Rapat Pengurus RT 06 RW 05 Kutabanjarnegara: Persiapan HUT RI ke-80

Ketua Rt 06 Rw 05 Memimpin Rapat

Banjarnegara, 22 Juli 2025 – Pengurus RT 06 RW 05 Kelurahan Kutabanjarnegara pada hari ini mengadakan rapat rutin dua bulanan yang bertempat di kediaman Ketua RT, Bapak Dwi Budi Prasojo, SKM. Rapat yang dihadiri oleh seluruh jajaran pengurus ini secara khusus membahas persiapan menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80.
Dalam sambutannya, Bapak Dwi Budi Prasojo, SKM, menekankan pentingnya peran aktif seluruh pengurus dalam menyukseskan perayaan HUT RI tahun ini. "Momen kemerdekaan adalah saat yang tepat untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga dan menumbuhkan semangat kebersamaan," ujar beliau.
Beberapa agenda utama yang menjadi fokus pembahasan dalam rapat ini meliputi:
  1. Pembentukan Panitia Pelaksana: Untuk memastikan kelancaran seluruh rangkaian kegiatan, disepakati akan segera dibentuk panitia pelaksana yang melibatkan perwakilan dari setiap seksi di RT 06. 
  2.  Jenis Perlombaan dan Kegiatan: Rapat merumuskan berbagai jenis perlombaan dan kegiatan yang akan diadakan, mulai dari lomba anak-anak hingga dewasa, serta kegiatan kebersamaan seperti kerja bakti dan malam tirakatan. 
  3.  Estimasi Anggaran dan Sumber Dana: Pengurus juga mulai menghitung estimasi anggaran yang dibutuhkan serta membahas potensi sumber dana, baik dari swadaya masyarakat maupun donasi.
  4.  Jadwal Pelaksanaan: Jadwal tentatif untuk setiap kegiatan juga mulai disusun, dengan harapan dapat diumumkan kepada seluruh warga dalam waktu dekat.
Rapat berlangsung dengan suasana yang interaktif dan penuh antusiasme. Berbagai usulan dan ide-ide kreatif muncul dari para pengurus, menunjukkan semangat gotong royong yang kuat di lingkungan RT 06 RW 05. Diharapkan dengan persiapan yang matang ini, perayaan HUT RI ke-80 di RT 06 RW 05 Kelurahan Kutabanjarnegara dapat berjalan sukses, meriah, dan berkesan bagi seluruh warga.
Share:

Kerja Bhakti Menyambut HUT RI Ke-80 Tahun 2025

 

Gema Kemerdekaan di Gayam Permai: Warga Gelar Kerja Bakti Sambut HUT RI ke-80 Banjarnegara, 27 Juli 2025 – Semangat gotong royong dan nasionalisme berkobar di Perumahan Gayam Permai, Banjarnegara. Ratusan warga tumpah ruah mengikuti kerja bakti massal pada hari Ahad, 27 Juli 2025, dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Ketua RT Bapak Dwi Budi P, SKM, yang terlihat aktif membaur bersama warganya. 
Sejak pagi hari, suasana Gayam Permai sudah semarak. Warga dari berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga lansia, antusias berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang telah dicanangkan. Fokus utama kerja bakti ini adalah kebersihan lingkungan. Bahu-membahu, warga membersihkan selokan, menyapu jalan, dan memangkas rumput liar yang tumbuh di sekitar area perumahan. 
Sampah-sampah dikumpulkan dan diangkut, menjadikan Gayam Permai semakin asri dan nyaman. Tidak hanya kebersihan, keindahan lingkungan juga menjadi perhatian utama. Sejumlah warga terlihat sibuk mengecat marka jalan lingkungan, memastikan garis-garis pembatas jalan dan area parkir terlihat jelas dan rapi. Sentuhan warna baru ini menambah estetika lingkungan perumahan. Puncak semangat menyambut kemerdekaan terlihat saat warga mulai memasang bendera Merah Putih dan layur di sepanjang jalan utama dan di depan rumah masing-masing. 
Nuansa merah putih seketika mendominasi Gayam Permai, menciptakan atmosfer patriotisme yang kental. Tak ketinggalan, untuk memeriahkan suasana malam, warga juga bergotong royong memasang lampu hias di berbagai sudut perumahan, menjanjikan malam-malam yang indah selama perayaan kemerdekaan. Bapak Dwi Budi P, SKM, dalam kesempatan tersebut menyampaikan apresiasinya kepada seluruh warga yang telah berpartisipasi aktif. "Kegiatan kerja bakti ini adalah wujud nyata kecintaan kita kepada bangsa dan negara. 
Selain membersihkan lingkungan, ini juga menjadi ajang mempererat tali silaturahmi antarwarga. Semoga semangat kebersamaan ini terus terjaga, tidak hanya saat menyambut HUT RI saja," ujarnya dengan senyum. Kerja bakti ini tidak hanya sekadar membersihkan dan mempercantik lingkungan, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan kekompakan warga Gayam Permai dalam menyambut hari bersejarah bangsa. Semangat gotong royong yang telah lama menjadi ciri khas bangsa Indonesia, hidup dan terus lestari di Perumahan Gayam Permai, Banjarnegara, menjelang perayaan delapan dekade kemerdekaan.
Ibu-ibu PKK mensupport dengan menyediakan minum, snak/jajan dan makan siang untuk Bapak-bapak.













