Perjalanan Spiritual: Memahami Kekuatan Doa Melalui Isra' Mi'raj

Kajian Subuh Ramadhan
21 Ramadhan 1446H (21 Maret 2025)
Ustadz H. Susianto,SKM

Seringkali kita bertanya-tanya, mengapa doa-doa yang kita panjatkan tak kunjung dikabulkan? Zekh Ibrahim, dalam salah satu ceramahnya, mengingatkan kita tentang pentingnya introspeksi diri. Mungkin, salah satu penyebabnya adalah karena kita sering melalaikan panggilan Allah SWT. Padahal, Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur'an, "Ud'uni astajib lakum" (Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan bagimu). 
Untuk memahami lebih dalam, mari kita telusuri hikmah dari perjalanan Isra' Mi'raj Rasulullah SAW. Dalam perjalanan agung tersebut, Rasulullah SAW bertemu dengan para nabi terdahulu, yang masing-masing memiliki doa dan pelajaran berharga bagi kita. 
1. Pertemuan dengan Nabi Adam AS: Doa Pengakuan Dosa Ketika bertemu dengan Nabi Adam AS, kita diingatkan tentang doa beliau setelah melakukan kesalahan: "Rabbana zalamna anfusana wa ilam taghfir lana..." (Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri, jika Engkau tidak mengampuni kami...). Doa ini mengajarkan kita untuk mengakui dosa-dosa kita dan memohon ampunan Allah SWT. 
2. Pertemuan dengan Nabi Yahya dan Isa AS: Doa Memohon Kebaikan Nabi Yahya dan Isa AS mengajarkan kita doa: "Rabbi habli minasholihin" (Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku keturunan yang saleh). Doa ini menekankan pentingnya memohon kebaikan dan kesalehan dalam hidup. 
3. Pertemuan dengan Nabi Yusuf AS: Doa yang Diajarkan Nabi Yusuf AS, dengan segala ujian yang dihadapinya, mengajarkan kita untuk bersabar dan bertawakal kepada Allah SWT. 
4. Pertemuan dengan Nabi Idris AS: Ahli Diplomasi Nabi Idris AS, yang dikenal sebagai ahli diplomasi, mengajarkan kita tentang pentingnya komunikasi yang baik dan bijaksana dalam menyelesaikan masalah. 
5. Pertemuan dengan Nabi Harun AS: Doa Memohon Kemudahan Nabi Harun AS, yang fasih berbicara, mengajarkan kita doa: "Rabbish rahli sadri..." (Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku...). Doa ini memohon kemudahan dalam menghadapi kesulitan dan tantangan hidup. 
6. Pertemuan dengan Nabi Ibrahim AS: Doa dalam Menghadapi Ujian Berat Nabi Ibrahim AS, ketika dihadapkan pada api yang membara, hanya berdoa agar api itu menjadi dingin. Beliau mengajarkan kita untuk tetap tenang dan bertawakal kepada Allah SWT dalam menghadapi ujian seberat apapun. Dari perjalanan Isra' Mi'raj ini, kita belajar bahwa setiap nabi memiliki doa dan pelajaran yang relevan dengan kehidupan kita. 
Doa bukan hanya sekadar permintaan, tetapi juga bentuk pengakuan atas kelemahan diri dan ketergantungan kita kepada Allah SWT. Oleh karena itu, mari kita perbaiki diri, perbanyak istighfar, dan selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semoga doa-doa kita segera dikabulkan dan kita semua mendapatkan ridha-Nya.

Share:

Ramadhan: Kesempatan Emas Menggugurkan Dosa

Kultum Tarawih Malam ke-19 Ramadhan
Ustadz : Ir. Lukman Jarir

Amalan-Amalan Penggugur Dosa Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Hadirin jama'ah tarawih yang dirahmati Allah SWT, Malam ini, di malam ke-19 Ramadhan yang penuh berkah, mari kita renungkan kembali tentang amalan-amalan yang dapat menggugurkan dosa-dosa kita. Sebagai manusia, kita tidak luput dari kesalahan dan dosa. Namun, Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, selalu membuka pintu ampunan bagi hamba-Nya. 

