Rapat Pengurus RT 06 RW 05 Kutabanjarnegara: Persiapan HUT RI ke-80

Ketua Rt 06 Rw 05 Memimpin Rapat

Banjarnegara, 22 Juli 2025 – Pengurus RT 06 RW 05 Kelurahan Kutabanjarnegara pada hari ini mengadakan rapat rutin dua bulanan yang bertempat di kediaman Ketua RT, Bapak Dwi Budi Prasojo, SKM. Rapat yang dihadiri oleh seluruh jajaran pengurus ini secara khusus membahas persiapan menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80.
Dalam sambutannya, Bapak Dwi Budi Prasojo, SKM, menekankan pentingnya peran aktif seluruh pengurus dalam menyukseskan perayaan HUT RI tahun ini. "Momen kemerdekaan adalah saat yang tepat untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga dan menumbuhkan semangat kebersamaan," ujar beliau.
Beberapa agenda utama yang menjadi fokus pembahasan dalam rapat ini meliputi:
  1. Pembentukan Panitia Pelaksana: Untuk memastikan kelancaran seluruh rangkaian kegiatan, disepakati akan segera dibentuk panitia pelaksana yang melibatkan perwakilan dari setiap seksi di RT 06. 
  2.  Jenis Perlombaan dan Kegiatan: Rapat merumuskan berbagai jenis perlombaan dan kegiatan yang akan diadakan, mulai dari lomba anak-anak hingga dewasa, serta kegiatan kebersamaan seperti kerja bakti dan malam tirakatan. 
  3.  Estimasi Anggaran dan Sumber Dana: Pengurus juga mulai menghitung estimasi anggaran yang dibutuhkan serta membahas potensi sumber dana, baik dari swadaya masyarakat maupun donasi.
  4.  Jadwal Pelaksanaan: Jadwal tentatif untuk setiap kegiatan juga mulai disusun, dengan harapan dapat diumumkan kepada seluruh warga dalam waktu dekat.
Rapat berlangsung dengan suasana yang interaktif dan penuh antusiasme. Berbagai usulan dan ide-ide kreatif muncul dari para pengurus, menunjukkan semangat gotong royong yang kuat di lingkungan RT 06 RW 05. Diharapkan dengan persiapan yang matang ini, perayaan HUT RI ke-80 di RT 06 RW 05 Kelurahan Kutabanjarnegara dapat berjalan sukses, meriah, dan berkesan bagi seluruh warga.
Share:

Kerja Bhakti Menyambut HUT RI Ke-80 Tahun 2025

 

Gema Kemerdekaan di Gayam Permai: Warga Gelar Kerja Bakti Sambut HUT RI ke-80 Banjarnegara, 27 Juli 2025 – Semangat gotong royong dan nasionalisme berkobar di Perumahan Gayam Permai, Banjarnegara. Ratusan warga tumpah ruah mengikuti kerja bakti massal pada hari Ahad, 27 Juli 2025, dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Ketua RT Bapak Dwi Budi P, SKM, yang terlihat aktif membaur bersama warganya. 
Sejak pagi hari, suasana Gayam Permai sudah semarak. Warga dari berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga lansia, antusias berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang telah dicanangkan. Fokus utama kerja bakti ini adalah kebersihan lingkungan. Bahu-membahu, warga membersihkan selokan, menyapu jalan, dan memangkas rumput liar yang tumbuh di sekitar area perumahan. 
Sampah-sampah dikumpulkan dan diangkut, menjadikan Gayam Permai semakin asri dan nyaman. Tidak hanya kebersihan, keindahan lingkungan juga menjadi perhatian utama. Sejumlah warga terlihat sibuk mengecat marka jalan lingkungan, memastikan garis-garis pembatas jalan dan area parkir terlihat jelas dan rapi. Sentuhan warna baru ini menambah estetika lingkungan perumahan. Puncak semangat menyambut kemerdekaan terlihat saat warga mulai memasang bendera Merah Putih dan layur di sepanjang jalan utama dan di depan rumah masing-masing. 
Nuansa merah putih seketika mendominasi Gayam Permai, menciptakan atmosfer patriotisme yang kental. Tak ketinggalan, untuk memeriahkan suasana malam, warga juga bergotong royong memasang lampu hias di berbagai sudut perumahan, menjanjikan malam-malam yang indah selama perayaan kemerdekaan. Bapak Dwi Budi P, SKM, dalam kesempatan tersebut menyampaikan apresiasinya kepada seluruh warga yang telah berpartisipasi aktif. "Kegiatan kerja bakti ini adalah wujud nyata kecintaan kita kepada bangsa dan negara. 
Selain membersihkan lingkungan, ini juga menjadi ajang mempererat tali silaturahmi antarwarga. Semoga semangat kebersamaan ini terus terjaga, tidak hanya saat menyambut HUT RI saja," ujarnya dengan senyum. Kerja bakti ini tidak hanya sekadar membersihkan dan mempercantik lingkungan, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan kekompakan warga Gayam Permai dalam menyambut hari bersejarah bangsa. Semangat gotong royong yang telah lama menjadi ciri khas bangsa Indonesia, hidup dan terus lestari di Perumahan Gayam Permai, Banjarnegara, menjelang perayaan delapan dekade kemerdekaan.
Ibu-ibu PKK mensupport dengan menyediakan minum, snak/jajan dan makan siang untuk Bapak-bapak.