Share:

Mengungkap Sisi Lain Kisah Nabi Musa dalam Surah Al-A'raf

Kajiann rutin Ahad Pagi, 27 Juli 2025
Masjid Al Mu'minun Perumahan Gayam Permai
Ustadz Syafrudin Maulana, LC

Kisah Nabi Musa 'alaihissalam‘ adalah salah satu narasi paling kaya makna dalam Al-Qur'an, menawarkan pelajaran mendalam tentang keimanan, kesabaran, dan bahaya kelalaian. Surah Al-A'raf secara khusus menguraikan fase-fase penting dalam perjalanan dakwah Nabi Musa, terutama menyoroti respons Bani Israil yang seringkali apatis dan tidak bersyukur, bahkan setelah menyaksikan mukjizat yang luar biasa. Mari kita telaah kisah ini, mengambil hikmah agar kita tidak mengulang kesalahan masa lalu.
Fase 1: Bani Israil di Bawah Penindasan Firaun
Kisah Nabi Musa dimulai saat Bani Israil hidup di bawah kekejaman Firaun, yang diidentifikasi oleh beberapa penafsir sebagai Ramses III, "anak dewa matahari." Penindasan ini mencapai puncaknya dengan perintah Firaun untuk membunuh setiap anak laki-laki Bani Israil yang lahir, sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Baqarah. Ini adalah masa-masa penuh ketakutan dan penderitaan, di mana harapan seolah padam. Namun, di tengah kegelapan itulah, takdir ilahi sedang merajut kelahiran seorang pemimpin yang akan membebaskan mereka.
Fase 2: Nabi Musa Menjadi Rasul
Setelah pengasingan dan pelatihan di Madyan, Allah ‘Subhanahuwa ta′ala‘ memilih Nabi Musa untuk menjadi rasul-Nya. Dengan mukjizat tongkat yang berubah menjadi ular dan tangan yang bersinar, Nabi Musa diutus untuk menghadapi Firaun dan kaumnya yang zalim, menyeru mereka untuk beriman kepada Allah dan membebaskan Bani Israil. Ini adalah fase di mana Nabi Musa diuji dengan tugas yang berat, menghadapi penguasa yang sombong dan rakyatnya yang ingkar.
Fase 3: Penyelamatan Nabi Musa dan Bani Israil
Puncak dari pertarungan antara kebenaran dan kebatilan terjadi ketika Allah ‘SubhanahuwaTa ′ ala‘ menyelamatkan Nabi Musa dan Bani Israil dengan membelah Laut Merah, menenggelamkan Firaun dan bala tentaranya. Momen penyelamatan yang luar biasa ini adalah mukjizat yang tak terbantahkan, bukti nyata akan kekuasaan dan kasih sayang Allah. Dalam konteks ini, Surah Al-A'raf (ayat 205) mengingatkan kita untuk mengingat Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah diri dan rasa takut, dan tanpa mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah. Ini adalah seruan untuk senantiasa berdzikir dan tidak melupakan nikmat Allah, terutama setelah melalui cobaan berat.
Fase 4: Pasca Penyelamatan dan Apatisme Bani Israil
Sayangnya, setelah diselamatkan dari penindasan Firaun, Bani Israil menunjukkan sikap yang sangat disayangkan: ketidakbersyukuran dan apatisme. Meskipun telah diberi makanan segar seperti manna dan salwa langsung dari langit, mereka mulai mengeluh dan merindukan makanan yang lebih "bervariasi" seperti bawang dan mentimun. Ini adalah gambaran dari kesadaran apatis yang tidak bisa membuka diri terhadap perubahan dan nikmat yang ada di hadapan mata.
Mereka terjebak dalam 'autopilot model' kehidupan, melakukan segala sesuatu tanpa makna dan tanpa korelasi refleksi diri dengan mengingat Allah. Mereka kehilangan diri dalam rutinitas dan keinginan duniawi, melupakan tujuan utama keberadaan mereka. Pentingnya berdzikir kepada Allah menjadi sangat relevan di sini. Ketika manusia kehilangan koneksi dengan Penciptanya, hati menjadi keras dan cenderung abai terhadap tanda-tanda kebesaran-Nya. Kisah Bani Israil adalah peringatan bagi kita: jangan sampai kita terjebak dalam kelalaian (ghoflah), melupakan nikmat dan petunjuk Tuhan.

