Syafaat


Kajian Subuh Ramadhan ke-12 Kamis, 21 Maret 2024 bersama Ustadz Yusman,SHI.MC oleh Ilma Binti Aditya.
Syafaat adalah penengah atau perantara yang berupa pertolongan dari malaikat, para nabi ataupun orang-orang mukmin pilihan. Yang mana Syafaat ini telah atas izin Allah SWT, dan Syafaat ini berguna untuk meringankan azab atau beban seseorang di Akhirat. Setiap muslim berdoa selalu mengharapkan syafaat Rasulullah SAW di hari akhir kelak, karena beliau merupakan manusia pilihan pemegang syafa’at al-uzma atau syafaat yang agung atas izin Allah SWT.
Baginda Nabi Muhammad SAW sempat menyebut bahwa ia akan memberikan syafaat kepada umat yang tidak menyekutukan Allah SWT hingga akhir hidupnya. Rasulullah bersada: 
“Setiap Nabi mempunyai doa yang mustajabah, maka setiap Nabi doanya dikabulkan segera. Sedangkan saya menyimpan doaku untuk memberikan syafaat kepada umatku di hari kiamat. Syafaat itu insyaAllah diperoleh umatku yang meninggal tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun.” (HR Muslim).

Siapakah yang akan Memberikan Syafaat? 
Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa para malaikat, para nabi, dan orang-orang beriman akan memberikan syafaat. Rasulullah SAW bersabda: 

 “Malaikat memberikan syafaat, para nabi dan kaum mukminin memberi syafaat, tidak ada lagi kecuali Dzat Yang Paling Penyayang….” (Shahih Muslim, hadits no. 302)

Syafaat di akhirat hanya akan didapat dengan dua syarat: 
 Izin dari Allah bagi syafi’ (orang yang memintakan syafaat) 
Adanya ridha Allah bagi orang yang dimintakan syafaat 

 Allah berfirman : 
“Tidak ada yang memberikan syafaat di sisi Allah kecuali dengan izin-Nya.” (QS. Al Baqarah: 255) “Mereka tidak akan memberi syafaat kecuali bagi orang yang diridhai-Nya.” (QS. Al Anbiya’: 28)
Share:

Syariat Berpuasa

 

Kajian ba'da Subuh Bulan Ramadhan hari ke-10 Ramadhan 1445 H diisi oleh Ustadz Lukman, AMd bertema Syari'at Berpusa.
Secara istilah syariat Islam, puasa adalah menahan diri dari berbagai hal yang bisa membatalkannya.Puasa yang dimulai dari sejak terbit fajar (masuk waktu subuh) hingga terbenamnya matahari (masuk waktu magrib) disertai dengan niat beribadah kepada Allah SWT.Puasa yang hukumnya wajib adalah puasa Ramadhan yang dikerjakan di bulan Ramadan penuh. Puasa Ramdhan ini dimulai dari tanggal pertama hingga tanggal terakhir pada bulan Ramadhan tersebut.
Puasa merupakan salah satu rukun islam yang menjadi kewajiban bagi setiap umat islam. Puasa Ramadhan baru diperintahkan kepada umat Madinah. Itu artinya ibadah puasa baru disyariatkan lima belas tahun setelah diproklamasika agama Islam
Istilah puasa sendiri dalam bahasa arab disebutkan dengan As-Shiyam yang memiliki arti sama dengan kata Al-Imsak; yakni menahan dari melakukan sesuatu atau meninggalkannya. Ketika kuda tunggangan enggan berjalan walaupun sudah dihela berkali-kali, maka akan dikatajan ShamatilKhail-Anis-Sairi (kuda menahan jalannya). Ketika angina tidak berhembus maka akan dikatakan Shamat-Rrih-Anil-Hubub (angina menahan hembusannya).6 Begitu perbuatan-perbuatan lainnya ketika tertahan berlangsunganya, maka dapat kita gunakan kata As-Shiyam. Dalam tinjuan medis , puasa adalah kondisi ketika badan tidak mengkonsumsi makanan untuk beberapa saat atau beberapa jam.
Dengan demikian jika tidak makan dengan alasan menjaga kelangsingan badan, maka hal tersebut sudah dapat dikatagorikan menjalankan puasa dalam tinjauan medis. Tidak makan makanan tertentu karena ada tuntutan medis seperti tidak mengkonsumsi telur untuk menghindari gatal dan tidak makan sebelum menjalankan operasi juga dapat digolongkan puasa dalam terminologi medis.
Dalam ketentuan puasa tidak semua orang diwajibkan melakukan puasa, namun ada beberapa orang ketika dalam kondisi tertentu mendapatkan dispensasi untuk tidak menjalankan ibadah puasa, diantaranya ialah wanita hamil. dan menyusui.Tuhan yang maha arif dan maha tahu, telah memberikan keringan bagi perempuan yang dalam kondisi haid dan nifas agar ia tidak kehilangan menunaikannnya dilain hari.





