Membaca Al Qur'an, Bentuk Cinta Kepada Allah SWT


Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 165:

 وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ ٱللَّهِ ۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ ۗ وَلَوْ يَرَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓا۟ إِذْ يَرَوْنَ ٱلْعَذَابَ أَنَّ ٱلْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعَذَابِ 

Wa minan-nāsi may yattakhiżu min dụnillāhi andāday yuḥibbụnahum kaḥubbillāh, wallażīna āmanū asyaddu ḥubbal lillāhi walau yarallażīna ẓalamū iż yaraunal-‘ażāba annal-quwwata lillāhi jamī’aw wa annallāha syadīdul-‘ażāb
Artinya: “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)."

Cinta kepada Allah Swt. bisa diwujudkan dengan banyak hal, bahkan hal yang sangat sederhana. Sesungguhnya cinta kepada Allah Swt. adalah fondasi yang mendasari ajaran agama Islam. Adanya cinta kepada Allah Swt. itulah yang membuat agama seorang Muslim menjadi sempurna. Apabila cinta kepada Allah Swt. seorang Muslim berkurang, maka ketauhidan seseorang pun menjadi berkurang. 
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari hadits Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda: Tiga perkara yang apabila terdapat pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya keimanan: Allah dan RasulNya lebih dicintainya dari selain keduanya, tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah dan benci kembali kepada kekpuruan sama seperti kebencian dirinya dicapakkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim) 
Ibnu Qoyyim menyebutkan bahwa ada sepuluh perkara yang bisa mendatangkan kecintaan kepada Allah Swt. di mana salah satunya adalah dengan membaca Al-Qur’an dan memaknainya, memahami dan merenungkan makna ayat-ayatnya dan apa-apa yang dimaksudkan oleh ayat-ayat tersebut.

Abdulah bin Mas’ud berkata: “Janganlah kalian menaburkannya (membaca al quran) sama seperti menaburkan biji-bijian (gandum), dan jangan pula melantunkannya sama seperti melantunkan syai’ir, berhentilah pada keajaiban-keajaibannya, getarkanlah hati dengannya dan janganlah semangat kalian hanya tertuju untuk mengakhiri suatu surat”. (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: 2/256 no: 8733). 
Cinta kepada Allah Swt, bisa dibuktikan dengan membaca dan memaknai Al-Qur’an. Tak heran apabila banyak ulama yang menganjurkan agar kita senantiasa membaca Al-Qur’an di mana pun dan kapan pun.






Share:

Bersyukur

Kajian Subuh 11 Ramadhan 1443 Hijriyah (11 April 2022)

Semua yang disediakan dan dapat digunakan oleh manusia ini merupakan nikmat dari Allah. Tentu saja nimat tidak sebatas berupa fasiltas, tapi kehidupan itu sendiri dan imanpun juga termasuk di antaranya, yang secara keseluruhan tidak terhitung jumlahnya (QS, an-Nahl: 18).
 Atas semua nikmat tersebut, Allah memerintahkan manusia untuk bersyukur, bukan untuk kepentingan-Nya, tetapi untuk kepentingan dirinya sendiri, sebagaimana firmannya:
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, dan hendahlah dia bersyukur kepada-Ku (Allah). Maka barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dan Maha terpuji (QS Lukman: 12). 
Syukur tersebut harus direalisasikan dalam bentuk ketaatan kepada Allah, Sang Pemberi nikmat. Syukur dilandasi dengan keyakinan dalam hati, diwujudkan dalam bentuk ucapan dengan pujian (atas kesempurnaan-Nya), dzikir (selalu ingat kepada Penciptanya), dan perbuatan, yakni melaksanakan perintah-Nya dan menghindari larangan-Nya. Jadi, syukur merupakan bentuk ekspresi secara total (keyakinan hati, ucapan lisan, dan perbuatan) dari hamba kepada Khaliqnya atas nikmat yang telah diberikan-Nya.