Kisah Nabi Musa dalam Surah Al-A'raf mengajarkan kita bahwa ujian tidak hanya datang dalam bentuk kesulitan, tetapi juga dalam bentuk nikmat dan kelapangan. Bersyukur, berdzikir, dan senantiasa menghubungkan diri dengan Allah adalah kunci untuk menghindari apatisme dan hidup yang tanpa makna. Marilah kita ambil pelajaran dari kisah ini, menjadikan setiap momen sebagai kesempatan untuk mengingat Allah dan tidak terjebak dalam 'autopilot' kehidupan yang melalaikan. Apa langkah kecil yang bisa kita ambil hari ini untuk lebih sering mengingat Allah dan keluar dari zona "autopilot" kita?










Share:

Ubah Ahadmu Jadi Lebih Bermakna: Qiyamul Lail, Subuh Berjamaah, dan Ilmu dari Ustadz Syafrudin Maulana, LC!

Dengan mengharap ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala, kami segenap pengurus Masjid Al Mu'minun Perumahan Gayam Permai, Banjarnegara, mengundang Bapak/Ibu/Saudara/i untuk hadir dan berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan rutin di hari Ahad yang insya Allah penuh berkah: 
 
Hari, Tanggal: Ahad, 27 Juli 2025 
Pembicara : Ustadz Syafrudin Maulana,LC
Tempat: Masjid Al Mu'minun Perumahan Gayam Permai, Banjarnegara
Adapun rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut: 
    Waktu: Pukul 03.30 WIB hingga menjelang waktu Subuh 
    Keutamaan: Menghidupkan malam dengan ibadah, mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta meraih ketenangan dan keutamaan waktu sahur. Mari bersama-sama bermunajat dan memohon ampunan di sepertiga malam terakhir. 

   Waktu: Sesuai waktu masuknya Sholat Subuh 
  Keutamaan: Meraih pahala yang berlipat ganda, mempererat tali silaturahmi antar jama'ah, serta memulai hari dengan ibadah yang khusyuk. Kehadiran kita dalam sholat berjama'ah merupakan wujud ketaatan dan persatuan umat Islam. 

    Waktu: Pukul 06.30 WIB hingga selesai (setelah Sholat Subuh berjama'ah) 
    Tema       : Menunggu konfirmasi
    Pemateri: Ustadz Syafrudin Maulana,LC
   Manfaat: Menambah ilmu pengetahuan agama, memahami ajaran Islam secara lebih mendalam, serta memperkuat keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Kajian ini merupakan kesempatan yang baik untuk belajar dan berdiskusi dalam suasana yang Islami. 
Yakinlah bahwa kehadiran Bp/Ibu/Sdr/i adalah bentuk nikmat yang Alloh SWT berikan kepada kita.
Share:

Antara Janji Al-Quran dan Tantangan Zaman

Kajian rutin Ahad Pagi
20 Juli 2025
Islam adalah agama yang sempurna, membawa risalah kebaikan dan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW telah menggariskan dengan jelas bagaimana seharusnya seorang Muslim menjalani kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat. Namun, dalam realitasnya, kita seringkali dihadapkan pada tantangan dan penyimpangan yang menjauhkan kita dari citra Muslim yang ideal. Mari kita telaah kembali tiga pilar utama dalam membangun identitas Muslim yang sempurna. 
1. Sebaik-baik Umat (Khaira Ummah): Menyeru Kebaikan, Mencegah Kemungkaran Allah SWT berfirman dalam Surat Ali 'Imran ayat 110: 
 "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah." 