Share:

Mengungkap Sisi Lain Kisah Nabi Musa dalam Surah Al-A'raf

Kajiann rutin Ahad Pagi, 27 Juli 2025
Masjid Al Mu'minun Perumahan Gayam Permai
Ustadz Syafrudin Maulana, LC

Kisah Nabi Musa 'alaihissalam‘ adalah salah satu narasi paling kaya makna dalam Al-Qur'an, menawarkan pelajaran mendalam tentang keimanan, kesabaran, dan bahaya kelalaian. Surah Al-A'raf secara khusus menguraikan fase-fase penting dalam perjalanan dakwah Nabi Musa, terutama menyoroti respons Bani Israil yang seringkali apatis dan tidak bersyukur, bahkan setelah menyaksikan mukjizat yang luar biasa. Mari kita telaah kisah ini, mengambil hikmah agar kita tidak mengulang kesalahan masa lalu.
Fase 1: Bani Israil di Bawah Penindasan Firaun
Kisah Nabi Musa dimulai saat Bani Israil hidup di bawah kekejaman Firaun, yang diidentifikasi oleh beberapa penafsir sebagai Ramses III, "anak dewa matahari." Penindasan ini mencapai puncaknya dengan perintah Firaun untuk membunuh setiap anak laki-laki Bani Israil yang lahir, sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Baqarah. Ini adalah masa-masa penuh ketakutan dan penderitaan, di mana harapan seolah padam. Namun, di tengah kegelapan itulah, takdir ilahi sedang merajut kelahiran seorang pemimpin yang akan membebaskan mereka.
Fase 2: Nabi Musa Menjadi Rasul
Setelah pengasingan dan pelatihan di Madyan, Allah ‘Subhanahuwa ta′ala‘ memilih Nabi Musa untuk menjadi rasul-Nya. Dengan mukjizat tongkat yang berubah menjadi ular dan tangan yang bersinar, Nabi Musa diutus untuk menghadapi Firaun dan kaumnya yang zalim, menyeru mereka untuk beriman kepada Allah dan membebaskan Bani Israil. Ini adalah fase di mana Nabi Musa diuji dengan tugas yang berat, menghadapi penguasa yang sombong dan rakyatnya yang ingkar.
Fase 3: Penyelamatan Nabi Musa dan Bani Israil
Puncak dari pertarungan antara kebenaran dan kebatilan terjadi ketika Allah ‘SubhanahuwaTa ′ ala‘ menyelamatkan Nabi Musa dan Bani Israil dengan membelah Laut Merah, menenggelamkan Firaun dan bala tentaranya. Momen penyelamatan yang luar biasa ini adalah mukjizat yang tak terbantahkan, bukti nyata akan kekuasaan dan kasih sayang Allah. Dalam konteks ini, Surah Al-A'raf (ayat 205) mengingatkan kita untuk mengingat Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah diri dan rasa takut, dan tanpa mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah. Ini adalah seruan untuk senantiasa berdzikir dan tidak melupakan nikmat Allah, terutama setelah melalui cobaan berat.
Fase 4: Pasca Penyelamatan dan Apatisme Bani Israil
Sayangnya, setelah diselamatkan dari penindasan Firaun, Bani Israil menunjukkan sikap yang sangat disayangkan: ketidakbersyukuran dan apatisme. Meskipun telah diberi makanan segar seperti manna dan salwa langsung dari langit, mereka mulai mengeluh dan merindukan makanan yang lebih "bervariasi" seperti bawang dan mentimun. Ini adalah gambaran dari kesadaran apatis yang tidak bisa membuka diri terhadap perubahan dan nikmat yang ada di hadapan mata.
Mereka terjebak dalam 'autopilot model' kehidupan, melakukan segala sesuatu tanpa makna dan tanpa korelasi refleksi diri dengan mengingat Allah. Mereka kehilangan diri dalam rutinitas dan keinginan duniawi, melupakan tujuan utama keberadaan mereka. Pentingnya berdzikir kepada Allah menjadi sangat relevan di sini. Ketika manusia kehilangan koneksi dengan Penciptanya, hati menjadi keras dan cenderung abai terhadap tanda-tanda kebesaran-Nya. Kisah Bani Israil adalah peringatan bagi kita: jangan sampai kita terjebak dalam kelalaian (ghoflah), melupakan nikmat dan petunjuk Tuhan.

