Iman merupakan pondasi dasar beragama. Semua konsekuensi dari keberagamaaan bersumber dari iman. Dari iman itulah dapat dipahami mengapa seseorang menyembah dan mengabdi kepada Tuhan. Jika ia seorang muslim, maka iman itu yang mendorong orang tersebut untuk mendirikan shalat, berpuasa, berzakat, beramal shaleh, dan memiliki akhlak yang mulia. Pendek kata, iman akan melahirkan semua kebaikan-kebaikan dan amal shaleh.
Dari Anas dari Nabi Saw bersabda: Tidaklah beriman seseorang diantara kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”(HR. Bukhari)
Hadis di atas menunjukkan bahwa keimanan seseorang dapat dikatakan sempurna apabila ia bisa mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri, sepanjang dalam hal kebaikan. Saudara yang dimaksud disini tidak terbatas hanya saudara kandung, saudara seayah atau seibu, akan tetapi lebih luas lagi mencakup saudara sesama manusia.
Betapa pentingnya perasaan ini sampai dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad mengorelasikannya dengan keimanan. عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Dari Anas dari Nabi Saw bersabda: Tidaklah beriman seseorang diantara kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”(HR. Bukhari)
Hadis di atas menunjukkan bahwa keimanan seseorang dapat dikatakan sempurna apabila ia bisa mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri, sepanjang dalam hal kebaikan.
Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, Nabi Muhammad menjanjikan kenikmatan besar berupa naungan pada Hari Kiamat bagi orang yang mencintai sesama saudaranya.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ الإِمَامُ الْعَادِلُ ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ رَبِّهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِى الْمَسَاجِدِ ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ…
“Dari Abu Hurairah dari Nabi Saw bersabda: Ada tujuh (golongan orang beriman) yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya (yaitu) pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ibadah kepada Rabb-Nya, seseorang yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah mereka tidak bertemu kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah”. (HR Bukhari).
Hadis di atas menjelaskan bagaimana Allah dan Rasul-Nya sangat memperhatikan dan menghargai kecintaan seorang hamba kepada hamba-Nya yang lain. Pada Hari Kiamat manusia akan dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk menunggu hisab amal perbuatannya. Disini manusia akan merasa sangat kepayahan dan kondisi mereka tergantung pada amal yang mereka kumpulkan ketika berada di dunia. Maka akan sangat beruntunglah orang-orang yang mendapat naungan Allah pada hari itu.
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Saling memberi, menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing sebagai sesama makhluk Tuhan merupakan satu cara untuk menjaga keberlangsungan hidup. Namun perlu disadari, ketergantungan dengan orang lain tidak akan langgeng bila hanya berdasarkan unsur kepentingan. Oleh karena itu, Nabi Muhammad menganjurkan agar mencintai sesama manusia secara tulus karena Allah dan tidak boleh melebihi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.
No comments:
Post a Comment