Ayat ini dengan tegas menempatkan umat Islam pada posisi yang mulia, yaitu sebagai "Khaira Ummah" (umat terbaik). Predikat ini bukanlah tanpa syarat. Untuk meraihnya, seorang Muslim dan masyarakat Islam secara keseluruhan harus memiliki tiga karakteristik utama: Menyeru kepada yang Ma'ruf (Kebaikan): Ini berarti secara aktif mengajak, membimbing, dan mempromosikan segala bentuk kebaikan, keadilan, dan kebajikan sesuai syariat Islam. Ini meliputi amar ma'ruf bil lisan (dengan ucapan), bil qalam (dengan tulisan), hingga bil hal (dengan teladan). Mencegah Kemungkaran: Tidak cukup hanya menyeru kebaikan, seorang Muslim juga berkewajiban untuk mencegah segala bentuk kemungkaran, kemaksiatan, dan kezaliman yang terjadi di sekitarnya. Ini bisa dimulai dari lingkungan terdekat hingga skala yang lebih luas, dengan cara yang bijak dan sesuai tuntunan agama. Beriman kepada Allah: Fondasi dari kedua karakteristik di atas adalah keimanan yang kokoh kepada Allah SWT. Keimanan inilah yang mendorong seorang Muslim untuk selalu berbuat baik dan menjauhi kemungkaran, semata-mata mengharap ridha-Nya. 
Realita yang Ada: Dewasa ini, kita sering menyaksikan berbagai bentuk kemungkaran yang merajalela, mulai dari korupsi, pergaulan bebas, hingga praktik riba. Ironisnya, sebagian dari kemungkaran ini justru dilakukan atau dibiarkan oleh mereka yang mengaku Muslim. Semangat amar ma'ruf nahi munkar terasa melemah, digantikan oleh sikap apatis atau bahkan pembenaran terhadap kemaksiatan. 

 

2. Ummatan Wasathan: Umat yang Pertengahan dan Berkeadilan 
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 143: "Dan demikianlah Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu." Konsep "Ummatan Wasathan" berarti umat yang adil, seimbang, dan pertengahan. Ini mengandung makna bahwa Islam adalah agama yang tidak condong pada ekstremisme, baik dalam ritual ibadah maupun dalam urusan dunia. Seorang Muslim ideal adalah mereka yang: Berpikir dan Bersikap Adil: Mampu melihat segala sesuatu dari berbagai perspektif, tidak mudah menghakimi, dan selalu berusaha menegakkan keadilan dalam setiap aspek kehidupan. Seimbang antara Dunia dan Akhirat: Tidak melalaikan kewajiban duniawi (bekerja, mencari nafkah, berinteraksi sosial) namun juga tidak melupakan tujuan akhirat (ibadah, persiapan menghadapi hari perhitungan). 
Toleran dan Inklusif: Mampu hidup berdampingan dengan damai bersama pemeluk agama lain, menghargai perbedaan, tanpa mengorbankan prinsip-prinsip aqidah. Realita yang Ada: Polarisasi dan ekstremisme seringkali menjadi penghalang bagi umat Islam untuk menjadi umat pertengahan. Perpecahan internal akibat perbedaan mazhab atau pandangan politik, serta munculnya kelompok-kelompok yang mengusung paham radikal, telah mencoreng citra Islam yang damai dan toleran. 