Share:

Sholatnya Rosululloh SAW

 


Kajian ba'da Subuh hari ke-9 Ramadhan bersama Ustadz Ir. Lukman Jarir bertema Sholatnya Rosululloh, SAW.
Sholat adalah tiang agama. Selain itu, sholat wajib adalah rukun islam yang kedua. Setiap orang islam yang telah baligh dan berakal, wajib hukumnya untuk melakukan sholat wajib. Sholat wajib 5 waktu mulai dari Subuh, Dhuhur, Asar, Maghrib, dan Isya adalah kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan.
Menjalankan sholat wajib di awal waktu untuk mendapatkan pahala yang lebih berlimpah. Sholat wajib atau sholat fardhu merupakan sholat yang sudah ditentukan waktunya. Masing-masing sholat harus dilakukan pada waktunya masing-masing.
Terdapat aturan mulai dari jam berapa hingga jam berapa Anda harus melakukan sholat subuh, dhuhur, ashar, maghrib, isya dan subuh. Sangat dianjurkan bagi Anda untuk melakukan sholat di awal waktu. Jadi, ketika mendengar adzan berkumandang, harus siap dan bergegas untuk sholat.
Begitulah Rosululloh melaksanakan sholat yaitu pada waktunya.
Sebelum hal tersebut tentu Rosululloh SAW melaksanakan wudlu. Dalam melaksakan wudlu sesuai dengan sah dan syaratnya.
Dalam pelaksanaan sholat secara khusyuk. Menghadirkan dengan hati dalam setipa gerakan sholat.


Share:

Satu Amal Yang Menjadikan Masuk Surga

MC : Zuhdi dan Rahman


عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مُرْنِي بِعَمَلٍ قَالَ عَلَيْكَ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَا عَدْلَ لَهُ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مُرْنِي بِعَمَلٍ قَالَ عَلَيْكَ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَا عِدْلَ لَهُ 


Dari Abu Umamah beliau berkata: Aku berkata: Wahai Rasulullah, perintahkan kepadaku (untuk mengerjakan) suatu amalan. Rasul bersabda: Hendaknya engkau berpuasa, karena (amalan itu) tidak ada tandingannya. Aku (Abu Umamah) berkata (lagi): Wahai Rasulullah, perintahkan kepadaku (untuk mengerjakan) suatu amalan. Rasul bersabda: Hendaknya engkau berpuasa, karena (amalan itu) tidak ada bandingannya (H.R anNasaai, dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan al-Albany)
Dalam riwayat Ibnu Hibban, Abu Umamah bertanya: Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amalan yang dengan itu aku bisa masuk surga. Rasul menjawab: Hendaknya engkau berpuasa, karena (amalan itu) tidak ada yang menandinginya.
Kajian Subuh Hari ke-8 Ramadhan 1445H Senin, 18 Maret 2024 bersama Ustadz Ulil Albab Al Hafidz dengan MC Ananda Zuhdi dan Rahaman dari TPQ Al Mu'minun.
Setiap ibadah dalam Islam memiliki keutamaan masing-masing. Salah satunya adalah mengharap ampunan dari Allah SWT, baik itu Shalat, Zakat, Umroh, Haji, demikian pula dengan ibadah puasa ramadhan yang telah diwajibkan oleh Allah Ibarat seseorang yang bekerja dan telah disebutkan gajinya sekian dan sekian, maka kita bisa memperkirakan berapa hasil yang diperoleh. 
Tetapi saat owner perusahaan atau bos kita mengatakan “bekerjalah dan saya langsung yang akan memberikan gajimu” bisa jadi hasil yang kita dapatkan di luar dugaan kita, tergantung bagaimana kualitas kerja kita. Jika amal-amal lain telah disebutkan pahalanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, ternyata pahala puasa akan langsung diberikan-Nya tanpa diberitakan terlebih dahulu berapa batasan pahalanya.
Tidakkah kita termotivasi untuk berpuasa sebaik-baiknya, memelihara keikhlasan dalam menjalankannya dan karenanya kita akan mendapatkan perhitungan langsung dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang boleh jadi jauh lebih hebat dari pada apa yang kita duga?
Share:

Hoax Di Jaman Nabi

Kultum Tarawih dihari ke-7 Ramadhan 1445H diisi oleh Bp. H. Bambang Budi Setiono,MPd, bertemakan HOAX. 
Istilah hoax yang saat ini melanda dunia media sosial (medsos) sebenarnya bukan hal baru. Jaman dahulu telah ada. Berkaitan dengan menyebarannya tentu dari golongan/ kaum tertentu saja. Tidak seperti sekarang, lintas negara, lintas bangsa dan lintas benua.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW masih hidup berita hoax sudah ada. Suasana peperangan yang tidak pasti sering menjadikan berita-berita beterbangan lebih cepat nyaring dari denting pedang dan lebih cepat dari anak panah melesat meninggalkan busurnya. Berita tersebut beredar dari antar kabilah/ kaum/ Bani mereka.
Dalam sejarah Islam adalah berita tentang tewasnya Sahabat Nabi yang bernama Utsman bin Affan. Saat itu, di tahun keenam Hijriyah, Nabi Muhammad SAW menerima perintah perjalanan umrah. Nabi pun bertolak bersama sekitar 1400-an sahabatnya dari Madinah. Perjalanan ini bukan tanpa tantangan, berombongan di padang pasir melewati beberapa tempat berbahaya dan persimpangan yang biasa dijadikan lahan pembegalan besar-besaran. 
Perjalanan yang panjang di medan gurun membuat seringkali membuat para sahabat hampir-hampir tak kuasa menahan amarah. Perjalanan umrah yang semestinya bertujuan damai pun hampir-hampir diwarnai oleh beberapa pertumpahan darah. Beberapa sahabat mengusulkan kepada Nabi untuk melawan penghadangan-penghadangan dan gangguan-gangguan di perjalanan ibadah mereka. Beberapa orang menghadap Nabi meminta izin untuk melakukan tindakan kekerasan atau tindakan militer. Nggak kebayang kan bagaimana jadinya bila 1400-an orang diizinkan membalas?
Ada seorang sahabat yang sangat bijak bernama Abu bakar yang selalu mengingatkan Nabi, "Ya Rasulullah, engkau keluar untuk melaksanakan umrah, bukan untuk memerangi siapapun. Maka fokuslah untuk itu! Siapa pun yang menghalangi kita dari keinginan itu, maka baru kita perangi mereka." Nabi bahkan terpaksa mengubah jalur untuk menghindari pertempuran dan penghadangan dari orang Makkah dan sekutu-sekutu sang kafir Quraisy. Rasulullah berusaha keras agar kedatangannya bersama rombongan ke Makkah dapat diterima dengan baik, bahwa kedatangan mereka bukan untuk berperang. 
Rasulullah berunding dengan perwakilan Quraisy yang menghadangnya di dekat kota Makkah dan mengutus beberapa orang yang dipimpin sahabat Utsman untuk berunding dengan para pemimpin Quraisy di pusat kota Makkah. Pada saat-saat genting tidak menentu inilah kabar hoax itu bermula di antara kaum Muslimin. Beredar hoax yang entah diproduksi di mana, bahwa sahabat Utsman telah tewas. Memang utusan sebelum Utsman bernama Khirasy bin Umayyah al-Khuzai telah ditolak dan onta Nabi yang ditungganginya dibunuh. Masih untung penunggangnya dibiarkan pergi. 
Pengalaman inilah yang membuat rombongan galau tingkat dewa. Mungkin berdasar hal itu, kepergian Utsman yang cukup lama lalu memunculkan ketidakpastian di hati para sahabat Nabi, hingga mereka pun mudah termakan hoax. Padahal justru sahabat Utsman diterima baik oleh Quraisy Makkah dan bahkan diizinkan untuk melaksanakan ibadah umrah. Akan tetapi Sahabat Utsman menolaknya dengan halus, beliau nggak enak dengan kawan-kawannya, khususnya dengan Nabi yang belum berhasil umrah dalam misi tersebut. 
Menyikapi hoax yang semakin memanas ini, Nabi mengambil inisiatif untuk merapatkan barisan. Nabi meminta janji setia kepada para sahabatnya. Di mana inti janji setia ini sungguh sangat memberatkan para pengikut Nabi Muhammad SAW yang berbunyi, "Siapa saja yang datang ke Madinah dari kota Makkah harus di kembalikan ke kota Makkah. Siapa saja dari penduduk Madinah yang datang ke Makkah, maka tidak boleh dikembalikan ke Madinah." Meski begitu para sahabat tetap patuh, mereka setia pada janji untuk tetap saling menguatkan, bukan saling menjatuhkan. 
Tetapi lihatlah saat ini, saat para ulama sebagai para pewaris Nabi berbeda pendapat, yang kita lihat dan dengar, tidak jarang muncul ungkapan saling menjatuhkan. Celakanya, masing-masing yang berbeda pendapat ini, kita melihat banyak pengikut yang ceroboh. Mereka sibuk dan sangat bersemangat untuk saling serang dan saling menjatuhkan.    

Referensi: dari berbagai Sumber.




Share:

Footer Link

Pengumuman

  1. Tamu yang menginap 1x24 jam harus lapor RT.
  2. Dilarang Parkir Mobil di Jalan Perumahan
  3. Segala Jenis Truk dilarang Memasuki Jalan Perumahan

info ronda

Pelaksanaan Ronda lingkungan dimulai pukul 22.00 WIB s.d. Menyesuaikan Kondisi

Recent Posts

POSTINGAN TERBARU

Recent Posts Widget