Kisah Nabi Musa dalam Surah Al-A'raf mengajarkan kita bahwa ujian tidak hanya datang dalam bentuk kesulitan, tetapi juga dalam bentuk nikmat dan kelapangan. Bersyukur, berdzikir, dan senantiasa menghubungkan diri dengan Allah adalah kunci untuk menghindari apatisme dan hidup yang tanpa makna. Marilah kita ambil pelajaran dari kisah ini, menjadikan setiap momen sebagai kesempatan untuk mengingat Allah dan tidak terjebak dalam 'autopilot' kehidupan yang melalaikan. Apa langkah kecil yang bisa kita ambil hari ini untuk lebih sering mengingat Allah dan keluar dari zona "autopilot" kita?










Share:

Ubah Ahadmu Jadi Lebih Bermakna: Qiyamul Lail, Subuh Berjamaah, dan Ilmu dari Ustadz Syafrudin Maulana, LC!

Dengan mengharap ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala, kami segenap pengurus Masjid Al Mu'minun Perumahan Gayam Permai, Banjarnegara, mengundang Bapak/Ibu/Saudara/i untuk hadir dan berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan rutin di hari Ahad yang insya Allah penuh berkah: 
 
Hari, Tanggal: Ahad, 27 Juli 2025 
Pembicara : Ustadz Syafrudin Maulana,LC
Tempat: Masjid Al Mu'minun Perumahan Gayam Permai, Banjarnegara
Adapun rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut: 
    Waktu: Pukul 03.30 WIB hingga menjelang waktu Subuh 
    Keutamaan: Menghidupkan malam dengan ibadah, mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta meraih ketenangan dan keutamaan waktu sahur. Mari bersama-sama bermunajat dan memohon ampunan di sepertiga malam terakhir. 

   Waktu: Sesuai waktu masuknya Sholat Subuh 
  Keutamaan: Meraih pahala yang berlipat ganda, mempererat tali silaturahmi antar jama'ah, serta memulai hari dengan ibadah yang khusyuk. Kehadiran kita dalam sholat berjama'ah merupakan wujud ketaatan dan persatuan umat Islam. 