3. Ummatan Wahidah: Umat yang Bersatu Padu Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Mu'minun ayat 52: "Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku." (Ayat yang Anda sebutkan adalah 51, namun ayat 52 lebih tepat untuk makna Ummatan Wahidah secara eksplisit. Ayat 51 lebih menekankan pada makan makanan yang baik dan beramal sholeh, meskipun konteksnya tetap mengarah pada persatuan umat. Untuk konteks Ummatan Wahidah, saya akan fokus pada esensi persatuan yang sering disebut dalam Al-Quran, termasuk dari ayat-ayat sejenis.) 
Prinsip "Ummatan Wahidah" adalah esensi dari persaudaraan Islam. Seluruh Muslim adalah bersaudara, tanpa memandang ras, suku, warna kulit, atau status sosial. Persatuan ini adalah kekuatan terbesar umat Islam, yang memungkinkan mereka untuk saling mendukung, melindungi, dan bekerja sama demi kemaslahatan bersama. 
Realita yang Ada: Salah satu tantangan terbesar umat Islam saat ini adalah perpecahan. Perbedaan pandangan politik, kepentingan kelompok, hingga fanatisme mazhab seringkali menjadi pemicu perselisihan dan konflik di kalangan umat Islam. Akibatnya, kekuatan umat menjadi lemah dan mudah dipecah belah oleh musuh-musuh Islam. Mengikuti budaya orang-orang kafir yang bertentangan dengan syariat Islam, serta upaya merubah syariat, menjadi bukti nyata kemunduran yang mengikis identitas dan persatuan umat. Merajut Kembali Kejayaan Kemunduran yang kita saksikan hari ini adalah alarm bagi seluruh umat Islam. Kemungkaran yang merajalela, perpecahan yang tak kunjung usai, dan kecenderungan untuk mengikuti budaya non-Muslim yang bertentangan dengan ajaran Islam, adalah indikator bahwa kita telah menyimpang dari jalan ideal sebagai seorang Muslim. Untuk merajut kembali kejayaan umat, kita harus kembali pada nilai-nilai fundamental yang diajarkan dalam Al-Quran dan Sunnah: Perkuat Keimanan: Jadikan tauhid sebagai pondasi utama dalam setiap tindakan dan pemikiran. 

Aktifkan Amar Ma'ruf Nahi Munkar: Mulai dari diri sendiri, keluarga, hingga masyarakat luas, dengan hikmah dan cara yang santun. Tumbuhkan Sikap Wasathiyah: Hindari ekstremisme, kedepankan keadilan, dan jadilah pribadi yang seimbang. Rajut Kembali Persatuan: Singkirkan ego dan perbedaan, fokus pada persamaan sebagai sesama Muslim, dan bersatu di bawah panji Islam. Dengan kembali pada prinsip-prinsip ini, insya Allah kita dapat merekonstruksi identitas Muslim yang ideal dan mengembalikan kejayaan umat Islam di mata dunia, menjadi teladan kebaikan dan keadilan bagi seluruh umat manusia.
Share:

Jalan Menuju Derajat Tinggi di Sisi Allah SWT

Dalam perjalanan hidup seorang Muslim, dua pilar utama yang menjadi penopang kokoh keimanan dan ketaatan adalah ikhlas dan istiqomah. Keduanya saling melengkapi, membentuk karakter seorang hamba yang senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, serta mengantarkannya pada derajat yang mulia di sisi-Nya.
Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya: Fondasi Utama Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa ayat 69-70: " Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah sebaik-baik teman. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan cukuplah Allah Maha Mengetahui."
Ayat ini menegaskan bahwa ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah kunci untuk meraih kedudukan tertinggi di akhirat, yaitu berkumpul bersama para nabi, shiddiqin (orang-orang yang sangat benar keimanannya), syuhada (orang-orang yang mati syahid), dan orang-orang saleh. Ini adalah derajat yang paling agung di sisi Allah SWT.
Oleh karena itu, marilah kita berupaya sekuat tenaga untuk senantiasa berjalan di jalan-Nya, mengikuti dan menghidupkan sunah-sunah Nabi Muhammad SAW. Meskipun derajat kita mungkin berbeda dengan para kekasih Allah tersebut, dengan mengikuti jejak langkah mereka, kita berharap dapat bersama-sama dengan mereka di akhirat kelak. Bukti cinta kita kepada Nabi adalah dengan menjalankan syariat dan sunah-sunah beliau dalam setiap aspek kehidupan.
Menjaga Hubungan dengan Ilmu dan Teladan Nabi Untuk mengukuhkan keimanan dan ketaatan, ada dua cara penting dalam menjaga hubungan dengan kebaikan:
Duduk bersama orang-orang saleh: Mencari majelis ilmu, berkumpul dengan para ulama, kyai, guru, dan orang-orang saleh untuk belajar agama, mengaji bersama, dan mengambil hikmah dari nasihat-nasihat mereka. Lingkungan yang baik akan senantiasa mendorong kita pada kebaikan.
Rafa' atau Ittiba': Ini berarti mengikuti ajaran, perintah, dan contoh dari Nabi Muhammad SAW dalam segala aspek kehidupan, baik perkataan, perbuatan, maupun ketetapan yang beliau tinggalkan. Inilah esensi dari meneladani Rasulullah.
Bahkan ketika guru-guru kita, para kyai, dan orang-orang yang pernah menasihati kita telah tiada, ingatan akan petuah-petuah mereka dan upaya kita untuk terus menjalankan amalan yang mereka ajarkan adalah bentuk istiqomah dan ikhlas yang sangat mulia.
Keutamaan Ikhlas dan Istiqomah
Kekuatan Ikhlas Ikhlas adalah melakukan suatu amalan semata-mata karena Allah SWT, tanpa mengharapkan pujian, balasan, atau keuntungan duniawi lainnya. Orang yang ikhlas akan selalu mendapatkan pertolongan Allah di mana pun ia berada.
Sebuah pernyataan yang sering dikutip dari Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menyatakan: " Semua manusia celaka kecuali orang yang berilmu, semua orang yang berilmu celaka kecuali orang yang mengamalkan ilmunya, dan semua orang yang mengamalkan ilmunya celaka kecuali orang yang ikhlas." Pernyataan ini menunjukkan betapa krusialnya keikhlasan dalam setiap amal perbuatan.
Kisah-kisah para nabi, seperti Nabi Yusuf AS dan Nabi Musa AS, yang diselamatkan oleh Allah SWT, sebagian besar disebabkan oleh keikhlasan mereka dalam menghadapi ujian dan menjalankan perintah Allah.
Pentingnya Istiqomah
Istiqomah berarti teguh, konsisten, dan tidak pernah goyah dalam menjalankan segala bentuk kebaikan serta menjauhi segala larangan Allah, dalam situasi apapun. Seseorang yang istiqomah akan tetap berada di jalan yang benar, baik dalam keadaan senang maupun susah, lapang maupun sempit. Sebagaimana termaktub dalam Surat Al-Fatihah ayat 6, "Tunjukilah kami jalan yang lurus," ini adalah permohonan agar senantiasa diberikan petunjuk dan bimbingan untuk menempuh jalan Islam yang lurus, yang mengantarkan pada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kita dianjurkan untuk selalu taat dan istiqomah dalam keadaan apa pun, meskipun kita senantiasa dihadapkan dengan tantangan dan godaan hidup. Pentingnya menjaga keistiqomahan sangatlah besar. Amal apapun, meskipun kecil, jika dilakukan dengan istiqomah, akan memiliki nilai yang sangat tinggi di sisi Allah SWT. Dengan menjaga keistiqomahan, seseorang bisa menjadi wali Allah, yaitu kekasih Allah yang benar-benar menjaga syariat-Nya dengan sempurna dalam suasana dan keadaan apa pun.
Kisah-Kisah Inspiratif Ikhlas dan Istiqomah
Banyak kisah dari orang-orang saleh yang menunjukkan bagaimana amalan yang terlihat sepele di mata manusia, namun dilakukan dengan ikhlas dan istiqomah, dapat menjadi amal yang besar dan dahsyat di mata Allah:
Kisah seorang anak yang berbakti kepada ibunya: Keistiqomahannya dalam berbakti menjadikan ia seorang wali Allah. Kisah seorang gembala kerbau: Jenazahnya tetap utuh dan awet setelah meninggal dunia karena ia senantiasa bersedekah dengan istiqomah, meskipun amalannya sedikit. Kisah penjual pecel keliling: Jenazahnya tetap utuh setelah 10 tahun meninggal karena kedermawanan dan keistiqomahannya dalam beramal. Kisah Bilal bin Rabah dan Abdullah bin Ummi Maktum: Dua sahabat Nabi yang dikenal istiqomah dalam mengumandangkan azan pada zamannya. Keistiqomahan mereka dalam menjalankan amalan azan, bahkan melakukan salat malam sebelum azan Subuh, menjadikan mereka wali Allah dan memiliki derajat tinggi di sisi-Nya.
Amalan yang sepele, jika dilakukan dengan ikhlas dan istiqomah, akan menjadi amalan besar dan dahsyat di mata Allah, bahkan bisa membuat jenazah dimuliakan Allah dan tidak disentuh oleh jasad renik.
Rahmat dari Amalan Ibadah Ketika kita membaca Surah Yasin untuk orang yang sudah meninggal, amalan tersebut tidak hanya mendatangkan rahmat Allah untuk almarhum atau orang yang membaca, tetapi juga rahmat bagi lingkungan sekitarnya. Misalnya, membaca Yasin di sekitar makam orang tua, harapannya adalah rahmat Allah akan turun untuk seluruh area sekitarnya. Ini menunjukkan betapa luasnya dampak dari amalan yang dilakukan dengan niat tulus dan konsisten.




