Keluarga Imran yang namanya diabadikan menjadi surat ketiga dalam Al-Qur'an. Dalam Al Qur'an diabdikan pada surat ke 33-34 nama Ali Imran tersurat. nama Keluarga Imran tertera dalam Surat Ali Imran karena keluarganya mempunyai keutamaan, yaitu:
Keluarga Imran: Teladan Keimanan dan Ketaatan
Ustadz Ulil Albab Al Hafidz
10 November 2024
Keluarga Imran yang namanya diabadikan menjadi surat ketiga dalam Al-Qur'an. Dalam Al Qur'an diabdikan pada surat ke 33-34 nama Ali Imran tersurat. nama Keluarga Imran tertera dalam Surat Ali Imran karena keluarganya mempunyai keutamaan, yaitu:
"Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan Keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya adalah (keturunan) dari sebagian yang lain. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (QS Ali Imran Ayat 33-34)
Keluarga Imran dinisbatkan kepada seseorang yang bernama Imran bin Matsan bin al-Azar bin Sahim bin Misyam bin Hizkil bin Ahrif bin Au'am Izazaya bin Amsaya bin Nawas bin Nausa bin Sulaiman bin Daud bin Yehuda bin Lewi bin Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim 'alaihissalam.
Imran menikah dengan Hannah yang dikarunia seorang perempuan yang mulia yaitu Maryam. Ibu maryam inilah yang melahirkan Nabi 'Isa AS.
Imran dan Hannah lama tidak mendapatkan anak. baru diberikan anak dan mengandungnya setelah usia Hannah sudah memasuki masa "menapouse", masa di mana wanita secara medis sudah tidak bisa mengandung, namun Allah berkehendak. Dalam kebahagiaan keluarga Imran yang menanti kelahiran sang anak, Imran wafat sebelum masa kelahiran anaknya.
Hannah tetap selalu bersabar ketika suaminya meninggal, merawat janin yang ada dalam kandungannya. Hannah sangat menginginkan anak yang ada dalam kandungannya anak laki-laki.
Dan Hannah bernazar bahwa anaknya ini untuk mengabdi kepada Alloh SWT atau menjadi Marbot di Masjid Alloh SWT (baitul Maqdis).
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku (untuk) menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah nazar itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Tuhan Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Alloh menghendaki lain bahwa yang lahir adalah bayi perempuan yang diberi nama Maryam.
QS Ali 'Imran : 36
Ketika melahirkannya, dia berkata, “Wahai Tuhanku, aku telah melahirkan anak perempuan.” Padahal, Allah lebih tahu apa yang dia (istri Imran) lahirkan. “Laki-laki tidak sama dengan perempuan. Aku memberinya nama Maryam serta memohon perlindungan-Mu untuknya dan anak cucunya dari setan yang terkutuk.”(QS. Ali 'Imran :36)
Tafsirnya:
Setelah bernazar untuk mempersembahkan anaknya untuk mengurus rumah-Nya (Marbot Baitul Maqdis), maka ketika istri Imran melahirkan anak-nya, dia bermunajat kepada Allah seraya berkata," Tuhanku, aku telah melahirkan anak perempuan." Padahal Allah lebih tahu apa yang terbaik atas apa yang dia lahirkan, yakni perempan. Dan anak laki-laki yang diharapkan tidak sama dengan, yakni tidak lebih baik daripada, perempuan yang diberikan Allah. Istri Imran berkata, "Dan aku memberinya nama Maryam, dan aku mohon perlindungan-Mu untuknya dan anak cucunya dari gangguan setan yang terkutuk." Ini mengisyaratkan atas besarnya karunia yang diberikan kepada keluarga Imran, sekaligus misteri besar di balik kelahiran anak perempuannya, sementara ia berharap anak laki-laki karena terkait nazarnya.
Atas kehendak Allah SWT Maryam tidak mengalami Haid seperti wanita. Sehingga atas ijin-Nya Maryam menjadi Marbot untuk mengurus rumah Allah SWT (Baitul Maqdis). Maryam wanita yang Shalihah, utama. Sosok Maryam yang memiliki banyak keikhlasan karena penjagaan atas dirinya dan penghambaannya pada Allah SWT yang penuh kekhusyukan. Sehingga Beliau diberikan oleh Alloh SWT keturunan yang menjadi Nabi yaitu Nabi 'Isa AS.
Kegiatan Jami'yyatul Qur'an
Alhamdulillah kegiatan Jami'yyatul Qur'an untuk Bulan Nopember 2024 terlaksana dengan lancar. Suport dari Jama'ah Sholat Isya' sehingga pelaksanaannya tetap istiqomah.
Pelaksanaan Jami'yyatul Qur'an dilaksanakan setiap bulan. Tepat ditanggal 1. Kegiatan ini telah terlaksana selama 2 tahun. Pelaksanaan pertama kali pada tanggal 1 Bulan Januari Tahun 2023.
Kegiatan CMH : Cek Makhorijul Huruf Tahsinul Qur'an
Membaca Alquran merupakan langkah awal seseorang bermuamalah dengan Alquran. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita rajin membacanya, sebagaimana tertuang dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Bacalah Alquran, karena ia akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi
syafaat bagi orang yang membacanya…” (HR Muslim).
Membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar adalah suatu hal yang sangat penting bagi setiap muslim. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas bacaan Al-Qur’an dengan mengikuti pelatihan tahsin, khususnya makharijul huruf, dapat meningkatkan kualitas bacaan. Berdasarkan observasi di Desa Napo, banyak anak kesulitan membaca Al-Qur'an terutama melafalkan huruf hijaiyah. Hal tersebut karena kurangnya pemahaman makharijul huruf.
Pada Hari Jumat, 1 November 2024 diadakan CMH (Cek Makhorijul Huruf) tahsin Qur'an dengan fokus pada makharijul huruf untuk Ibu-ibu di Perumahan Gayam Permai.Dipandu oleh
Ustadzah Erni, Ustadzah Supri dan Ustadzah Fitri dari LTQ Cahaya Qur'an.
Pada tahap cek, dilakukan tes untuk mengetahui kemampuan peserta dalam melafalkan huruf hijaiyah sesuai dengan makharijulnya. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa setelah mengikuti pelatihan, peserta dapat menyebutkan huruf hijaiyah dengan lebih baik dan benar sesuai dengan makharijulnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil tes yang menunjukkan peningkatan kemampuan peserta dalam melafalkan huruf hijaiyah. Pelatihan tahsin Qur'an dengan fokus pada makharijul huruf memperoleh respon positif dari peserta dan masyarakat dan mampu memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap makharijul huruf.
|
Ibadah Qurban dan Ibadah Haji
Ibadah Qurban dan Haji adalah dua Ibadah yang tidak terisahkan. Dalam Hal waktu dan kesamaan masalah pendanaan. Ibadah kurban memiliki makna yang mendalam dalam agama Islam. Selain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT, kurban juga mengandung nilai sosial dan kepedulian terhadap sesama. Melalui kurban, umat Muslim diajarkan untuk berbagi rezeki dengan orang lain, terutama mereka yang kurang beruntung. Sedangkan ibadah haji salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh umat Muslim yang mampu secara fisik, finansial, dan hukum. Ibadah haji dilakukan di Kota Makkah, Saudi Arabia, pada bulan Dzulhijjah. Haji memiliki rangkaian ibadah yang meliputi tawaf di sekitar Ka'bah, sai antara bukit Safa dan Marwah, wukuf di Arafah, melempar jumrah, dan lain sebagainya. Meskipun kurban dan ibadah haji memiliki keterkaitan dalam segi waktu pelaksanaan, yaitu pada bulan Dzulhijjah, dan keduanya adalah ibadah yang dianjurkan dalam agama Islam, tetapi mereka berbeda dari segi tempat dan pelaksanaannya. Kurban dilakukan di berbagai belahan dunia oleh umat Muslim yang mampu, sedangkan ibadah haji hanya dilaksanakan di Makkah oleh mereka yang telah memenuhi persyaratan dan mampu untuk melaksanakannya.
Sebagaimana pesan dalam teks-teks agama, Kurban dalam bahasa Arab adalah kurban yang berarti mendekatkan diri kepada Tuhan. Kurban tahunan yang dirayakan oleh umat Islam di seluruh dunia seharusnya tidak lagi dimaknai sebagai ibadah yang sebatas proses ritual. Sebaliknya, itu harus ditafsirkan sebagai penegasan nilai-nilai kemanusiaan dan semangat pembebasan.
Setelah kami menyelesaikan semua layanan, perilaku kami tetap sama atau berubah. Kita tidak khawatir tentang orang lain atau khawatir tentang peringatan-Nya atau sebaliknya. Kemudian kami terus merugikan sejumlah kecil orang atau tidak. Gaya hidup jor-rod juga memudar atau digantikan dengan gaya hidup berbagi. Penulis bermaksud untuk menganalisis hal ini, dengan alasan bahwa pengorbanan juga harus dipahami sebagai kebebasan sosial. Pertanyaan yang ada adalah kebebasan sosial—sikap positif terhadap orang lain yang harus disingkirkan dari rumah kita bersama (ego).
Kebebasan dan kesadaran pada manusia kini menjadi bagian dari alam. Manusia akan selalu berkembang dan maju menuju keunggulan jika standar ini ditegakkan. Jika tujuan pembebasan sosial adalah memandang alam semesta sebagai satu kesatuan untuk memahami segalanya. Alam semesta tidak membedakan antara dunia dan akhirat, alam dan sura alam, atau substansi dan esensi karena semuanya adalah satu organisme, sedangkan dunia ini dianggap sebagai emporium tunggal. Salah satu non-pembebasan sosial adalah pemahaman syirik, yang menggunakan sistem feodal yang berbeda dan memandang dunia terbagi, kacau, dan kontradiktif. Pandangan dunia Tauhid adalah pandangan yang memandang realitas sebagai integral, holistik, monoteistik, dan universal.
Sumber : https://www.iainpare.ac.id/
Jami'yyatul Qir'an, 01 November 2024
Kegiatan Jami'yyatul Qur'an dilaksanakan setiap bulan dilaksanakan tanggal 1 setia bulannya.. Kegiatan ini salah satunya adalah untuk khataman bagi warga/ jama'ah Masjid Al Mu'minun Perumahan Gayam Permai yang telah menyelesaikan bacaan Al Qur'an.
“Barangsiapa membaca satu huruf dari kitabullah, baginya satu kebaikan. Satu kebaikan akan dilipatgandakan sepuluh. Aku tidak mengatakan ‘alif laam miim’ itu satu huruf, akan tetapi, alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf” (HR. Tirmidzi no. 2915.)