    Waktu: Pukul 06.30 WIB hingga selesai (setelah Sholat Subuh berjama'ah) 
    Tema       : Menunggu konfirmasi
    Pemateri: Ustadz Syafrudin Maulana,LC
   Manfaat: Menambah ilmu pengetahuan agama, memahami ajaran Islam secara lebih mendalam, serta memperkuat keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Kajian ini merupakan kesempatan yang baik untuk belajar dan berdiskusi dalam suasana yang Islami. 
Yakinlah bahwa kehadiran Bp/Ibu/Sdr/i adalah bentuk nikmat yang Alloh SWT berikan kepada kita.
Share:

Antara Janji Al-Quran dan Tantangan Zaman

Kajian rutin Ahad Pagi
20 Juli 2025
Islam adalah agama yang sempurna, membawa risalah kebaikan dan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW telah menggariskan dengan jelas bagaimana seharusnya seorang Muslim menjalani kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat. Namun, dalam realitasnya, kita seringkali dihadapkan pada tantangan dan penyimpangan yang menjauhkan kita dari citra Muslim yang ideal. Mari kita telaah kembali tiga pilar utama dalam membangun identitas Muslim yang sempurna. 
1. Sebaik-baik Umat (Khaira Ummah): Menyeru Kebaikan, Mencegah Kemungkaran Allah SWT berfirman dalam Surat Ali 'Imran ayat 110: 
 "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah." 

Ayat ini dengan tegas menempatkan umat Islam pada posisi yang mulia, yaitu sebagai "Khaira Ummah" (umat terbaik). Predikat ini bukanlah tanpa syarat. Untuk meraihnya, seorang Muslim dan masyarakat Islam secara keseluruhan harus memiliki tiga karakteristik utama: Menyeru kepada yang Ma'ruf (Kebaikan): Ini berarti secara aktif mengajak, membimbing, dan mempromosikan segala bentuk kebaikan, keadilan, dan kebajikan sesuai syariat Islam. Ini meliputi amar ma'ruf bil lisan (dengan ucapan), bil qalam (dengan tulisan), hingga bil hal (dengan teladan). Mencegah Kemungkaran: Tidak cukup hanya menyeru kebaikan, seorang Muslim juga berkewajiban untuk mencegah segala bentuk kemungkaran, kemaksiatan, dan kezaliman yang terjadi di sekitarnya. Ini bisa dimulai dari lingkungan terdekat hingga skala yang lebih luas, dengan cara yang bijak dan sesuai tuntunan agama. Beriman kepada Allah: Fondasi dari kedua karakteristik di atas adalah keimanan yang kokoh kepada Allah SWT. Keimanan inilah yang mendorong seorang Muslim untuk selalu berbuat baik dan menjauhi kemungkaran, semata-mata mengharap ridha-Nya. 
Realita yang Ada: Dewasa ini, kita sering menyaksikan berbagai bentuk kemungkaran yang merajalela, mulai dari korupsi, pergaulan bebas, hingga praktik riba. Ironisnya, sebagian dari kemungkaran ini justru dilakukan atau dibiarkan oleh mereka yang mengaku Muslim. Semangat amar ma'ruf nahi munkar terasa melemah, digantikan oleh sikap apatis atau bahkan pembenaran terhadap kemaksiatan. 

 

2. Ummatan Wasathan: Umat yang Pertengahan dan Berkeadilan 
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 143: "Dan demikianlah Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu." Konsep "Ummatan Wasathan" berarti umat yang adil, seimbang, dan pertengahan. Ini mengandung makna bahwa Islam adalah agama yang tidak condong pada ekstremisme, baik dalam ritual ibadah maupun dalam urusan dunia. Seorang Muslim ideal adalah mereka yang: Berpikir dan Bersikap Adil: Mampu melihat segala sesuatu dari berbagai perspektif, tidak mudah menghakimi, dan selalu berusaha menegakkan keadilan dalam setiap aspek kehidupan. Seimbang antara Dunia dan Akhirat: Tidak melalaikan kewajiban duniawi (bekerja, mencari nafkah, berinteraksi sosial) namun juga tidak melupakan tujuan akhirat (ibadah, persiapan menghadapi hari perhitungan). 
Toleran dan Inklusif: Mampu hidup berdampingan dengan damai bersama pemeluk agama lain, menghargai perbedaan, tanpa mengorbankan prinsip-prinsip aqidah. Realita yang Ada: Polarisasi dan ekstremisme seringkali menjadi penghalang bagi umat Islam untuk menjadi umat pertengahan. Perpecahan internal akibat perbedaan mazhab atau pandangan politik, serta munculnya kelompok-kelompok yang mengusung paham radikal, telah mencoreng citra Islam yang damai dan toleran. 


