetahuan yang komprehensif. 
Membunuh Keberanian Bertanya: Analisis Anda mengenai bagaimana sistem pendidikan kita cenderung menghargai jawaban cepat dan menghukum pertanyaan adalah inti dari masalah ini. Budaya kelas yang demikian menciptakan iklim di mana: Bertanya dianggap aib: Murid yang bertanya seringkali dicap kurang pintar atau lambat memahami. Rasa malu dan takut dihakimi menghambat keinginan untuk bertanya. 
Jawaban adalah tujuan utama: Fokus pada hafalan dan reproduksi jawaban yang benar dalam ujian menggeser esensi pembelajaran yang seharusnya berpusat pada pemahaman dan eksplorasi. Kritis dianggap resisten: Sikap mempertanyakan atau mencari sudut pandang lain seringkali disalahartikan sebagai ketidakpatuhan atau bahkan pemberontakan. Akibatnya, generasi yang tumbuh dalam sistem ini kehilangan rasa ingin tahu alami mereka. Mereka terbiasa menjadi penerima pasif informasi, bukan pencari aktif pengetahuan. Kemampuan untuk berpikir kritis, menganalisis informasi secara mendalam, dan merumuskan pertanyaan yang relevan menjadi terhambat. 
Pergeseran Paradigma yang Dibutuhkan: Gagasan Pak Rizal tentang "revolusi kultural" sangat relevan. Perubahan struktural dalam kurikulum atau fasilitas pendidikan saja tidak akan cukup jika tidak diiringi dengan perubahan mendasar dalam cara kita memandang proses belajar dan mengajar. Beberapa poin penting yang perlu dipertimbangkan: Merayakan pertanyaan: Sekolah dan lingkungan belajar harus menciptakan ruang aman dan inklusif di mana pertanyaan dihargai sebagai wujud keingintahuan dan langkah awal menuju pemahaman yang lebih baik. 
Guru perlu memfasilitasi diskusi yang mendorong siswa untuk bertanya dan mengeksplorasi berbagai perspektif. Fokus pada proses, bukan hanya hasil: Penilaian tidak seharusnya hanya berorientasi pada jawaban yang benar, tetapi juga pada kemampuan siswa dalam merumuskan pertanyaan yang baik, melakukan riset, menganalisis informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran mereka secara efektif. Ide Anda tentang ujian yang berfokus pada pembuatan pertanyaan sangat menarik dan patut dipertimbangkan. 
Menumbuhkan budaya membaca yang menyenangkan: Membaca seharusnya tidak menjadi beban atau kewajiban, tetapi sebuah kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat. Menyediakan akses ke buku yang beragam dan menarik, serta menciptakan kegiatan yang mempromosikan kecintaan membaca sejak dini, sangatlah penting. Contoh di Inggris di mana anak-anak membaca karena ingin tahu, bukan karena disuruh, adalah cerminan dari budaya membaca yang kuat. Mendorong pembelajaran sepanjang hayat (Learn, Unlearn, Relearn): Konsep ini menekankan pentingnya fleksibilitas dan adaptabilitas dalam belajar. Kita perlu terus belajar, melepaskan pemahaman lama yang tidak lagi relevan, dan belajar kembali dengan perspektif yang lebih segar. Ini membutuhkan keberanian untuk mengakui ketidaktahuan dan terus mencari pemahaman yang lebih mendalam. 
Rendahnya literasi di Indonesia bukan semata-mata persoalan kurangnya minat membaca buku. Akar masalahnya lebih dalam, terkait dengan sistem pendidikan dan budaya yang kurang menghargai pertanyaan, terlalu fokus pada jawaban, dan belum sepenuhnya menumbuhkan budaya membaca yang didasari oleh rasa ingin tahu. Literasi yang sesungguhnya adalah kemampuan untuk berpikir kritis, memahami informasi secara mendalam, dan memiliki keberanian untuk terus bertanya. Untuk meningkatkan literasi, kita perlu melakukan revolusi kultural dalam cara kita melihat belajar dan menumbuhkan generasi yang tidak hanya rajin menjawab, tetapi juga gemar bertanya dan memahami.
Share:

Hari Kebangkitan Nasional 2025

Upacara Bendera
Purbalingga, 20 Mei 2025 – Suasana khidmat dan penuh semangat terasa di Lapangan SMKN 1 Bukateja pada Selasa pagi, 20 Mei 2025. Seluruh civitas akademika sekolah, mulai dari Bapak/Ibu Guru dan Karyawan hingga para siswa kelas X dan XI, berkumpul untuk mengikuti Upacara Bendera dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Upacara yang dimulai tepat pukul 07.00 WIB ini berlangsung dengan tertib dan lancar. Bertindak sebagai Pembina Upacara adalah Bapak Sarastiana, S.Pd., MBA, yang merupakan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMKN 1 Bukateja. 
Dalam amanatnya, Bapak Sarastiana membacakan pidato resmi dari Menteri Komunikasi dan Digital Republik Indonesia. Amanat tersebut menekankan pentingnya semangat persatuan dan kesatuan bangsa dalam menghadapi berbagai tantangan di era digital saat ini. Semangat Kebangkitan Nasional yang telah diwariskan oleh para pendahulu bangsa diharapkan dapat terus membakar semangat generasi muda untuk berkarya dan berinovasi demi kemajuan Indonesia. 
Lebih lanjut, amanat tersebut juga menyoroti peran penting teknologi digital dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, ekonomi, hingga sosial budaya. Para siswa sebagai generasi digital diharapkan dapat memanfaatkan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab, serta menjadi agen perubahan positif di era digital ini. Upacara Bendera
Hari Kebangkitan Nasional di SMKN 1 Bukateja ini menjadi momentum penting untuk merefleksikan kembali nilai-nilai luhur perjuangan bangsa dan menumbuhkan rasa cinta tanah air serta semangat nasionalisme di kalangan siswa. Kehadiran seluruh elemen sekolah dalam upacara ini menunjukkanSolidaritas dan kebersamaan dalam memaknai hari bersejarah ini. Seluruh peserta upacara kemudian kembali ke aktivitas masing-masing dengan membawa semangat baru untuk terus berkontribusi bagi bangsa dan negara, sejalan dengan semangat Kebangkitan Nasional. 
`Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi pengingat bagi seluruh civitas akademika SMKN 1 Bukateja, khususnya para siswa, akan pentingnya sejarah perjuangan bangsa dan relevansinya dengan tantangan masa kini. Semangat Kebangkitan Nasional harus terus dipelihara dan diimplementasikan dalam setiap tindakan dan karya, demi mewujudkan Indonesia yang lebih maju dan berdaulat.
Share:

Membuka Pintu Rezeki



Rangkuman Pengajian Subuh: Pada pengajian subuh Ahad, 18 Mei 2025, Ustadz Andi Yulianto S.Ag. menyampaikan pencerahan bertema "Membuka Pintu Rezeki". Beliau membuka kajian dengan menekankan bahwa ilmu pengetahuan dapat diperoleh di mana saja, tidak terbatas pada lingkungan formal. Kejelian dalam melihat dan memaknai setiap peristiwa yang kita alami sehari-hari menyimpan pelajaran berharga
Doa pagi yang sering kita panjatkan mengandung harapan untuk meraih rezeki yang thoyib (baik) lagi halal (dibolehkan), serta amalan yang diterima oleh Allah SWT. Ustadz Andi mengingatkan bahwa rezeki tidak hanya berupa materi seperti uang, tetapi juga bisa datang dalam bentuk hadiah, bonus, warisan, dan lain-lain. Ada rezeki yang datang tanpa diupayakan, namun ada pula rezeki yang perlu diusahakan melalui kerja dan perniagaan, meskipun belum tentu didapatkan jika memang bukan hak kita. Selain itu, ibadah yang kita lakukan juga dapat menjadi wasilah datangnya rezeki. Beliau menegaskan bahwa setiap manusia tidak akan meninggal dunia sebelum rezekinya tercukupi secara sempurna. 
Lebih lanjut, Ustadz Andi memaparkan beberapa kunci untuk menjemput pintu rezeki: 
Tidak Mengeluh dan Bersikap Pesimis (Takabur): Kita hendaknya menjauhi sikap selalu mengeluh terhadap rezeki yang telah diterima. 
Bertaqwa Kepada Allah SWT: Ketakwaan merupakan kunci utama dalam meraih keberkahan rezeki. 
Mencari Rezeki yang Baik: Umat Islam dianjurkan untuk senantiasa mencari rezeki yang halal. Mengambil yang Halal dan Meninggalkan yang Haram: Prinsip ini menjadi landasan penting dalam memperoleh rezeki yang diridhai Allah. 
Ustadz Andi juga menekankan pentingnya menyempurnakan dan memperbaiki kualitas sholat, terutama sholat Subuh, sebagai salah satu cara agar rezeki kita dicukupkan. Beliau kemudian menguraikan beberapa amalan ibadah yang dapat membuka pintu rezeki: 
Memperbanyak Istighfar: Mengutip pendapat Hasan Al Basri, istighfar merupakan salah satu pintu rezeki. Fadilah istighfar terdapat dalam QS Hud ayat 12-14. Beliau menganjurkan untuk memperbanyak istighfar kapanpun dan dimanapun, minimal 70 kali sehari dengan mengucapkan "Astagfirullah wa atubu ilaih". Memperbaiki Kualitas Sholat: Berdasarkan QS Toha ayat 92, memperbaiki sholat menjadi salah satu cara membuka fasilah (kemudahan) rezeki. 
Berinfak: Ustadz Andi menganjurkan untuk mengusahakan berinfak setiap harinya. Bertaqwa: Mengulang penekanan akan pentingnya taqwa dalam meraih rezeki. 
Bertawakal: Menyerahkan segala urusan dan rezeki kepada Allah SWT. Berdoa dengan Doa-Doa Menjemput Rezeki: 
Beliau secara khusus menyebutkan doa di antara dua sujud sebagai doa yang sangat istimewa untuk memohon rezeki. Pengajian subuh ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang hakikat rezeki dan berbagai cara untuk menjemputnya melalui usaha lahir dan batin, serta amalan ibadah yang dianjurkan dalam Islam.



Share:

Meraih Keberkahan di Penghujung Malam dan Awal Pagi


Undangan Qiyamul Lail, Sholat Subuh Berjama'ah, dan Pengajian Rutin Ahad Pagi

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Saudara/i kaum muslimin dan muslimat warga Perumahan Gayam Permai yang dirahmati Allah SWT, Dalam upaya meningkatkan keimanan, mempererat tali silaturahmi, serta meraih keberkahan di waktu-waktu yang mulia, kami dari pengurus Masjid Al Mu'minun mengundang Bapak/Ibu/Saudara/i untuk hadir dalam kegiatan rutin warga Gayam Permai: Qiyamul Lail Berjama'ah, Sholat Subuh Berjama'ah, dan Pengajian Rutin Ahad Pagi Insya Allah kegiatan ini akan dilaksanakan pada: 


Hari/Tanggal: Ahad, 18 Mei 2025 


Adapun rangkaian acara adalah sebagai berikut: 

Qiyamul Lail Berjama'ah: 
Dimulai pukul 03.30 WIB Mari kita bersama-sama menghidupkan sepertiga malam terakhir dengan bermunajat, memohon ampunan, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Keutamaan Qiyamul Lail sangatlah besar, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: 
 
"Sebaik-baik shalat setelah shalat fardhu adalah shalat malam." (HR. Muslim) 

Sholat Subuh Berjama'ah: 
Dilaksanakan pada waktu Subuh. Mari kita awali hari dengan menunaikan ibadah sholat Subuh secara berjama'ah di masjid. Keberkahan dan keutamaan sholat Subuh berjama'ah sangatlah besar, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Barangsiapa shalat Subuh berjama'ah, maka ia berada dalam jaminan Allah." (HR. Muslim) 