Berikut adalah beberapa amalan yang dapat kita lakukan untuk menggugurkan dosa-dosa kita: 
1. Berwudhu dengan Sempurna Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa berwudhu lalu memperbagus wudhunya, keluarlah dosa-dosanya dari jasadnya hingga dari bawah kuku-kukunya." (HR. Muslim). Wudhu bukan hanya sekadar membersihkan anggota tubuh, tetapi juga membersihkan hati dan jiwa dari dosa-dosa kecil. 
2. Shalat Tepat Waktu Shalat adalah tiang agama. Shalat yang dikerjakan tepat waktu dan dengan khusyuk, dapat menghapus dosa-dosa di antara waktu shalat. Rasulullah SAW bersabda, "Shalat lima waktu dan shalat Jum'at ke Jum'at berikutnya adalah penghapus dosa-dosa di antara keduanya, selama tidak melakukan dosa besar." (HR. Muslim). 
3. Puasa Ramadhan dengan Iman dan Ikhlas Puasa Ramadhan adalah ibadah yang agung. Dengan berpuasa, kita tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari segala perbuatan dosa. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan 1 Muslim).   
4. Dzikir dan Istighfar Dzikir dan istighfar adalah amalan yang sangat dicintai Allah SWT. Dengan berdzikir dan beristighfar, kita mengingat Allah SWT dan memohon ampunan atas dosa-dosa kita. Perbanyaklah membaca kalimat thayyibah, seperti Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, dan Astaghfirullah. 
5. Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW adalah bentuk cinta dan penghormatan kita kepada beliau. Dengan bershalawat, kita juga memohon syafaat dari beliau di hari kiamat. 
6. Mencari Nafkah yang Halal Mencari nafkah yang halal adalah bentuk ibadah kepada Allah SWT. Dengan mencari nafkah yang halal, kita menjauhi perbuatan dosa, seperti korupsi, riba, dan penipuan. 
7. Mengucapkan "Aamiin" dengan Khusyuk saat Shalat Mengucapkan "Aamiin" setelah imam membaca Al-Fatihah adalah sunnah yang dianjurkan. Rasulullah SAW bersabda, "Jika imam mengucapkan 'Aamiin' maka ucapkanlah 'Aamiin', karena barangsiapa yang ucapannya bersamaan dengan ucapan malaikat, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim). 
Perbanyak amalan-amalan tersebut di bulan Ramadhan ini, agar kita dapat meraih ampunan dari Allah SWT dan menjadi hamba-hamba yang bertakwa. Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita dan mengampuni dosa-dosa kita.








Share:

Khomsan Qabla Khomsin: Lima Perkara Sebelum Lima Perkara

Kajian Subuh
19 Ramadhan 1446H (19 Maret 2025)
Ustadz : Ir. Lukman Jarir

Hadist yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Abdullah bin Abbas RA ini merupakan nasihat Rasulullah SAW yang sangat berharga bagi umat Islam. Beliau bersabda, "Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, sehatmu sebelum datang sakitmu, kayamu sebelum datang fakirmu, waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu, dan hidupmu sebelum datang kematianmu." 

Hadist ini mengajarkan kita untuk menghargai dan memanfaatkan setiap kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT sebelum kesempatan itu hilang. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing perkara: 
1. Masa Muda Sebelum Masa Tua 
 Masa muda adalah masa yang penuh dengan energi dan semangat. Pada masa ini, kita memiliki kemampuan untuk melakukan banyak hal yang mungkin tidak bisa kita lakukan di masa tua. Oleh karena itu, manfaatkanlah masa muda untuk: Menuntut ilmu sebanyak-banyaknya. Beribadah dengan khusyuk. Berkarya dan berprestasi. Menjaga kesehatan dengan baik. Pepatah mengatakan, "Mengukir di atas batu belajar di waktu muda, mengukir di atas air ibaratnya belajar di waktu tua." Ini berarti bahwa ilmu yang dipelajari di masa muda akan lebih mudah melekat dan bermanfaat. 

2. Sehat Sebelum Sakit 
Kesehatan adalah nikmat yang sangat berharga. Ketika sehat, kita dapat melakukan berbagai aktivitas dengan lancar. Namun, ketika sakit, kita akan kesulitan untuk beraktivitas. Oleh karena itu, jagalah kesehatan dengan cara: Makan makanan yang bergizi. Olahraga secara teratur. Istirahat yang cukup. Menghindari kebiasaan buruk. 

3. Kaya Sebelum Fakir 
Kekayaan adalah titipan dari Allah SWT. Manfaatkanlah kekayaan untuk: Bersedekah dan membantu sesama. Berinvestasi untuk masa depan. Mencukupi kebutuhan keluarga. Menghindari sifat boros dan kikir. 

4. Waktu Luang Sebelum Waktu Sibuk 
Waktu luang adalah kesempatan untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat. Manfaatkanlah waktu luang untuk: Membaca Al-Quran. Menuntut ilmu agama. Berkumpul dengan keluarga. Melakukan hobi yang positif. "Waktu adalah pedang," demikian pepatah Arab mengatakan. Jika kita tidak memanfaatkannya dengan baik, waktu akan memotong kita. 