3. Ummatan Wahidah: Umat yang Bersatu Padu Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Mu'minun ayat 52: "Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku." (Ayat yang Anda sebutkan adalah 51, namun ayat 52 lebih tepat untuk makna Ummatan Wahidah secara eksplisit. Ayat 51 lebih menekankan pada makan makanan yang baik dan beramal sholeh, meskipun konteksnya tetap mengarah pada persatuan umat. Untuk konteks Ummatan Wahidah, saya akan fokus pada esensi persatuan yang sering disebut dalam Al-Quran, termasuk dari ayat-ayat sejenis.) 
Prinsip "Ummatan Wahidah" adalah esensi dari persaudaraan Islam. Seluruh Muslim adalah bersaudara, tanpa memandang ras, suku, warna kulit, atau status sosial. Persatuan ini adalah kekuatan terbesar umat Islam, yang memungkinkan mereka untuk saling mendukung, melindungi, dan bekerja sama demi kemaslahatan bersama. 
Realita yang Ada: Salah satu tantangan terbesar umat Islam saat ini adalah perpecahan. Perbedaan pandangan politik, kepentingan kelompok, hingga fanatisme mazhab seringkali menjadi pemicu perselisihan dan konflik di kalangan umat Islam. Akibatnya, kekuatan umat menjadi lemah dan mudah dipecah belah oleh musuh-musuh Islam. Mengikuti budaya orang-orang kafir yang bertentangan dengan syariat Islam, serta upaya merubah syariat, menjadi bukti nyata kemunduran yang mengikis identitas dan persatuan umat. Merajut Kembali Kejayaan Kemunduran yang kita saksikan hari ini adalah alarm bagi seluruh umat Islam. Kemungkaran yang merajalela, perpecahan yang tak kunjung usai, dan kecenderungan untuk mengikuti budaya non-Muslim yang bertentangan dengan ajaran Islam, adalah indikator bahwa kita telah menyimpang dari jalan ideal sebagai seorang Muslim. Untuk merajut kembali kejayaan umat, kita harus kembali pada nilai-nilai fundamental yang diajarkan dalam Al-Quran dan Sunnah: Perkuat Keimanan: Jadikan tauhid sebagai pondasi utama dalam setiap tindakan dan pemikiran. 

Aktifkan Amar Ma'ruf Nahi Munkar: Mulai dari diri sendiri, keluarga, hingga masyarakat luas, dengan hikmah dan cara yang santun. Tumbuhkan Sikap Wasathiyah: Hindari ekstremisme, kedepankan keadilan, dan jadilah pribadi yang seimbang. Rajut Kembali Persatuan: Singkirkan ego dan perbedaan, fokus pada persamaan sebagai sesama Muslim, dan bersatu di bawah panji Islam. Dengan kembali pada prinsip-prinsip ini, insya Allah kita dapat merekonstruksi identitas Muslim yang ideal dan mengembalikan kejayaan umat Islam di mata dunia, menjadi teladan kebaikan dan keadilan bagi seluruh umat manusia.
Share:

Footer Link

Pengumuman

  1. Tamu yang menginap 1x24 jam harus lapor RT.
  2. Dilarang Parkir Mobil di Jalan Perumahan
  3. Segala Jenis Truk dilarang Memasuki Jalan Perumahan

info ronda

Pelaksanaan Ronda lingkungan dimulai pukul 22.00 WIB s.d. Menyesuaikan Kondisi

Recent Posts

POSTINGAN TERBARU

Recent Posts Widget