Pengajian Rutin Ahad Pagi: 
Dimulai setelah Sholat Subuh berjama'ah (sekitar pukul 05.30 WIB). Pada kesempatan yang penuh berkah ini, kita akan bersama-sama menimba ilmu agama dan memperdalam pemahaman tentang Islam bersama: Ustadz H. Yusman SHI. 
Beliau akan menyampaikan kajian yang insya Allah akan memberikan pencerahan dan motivasi dalam menjalani kehidupan sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Kegiatan ini merupakan wadah yang baik bagi kita untuk meningkatkan kualitas ibadah, mempererat ukhuwah Islamiyah antar warga Perumahan Gayam Permai, serta menambah ilmu pengetahuan agama. 
Kami sangat mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu/Saudara/i dalam kegiatan yang penuh berkah ini. Mari kita luangkan waktu sejenak untuk meraih ridha Allah SWT dan keberkahan dalam hidup kita. 
Atas perhatian dan kehadirannya, kami ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Hormat kami, Pengurus Masjid Al Mu'minun Perumahan Gayam Permai Banjarnegara





Share:

Kajian Rutin Ahad Pagi Masjid Al Mu'minun: Kaya Mulia, Miskin Hina?

Telaah Surah Al-Fajr Bersama Ustadz Retno Ahmad Pujianto Banjarnegara, 10 Mei 2025 – 
Pada kesempatan kali ini, kajian menghadirkan Ustadz Retno Ahmad Pujianto untuk mengupas tuntas pesan-pesan mendalam dari Al-Quran, khususnya Surah Al-Fajr ayat 15 hingga 18. Mengawali kajian, Ustadz Retno melontarkan sebuah pertanyaan reflektif yang langsung menyentuh benak para hadirin: "Apakah benar bahwa orang yang kaya secara otomatis mulia derajatnya di sisi Allah, dan sebaliknya, apakah orang yang miskin lantas dianggap hina?" Pertanyaan ini menjadi pintu masuk untuk memahami tafsir Surah Al-Fajr yang akan dibahas. Ustadz Retno kemudian membacakan dan menjelaskan Surah Al-Fajr ayat 15-16:

 ูَุงَ ู…َّุง ุงู„ْุงِ ู†ْุณَุง ู†ُ ุงِุฐَุง ู…َุง ุงุจْุชَู„ٰู‰ู‡ُ ุฑَุจُّู‡ٗ ูَุงَ ูƒْุฑَู…َู‡ٗ ูˆَู†َุนَّู…َู‡ٗۙ ูَูŠَู‚ُูˆْู„ُ ุฑَุจِّูŠْۤ ุงَูƒْุฑَู…َู†ِ ูˆَุงَ ู…َّุงۤ ุงِุฐَุง ู…َุง ุงุจْุชَู„ٰู‰ู‡ُ ูَู‚َุฏَุฑَ ุนَู„َูŠْู‡ِ ุฑِุฒْู‚َู‡ٗۙ ูَูŠَู‚ُูˆْู„ُ ุฑَุจِّูŠْۤ ุงَู‡َุง ู†َู†ِ 

 Artinya: "Adapun manusia, apabila Tuhannya mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, Tuhanku telah memuliakanku.Dan adapun apabila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, Tuhanku telah menghinaku."
 (QS. Al-Fajr 89: 15-16)   

Ustadz Retno menjelaskan bahwa dalam ayat ini, Allah SWT menggambarkan bagaimana manusia seringkali keliru dalam memahami hakikat kemuliaan dan kehinaan. Ketika Allah meluaskan rezeki dan memberikan kenikmatan, sebagian manusia merasa bahwa hal itu adalah bukti kemuliaan dirinya di sisi Allah. Mereka menyangka bahwa kekayaan adalah tolok ukur derajat. Sebaliknya, ketika rezeki disempitkan, mereka beranggapan bahwa Allah telah menghinakan mereka. Namun, Ustadz Retno melanjutkan dengan membacakan ayat berikutnya, Surah Al-Fajr ayat 17, yang menjadi sanggahan atas pemahaman yang keliru tersebut:

 ูƒَู„َّุง ุจَู„ْ ู„َّุง ุชُูƒْุฑِู…ُูˆْู†َ ุงู„ْูŠَุชِูŠْู…َۙ 

 Artinya: "Sekali-kali tidak! Bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim," (QS. Al-Fajr 89: 17) 

