Kajian Ahad pagi, 14 Desember 2025, di Masjid Al Mu’minun Perumahan Gayam Permai setelah Sholat Subuh, menghadirkan Ustadz Syafrudin, LC. Dalam ceramahnya, beliau menyoroti isu yang menurutnya menjadi krisis terbesar yang melanda umat hari ini: Krisis Makna dan Krisis Identitas. Sebuah krisis yang membuat seseorang kehilangan orientasi dan tujuan hidup yang jelas.
Ustadz Syafrudin menyebut, krisis ini sering diekspresikan dalam ungkapan populer, "ngalir saja," sebuah jawaban yang terdengar pasrah namun menyimpan bahaya keputusasaan yang naif. Krisis ini adalah tanda kehancuran sistem keyakinan (yakin) yang tidak diterjemahkan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.
Krisis "Ngalir Saja":
Dari Cita-cita Menuju Kepasrahan Naif
Ustadz Syafrudin, LC. menggambarkan pergeseran dramatis dalam orientasi hidup. Tujuan hidup yang spesifik di masa kecil (seperti ingin menjadi pahlawan atau polisi) seringkali hilang seiring berjalannya waktu. Ketika ditanya mengenai tujuan hidup di masa dewasa, jawaban yang dominan adalah, "Ngalir aja, lah."
Ungkapan "ngalir saja," menurut Ustadz, bukanlah tanda kepasrahan yang Islami (tawakal), melainkan manifestasi dari:
- Keletihan (Capek): Respon ini muncul karena "capek sekali menjalani hidup."
- Ketidaktahuan: Ini adalah bahasa lain dari ketidaktahuan akan jalan mana yang harus dipilih.
- Kepasrahan Naif: Beliau menyebutnya perkataan yang Naif.
Seseorang mengerti bahwa situasinya tidak baik, tetapi memilih untuk tidak berbuat apa-apa, yang menunjukkan krisis makna telah merusak pondasi keyakinan.
Kontradiksi Keyakinan (Yakin) dan Realita Amal
Keyakinan (yakin) kepada Allah SWT adalah kebenaran dasar yang tidak dapat dibatalkan (axiomatic belief). Namun, Ustadz Syafrudin menyoroti bahwa makna keyakinan ini tidak diterjemahkan dengan baik dalam sistem kehidupan saat ini.
Hal ini terlihat dari banyaknya kasus di mana keyakinan dasar tidak selaras dengan perilaku. Meskipun yakin akan Allah SWT, sering kali disaksikan perilaku yang kontraproduktif seperti melakukan tindak pidana yang secara nyata melanggar keyakinan dasar tersebut. Ini menunjukkan adanya keretakan besar antara iman di hati dan amal di dunia nyata.
Solusi Islam:
Membangun Keyakinan Melalui Kehadiran Abadi
Setelah mendiagnosa krisis makna dan kontradiksi iman, Ustadz Syafrudin menawarkan solusi fundamental dalam Islam. Jembatan untuk membangun keyakinan yang kokoh dan diterjemahkan menjadi amal yang lurus adalah dengan menghadirkan Allah SWT pada setiap saat dalam hidup.
Konsep Kehadiran dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala ini merupakan inti dari ajaran ihsan. Ia menuntut kesadaran penuh bahwa di setiap langkah, keputusan, dan keadaan, seseorang berada di bawah pengawasan-Nya. Kehadiran konstan ini secara otomatis menghilangkan ruang bagi sikap "ngalir saja" dan mencegah tindakan yang kontraproduktif.
Menariknya, Ustadz Syafrudin mengaitkan konsep ini dengan istilah populer hari ini, Mindfulness. Mindfulness didefinisikan sebagai kondisi "hadir saat ini," tidak terbebani kenangan masa lalu, dan tidak pula silau dengan masa depan. Islam, melalui konsep ihsan dan muraqabah (merasa diawasi), telah menawarkan jalan ini sebagai metode praktis untuk membangun keyakinan yang selalu hidup dan membimbing perbuatan, jauh sebelum istilah modern itu muncul.
Krisis makna dan identitas hari ini adalah panggilan bagi umat untuk kembali memeriksa kualitas keyakinan kita. Keyakinan bukan hanya pernyataan lisan, tetapi harus diterjemahkan menjadi tindakan yang konsisten. Solusinya adalah dengan mempraktikkan Kehadiran Abadi dengan Allah SWT (Mindfulness Islami) di setiap waktu, sehingga keyakinan dapat menjadi peta jalan yang sejati, bukan sekadar teori yang usang.







No comments:
Post a Comment