5. Hidup Sebelum Mati 
Kematian adalah sesuatu yang pasti akan datang. Oleh karena itu, manfaatkanlah hidup untuk: Beribadah kepada Allah SWT. Berbuat baik kepada sesama. Memperbaiki diri. Mempersiapkan bekal untuk akhirat. 
Mengingatkan kita untuk selalu memanfaatkan setiap kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT. Janganlah kita menunda-nunda untuk melakukan kebaikan. Karena waktu yang telah berlalu tidak akan pernah kembali.
Share:

Tiga Penyesalan Sahabat Sa'ban

Bersama Hasan (Santri Pondok Gontor) 
18 Ramadhan 1446H (18 Maret 2025) 

 Alhamdulillah, malam ini kita kembali dipertemukan di majelis ilmu yang mulia ini, di malam ke-18 bulan Ramadan. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Pada kesempatan kali ini, saya ingin mengajak kita untuk merenungkan sebuah kisah yang sangat menyentuh hati, yaitu kisah Sahabat Sa'ban. 
Beliau adalah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang dikenal dengan ketaatannya. Suatu ketika, Rasulullah SAW tidak melihat Sahabat Sa'ban hadir dalam salat Subuh berjamaah di masjid. Rasulullah SAW pun berinisiatif untuk mencari tahu keberadaan Sahabat Sa'ban. Betapa terkejutnya beliau ketika mendapati bahwa Sahabat Sa'ban telah wafat. 
Namun, ada hal yang lebih menggetarkan hati, yaitu ucapan terakhir Sahabat Sa'ban sebelum menghembuskan napas terakhirnya. Beliau berkata, "Kenapa tidak lebih jauh? Kenapa tidak yang baru? Kenapa tidak semuanya?" Tentu, ucapan ini membuat orang-orang yang hadir bertanya-tanya. Rasulullah SAW kemudian menjelaskan makna di balik ucapan tersebut: 
 "Kenapa tidak lebih jauh?" Sahabat Sa'ban menyesal mengapa rumahnya tidak lebih jauh dari masjid. Sebab, semakin jauh jarak rumah dari masjid, semakin besar pahala yang akan didapatkan ketika berjalan kaki untuk salat berjamaah. 
"Kenapa tidak yang baru?" Sahabat Sa'ban menyesal mengapa ia tidak mengenakan pakaian yang paling baru dan bagus ketika menghadap Allah SWT dalam salatnya. 
"Kenapa tidak semuanya?" Sahabat Sa'ban menyesal mengapa ia tidak memaksimalkan seluruh waktunya untuk beribadah kepada Allah SWT. 
Hikmah dari Kisah Sahabat Sa'ban 
Kisah ini memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua: Pentingnya Memaksimalkan Ibadah: Sahabat Sa'ban menyesal karena merasa belum maksimal dalam beribadah. Padahal, beliau adalah seorang yang taat. Ini menjadi pengingat bagi kita untuk selalu berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita, terutama di bulan Ramadan yang penuh berkah ini. 

Nilai dari Setiap Langkah ke Masjid: 
Setiap langkah yang kita ayunkan menuju masjid untuk salat berjamaah memiliki nilai pahala yang besar. Jangan sia-siakan kesempatan ini. 
Berpakaian Terbaik Saat Menghadap Allah: 
Ketika menghadap Allah SWT dalam salat, hendaklah kita mengenakan pakaian yang terbaik sebagai bentuk penghormatan kita kepada-Nya. 
Penyesalan di Akhir Hayat: 
Penyesalan Sahabat Sa'ban menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak menunda-nunda amal kebaikan. Jangan sampai kita menyesal di akhir hayat karena belum maksimal dalam beribadah. Semoga kisah Sahabat Sa'ban ini dapat menginspirasi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, yang senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan. 
Mari kita manfaatkan sisa waktu di bulan Ramadan ini untuk memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita semua. Amin ya rabbal alamin. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Share:

Jejak Wahyu di Bulan Ramadan


Kuliah Subuh 
18 Ramadhan 1446H
Ustadz : Alfin 

Romadhon, adalah bulan yang penuh berkah dan kemuliaan bagi umat Islam. Di bulan inilah, Al-Quran, kitab suci terakhir, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia. Peristiwa turunnya Al-Quran ini dikenal sebagai Nuzulul Quran, sebuah momen penting dalam sejarah Islam yang menandai awal dari risalah kenabian Muhammad SAW. 
Asal Muasal Nuzulul Quran Nuzulul Quran terjadi pada malam Lailatul Qadar, salah satu malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Pada saat itu, Nabi Muhammad SAW sedang beruzlah (menyendiri) di Gua Hira, sebuah gua kecil di Jabal Nur, dekat Makkah. Malaikat Jibril AS datang menemui beliau dan menyampaikan wahyu pertama, yaitu lima ayat pertama dari Surah Al-Alaq: 