Share:

Menggali Kedalaman Diri Melalui Kecerdasan Emosional dalam Perspektif Islam


Pengajian Subuh Bersama Ustadz Safarudin Maulana, Lc. 
Ahad, 6 Juli 2025 

Pada Ahad pagi yang berkah, 6 Juli 2025, suasana syahdu menyelimuti majelis Pengajian Subuh bersama Ustaz Safarudin Maulana, Lc. Dalam ceramahnya, Ustadz Safarudin Maulana mengupas tuntas tentang Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient) yang digagas oleh Daniel Goleman, serta relevansinya dengan ajaran Islam. Beliau menekankan bahwa kecerdasan emosional adalah fondasi dasar bagi ketahanan hidup manusia, di mana individu yang sejahtera adalah mereka yang mampu menguasai diri sendiri. 
Memahami Empat Ketakutan Dasar Manusia Ustadz Safarudin Maulana menjelaskan bahwa sepanjang sejarah manusia, dari 5000 tahun silam hingga kini, ada empat rasa takut utama yang tak pernah berevolusi dan telah tertanam dalam DNA kita sebagai kebutuhan dasar: 
  • Takut untuk tidak dicintai: Ketakutan akan penolakan atau kehilangan kasih sayang. 
  • Takut tidak diakui: Kekhawatiran tidak mendapat validasi atau pengakuan dari orang lain. 
  • Takut terlihat tidak sempurna: Meskipun Al-Qur'an menyatakan "Faahsani taqwin" (penciptaan manusia itu sempurna), ketakutan ini masih menghantui. Ustadz Safarudin menjelaskan bahwa kesempurnaan manusia terlihat dari tujuh sistem yang bekerja selaras, mulai dari kerangka tulang yang kuat, otot-otot penopang yang kokoh, hingga sistem hati nurani yang peka. 
  • Takut terlihat tidak baik: Kekhawatiran akan citra diri yang negatif di mata masyarakat. 
Islam dan Penaklukan Ketakutan Agama Islam, dengan segala ajarannya, sangat memahami dan memberikan solusi atas ketakutan-ketakutan fundamental ini. Syariat Islam selalu relevan dalam membentengi diri dari kerentanan emosional tersebut. Ustadz Safarudin Maulana kemudian merujuk pada pesan-pesan kunci dari Rasulullah SAW yang menjadi panduan bagi umat Muslim: 
  • Ikhlas dalam Seluruh Amal: Rasulullah SAW mengajarkan pentingnya keikhlasan dalam setiap amal perbuatan. Untuk mencapai tingkat keikhlasan ini, manusia ditempa melalui berbagai ritual ibadah, bahkan dianjurkan agar tidak terlihat oleh orang lain. Ikhlas membantu membebaskan diri dari ketakutan akan penilaian dan pengakuan manusia, karena fokus hanya tertuju pada ridha Allah SWT. 
  • Menyambung Silaturahmi: Perintah untuk menyambung silaturahmi menjadi benteng ampuh terhadap ketakutan tidak diakui dan terlihat tidak sempurna. Silaturahmi yang didasari keikhlasan akan menumbuhkan rasa cinta, penerimaan, dan persaudaraan yang tulus, mengurangi kecemasan akan isolasi sosial atau kekurangan diri. 
  • Sholat Malam Saat Manusia Tidur: Rasulullah SAW bersabda, "Sholat malamlah sementara manusia tidur, niscaya kamu akan masuk surga dengan keselamatan." Sholat malam atau Qiyamul Lail adalah praktik spiritual yang mendalam, mengajarkan umat Islam bagaimana bertumbuh secara spiritual dan emosional. Melalui ibadah yang bersifat personal ini, seseorang dapat mencapai ketenangan batin, menguatkan koneksi dengan Sang Pencipta, dan melepaskan diri dari belenggu ketakutan duniawi. Kebaikan dan Penurunan Ego Ustadz Safarudin Maulana juga menegaskan ajaran Rasulullah SAW bahwa apabila kita memberi kebaikan, kebaikan itu akan kembali juga kepada kita. 
Kebaikan yang dilandasi keikhlasan tidak hanya mendatangkan pahala, tetapi juga secara signifikan dapat menurunkan ego kita. Ketika ego terkikis, ketakutan-ketakutan dasar yang berpusat pada diri sendiri akan memudar, digantikan oleh rasa damai dan kepuasan batin. 
Pada akhirnya, Ustadz Safarudin Maulana menutup ceramahnya dengan menegaskan bahwa tidak ada ilmu yang bertentangan dengan agama Islam. Islam adalah agama yang sempurna, menyediakan panduan komprehensif bagi kesejahteraan lahir dan batin manusia, termasuk dalam mengelola kecerdasan emosional. 
Semoga pengajian ini semakin menumbuhkan cinta kita kepada Islam dan menginspirasi kita untuk terus mengamalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.