Ayat ini, menurut Ustadz Retno, dengan tegas membantah anggapan bahwa kelapangan rezeki adalah indikator kemuliaan dan kesempitan rezeki adalah kehinaan. Allah SWT memberikan contoh nyata melalui perilaku kaum kafir Quraisy, termasuk tokoh seperti Umayyah bin Khalaf, seorang hartawan yang justru meremehkan dan menindas Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya yang lemah secara materi. Kekayaan Umayyah tidak menjadikannya mulia di sisi Allah, justru sebaliknya, kesombongan dan kezalimannya mendatangkan murka Allah. 
Ustadz Retno menekankan bahwa banyak sedikitnya harta hanyalah sebuah ujian dari Allah SWT. Melalui harta, Allah menguji bagaimana manusia bersyukur ketika diberi kelapangan dan bagaimana mereka bersabar serta tetap beriman ketika diuji dengan kesempitan. Harta bukanlah tujuan, melainkan sarana untuk menggapai ridha Allah. Lebih lanjut, Ustadz Retno menyoroti fenomena zaman sekarang di mana banyak orang terjebak dalam mencari harta secara instan dan tidak diridhai oleh Allah SWT. Mereka menghalalkan segala cara demi kekayaan duniawi, tanpa mempedulikan nilai-nilai agama dan kemanusiaan. 
Hal ini semakin menjauhkan mereka dari hakikat kemuliaan yang sebenarnya. Ustadz Retno juga meluruskan pemahaman yang sempit mengenai rezeki. Beliau menjelaskan bahwa rezeki tidak hanya terbatas pada harta benda. Rizky yang paling mahal dan utama adalah nikmat Islam, hidayah, dan kemudahan dalam menjalankan ibadah. Kesehatan, keluarga yang sakinah, dan ilmu yang bermanfaat juga merupakan rezeki yang patut disyukuri. Kemudian, Ustadz Retno mengaitkan pembahasan dengan ayat selanjutnya, Surah Al-Fajr ayat 18: 

 ูˆَู„َุง ุชَุญٰุٓถُّูˆْู†َ ุนَู„ٰู‰ ุทَุนَุง ู…ِ ุงู„ْู…ِุณْูƒِูŠْู†ِ  

 Artinya: "dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin," (QS. Al-Fajr 89: 18) 

Ayat ini, menurut Ustadz Retno, menunjukkan salah satu indikator penting yang membedakan antara orang yang benar-benar beriman dan yang hanya terbuai dengan kekayaan duniawi. Orang yang beriman akan memiliki kepedulian sosial yang tinggi, termasuk mengajak dan mendorong orang lain untuk berbagi rezeki dengan kaum dhuafa. Mereka tidak akan membiarkan orang-orang miskin kelaparan di sekitar mereka. Di akhir kajiannya, Ustadz Retno Ahmad Pujianto mengajak seluruh jamaah untuk merenungkan kembali makna kemuliaan dan kehinaan dalam perspektif Islam. Beliau mengingatkan bahwa kemuliaan sejati terletak pada ketakwaan dan ketaatan kepada Allah SWT, serta kepedulian terhadap sesama. 
Kekayaan hanyalah titipan dan ujian, yang akan dimintai pertanggungjawabannya kelak. Sementara itu, kemiskinan bukanlah aib, melainkan juga ujian kesabaran dan keimanan. Kajian rutin Ahad pagi di Masjid Al Mu'minun kali ini memberikan pencerahan yang mendalam bagi para jamaah. Pemahaman yang benar tentang Surah Al-Fajr diharapkan dapat mengubah paradigma berpikir tentang harta, kemuliaan, dan kehinaan, serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya berbagi dan peduli terhadap sesama, khususnya kaum miskin. Semoga kajian ini menjadi bekal berharga bagi setiap muslim dalam menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan diridhai oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.









Share:

Footer Link

Pengumuman

  1. Tamu yang menginap 1x24 jam harus lapor RT.
  2. Dilarang Parkir Mobil di Jalan Perumahan
  3. Segala Jenis Truk dilarang Memasuki Jalan Perumahan

info ronda

Pelaksanaan Ronda lingkungan dimulai pukul 22.00 WIB s.d. Menyesuaikan Kondisi

Recent Posts

POSTINGAN TERBARU

Recent Posts Widget