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al-Alaq: 1-5) 

Peristiwa ini terjadi ketika Nabi Muhammad SAW berusia 40 tahun, usia yang dianggap matang untuk menerima wahyu kenabian. Kondisi Masyarakat Jahiliyah Sebelum Kenabian Sebelum diangkat menjadi nabi, masyarakat Arab pada masa itu berada dalam kondisi yang disebut jahiliyah, yaitu masa kebodohan dan kegelapan. Mereka menyembah berhala, melakukan perbuatan-perbuatan tercela seperti berjudi, minum khamar, dan berzina, serta menindas kaum lemah. 

Proses Turunnya Al-Quran Al-Quran diturunkan dalam dua tahap: 
1. Turun secara keseluruhan (Jumlatun Wahidah): Al-Quran diturunkan secara keseluruhan dari Lauhul Mahfuzh (kitab yang terjaga di sisi Allah) ke Baitul Izzah (langit dunia) pada malam Lailatul Qadar. 
2. Turun secara bertahap (Munajjaman): Al-Quran diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad SAW selama kurang lebih 23 tahun, sesuai dengan kebutuhan dan peristiwa yang terjadi pada saat itu. Malam Lailatul Qadar Malam Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. 
Pada malam ini, para malaikat turun ke bumi untuk mengatur segala urusan. Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah pada malam ini, seperti shalat, membaca Al-Quran, dan berdoa. Dukungan Sayyidah Khadijah dan Waraqah bin Naufal Setelah menerima wahyu pertama, Nabi Muhammad SAW merasa ketakutan dan pulang ke rumah dengan gemetar. Beliau menceritakan kejadian tersebut kepada istrinya, Sayyidah Khadijah RA, yang kemudian menenangkan beliau dan membawanya menemui Waraqah bin Naufal, seorang pendeta Nasrani yang memiliki pengetahuan tentang kitab-kitab suci sebelumnya. 
Waraqah membenarkan bahwa apa yang dialami Nabi Muhammad SAW adalah wahyu dari Allah SWT. Pengangkatan Nabi Setelah Menikah dengan Sayyidah Khadijah Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi nabi setelah menikah dengan Sayyidah Khadijah RA. Pernikahan mereka memberikan dukungan moral dan material yang besar bagi perjuangan Nabi dalam menyebarkan risalah Islam.

Tartib Nuzul dan Tartib Musyaf Tartib Nuzul: Urutan turunnya ayat dan surah Al-Quran sesuai dengan waktu dan peristiwa yang terjadi. 
Tartib Musyaf: Urutan surah dan ayat Al-Quran yang ada dalam mushaf saat ini, yang disusun berdasarkan petunjuk Nabi Muhammad SAW. 

Metode Talaki Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Malaikat Jibril AS dengan metode talaki, yaitu dengan cara mendengarkan dan menirukan bacaan Jibril AS. Kemudian, beliau menyampaikan wahyu tersebut kepada para sahabatnya, yang kemudian menghafal dan menuliskannya. Menjaga dan Memuliakan Nabi Umat Islam diperintahkan untuk menjaga dan memuliakan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT. 
Hal ini dilakukan dengan cara mengikuti sunnah-sunnah beliau, mencintai beliau, dan menjauhi segala sesuatu yang dapat menyakiti beliau. Naskh (Penghapusan) Ayat Dalam Al-Quran, terdapat beberapa ayat yang dinaskh (dihapus) dan digantikan dengan ayat yang baru. Contohnya, masa iddah (masa menunggu) bagi wanita yang ditinggal mati suaminya, yang semula satu tahun, kemudian diganti menjadi empat bulan sepuluh hari. Penjagaan Al-Quran oleh Allah SWT Allah SWT menjamin akan menjaga Al-Quran dari segala bentuk perubahan dan penyimpangan. Hal ini terbukti dengan terjaganya keaslian Al-Quran hingga saat ini, meskipun telah berlalu lebih dari 14 abad.
Share:

Footer Link

Pengumuman

  1. Tamu yang menginap 1x24 jam harus lapor RT.
  2. Dilarang Parkir Mobil di Jalan Perumahan
  3. Segala Jenis Truk dilarang Memasuki Jalan Perumahan

info ronda

Pelaksanaan Ronda lingkungan dimulai pukul 22.00 WIB s.d. Menyesuaikan Kondisi

Recent Posts

POSTINGAN TERBARU

Recent Posts Widget