Share:

Jami'iyyatul Qur'an: Menghidupkan Tradisi Khataman Al-Qur'an Bulanan di Masjid Al-Mu'minun

Jami'iyyatul Qur'an adalah sebuah inisiatif mulia yang berupaya menumbuhkan dan menguatkan keistiqomahan dalam berinteraksi dengan Al-Qur'an. Salah satu kegiatan primadona yang secara rutin diselenggarakan adalah Khataman Al-Qur'an dengan target 1 hari 1 juz. Kegiatan ini menjadi wujud nyata komitmen para anggotanya untuk senantiasa menyambung tali silaturahmi dengan kalamullah, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. 
Secara berkala, setiap awal bulan, tepatnya pada tanggal 1, Jami'iyyatul Qur'an menyelenggarakan acara khataman bersama. Ini adalah momen kebersamaan di mana setiap peserta berkesempatan untuk menyetorkan bacaan satu juz Al-Qur'an yang telah mereka selesaikan dalam sehari sebelumnya. Aktivitas ini tidak hanya mendorong disiplin dalam membaca, tetapi juga mempererat ukhuwah islamiyah di antara para peserta.
Untuk bulan Juli 2025, Khataman Al-Qur'an Jami'iyyatul Qur'an akan dilaksanakan pada :
Hari/ tanggal   : Selasa, 1 Juli 2025
Waktu       : Ba'da Sholat Isya. 

Acara penuh berkah ini akan bertempat di Masjid Al-Mu'minun, Perumahan Gayam Permai. Kehadiran di masjid ini diharapkan dapat menambah kekhusyukan dan keberkahan dalam setiap lantunan ayat suci. Kegiatan ini akan dipimpin oleh Ustadz Yusman, S.HI, seorang sosok yang tidak hanya memiliki kedalaman ilmu agama, tetapi juga dikenal akan bimbingannya yang menyejukkan. Bimbingan beliau diharapkan dapat memotivasi seluruh jamaah untuk terus meningkatkan kualitas interaksi mereka dengan Al-Qur'an, baik dalam hal tilawah, tadabbur, maupun pengamalan. 
Jami'iyyatul Qur'an melalui kegiatan khataman satu juz sehari ini bukan sekadar wadah untuk membaca Al-Qur'an, melainkan sebuah gerakan moral untuk menanamkan kecintaan mendalam terhadap kitab suci. Dengan istiqomah berinteraksi dengan Al-Qur'an, diharapkan setiap individu dapat merasakan ketenangan jiwa, bimbingan hidup, serta keberkahan dalam setiap langkahnya. Mari bersama-sama bergabung dalam barisan pencinta Al-Qur'an ini, mengukir jejak kebaikan dan meraih syafaat-Nya di dunia dan akhirat.
Share:

Footer Link

Pengumuman

  1. Tamu yang menginap 1x24 jam harus lapor RT.
  2. Dilarang Parkir Mobil di Jalan Perumahan
  3. Segala Jenis Truk dilarang Memasuki Jalan Perumahan

info ronda

Pelaksanaan Ronda lingkungan dimulai pukul 22.00 WIB s.d. Menyesuaikan Kondisi

Recent Posts

POSTINGAN TERBARU

Recent Posts Widget