“Barang siapa bersyukur kepada Allah maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri.” Bahkan jika semua manusia mengingkari (tidak mensyukuri) nikmat yang telah diterimanya, Allah telah Maha Kaya dan Maha Terpuji (QS Ibrahim: 8).

Artinya, dengan bersyukur ia mendapatkan pahala yang akan diberikan oleh Allah. Hal ini dipertegas dengan firman-Nya (QS Fushilat: 46, dan al-Rum: 44), di mana segala amal shalih pahalanya untuk yang melakukannya, dengan manfaat yang dipetik di dunia maupun akhirat.









Share:

Mencintai Allah SWT

Akhuna Adit, Santri Pondok Tahfid "NUSA", Jaian Subuh 11 Ramadhan 1443H (10 April 2022) 

Syekh Nawawi dalam kitab yang ditulisnya menyampaikan sebagian ulama berkata cinta kepada Allah memiliki 10 arti, bila dilihat dari segi seorang hamba yang mencintai-Nya. 
Pertama, hamba meyakini sesungguhnya hanya Allah ta'ala yang dipuji dari sudut manapun dan dipuji dengan setiap sifat dari sifat-sifat-Nya. 
Kedua, hamba meyakini Allah adalah Dzat yang berbuat baik kepada hamba-hamba-Nya dan Dzat yang memberi nikmat dan anugerah kepada mereka. 
Ketiga, hamba meyakini perbuatan baik Allah kepadanya tidak dapat dibandingkan dengan ucapan atau perbuatan baiknya, meskipun sempurna dan banyak. 
Keempat, hamba meyakini hukum-hukum Allah dan tuntutan-tuntutan-Nya itu sedikit baginya. 
Kelima, dalam setiap waktu, hamba selalu merasa takut jika berpaling dari Allah ta'ala dan merasa takut jika kemuliaan yang Allah berikan kepadanya seperti makrifat, tauhid, dan yang lainnya akan hilang dari dirinya. 
Keenam, hamba melihat dalam setiap keadaan dan pikirannya selalu membutuhkan Allah dan tidak bisa merasa tidak butuh Allah. 
Ketujuh, hamba selalu menyebut atau berzikir Allah dengan zikir yang terbaik sesuai dengan kapasitas kemampuannya. 
Kedelapan, hamba sangat senang melaksanakan ibadah-ibadah fardhunya dan senang mendekatkan diri kepada-Nya dengan ibadah sunah sesuai dengan kapasitas kemampuannya. 
Kesembilan, hamba merasa senang jika mendengar orang lain sedang memuji Allah dan beribadah kepada-Nya serta senang melihat orang lain berjuang di jalan-Nya, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan dengan bentuk perjuangan mengorbankan diri dan harta. 
Kesepuluh, jika hamba mendengar orang lain berzikir Allah maka dia akan menolongnya.



Share:

Pertolongan Allah Juga dapat Melalui Orang Lain

Kajian Ramadan Ba'da Subuh, 09 April 2022

"Karena hanya bertawakal hanya kepada Allah SWT seorang ahli ibadah tidak mau diselamatkan saat terjadi banjir, yang menyebabkan dia (ahli ibadah) mati karena hal tersebut"

Di masa Nabi Nuh as ada seorang hamba yang rajin ibadah. 24 jam waktunya digunakan untuk beribadah. Saat terjadi banjir bandang pun ahli ibadah ini selalu berkata saya hanya membutuhkan pertolongan Allah SWT. 
Disaat air banjir sudah menyentuh lutut, tetangga dan teman-temannya datang mengajak ahli ibadah itu untuk menyelamatkan diri. Bahkan orang-orang itu siap menggendong sang ahli ibadah yang memang tak lagi muda itu jika tak mampu berjalan cepat. Namun, ahli ibadah itu menolak dan mengusir orang yang hendak menolongnya. 
Ia berkata, aku tidak butuh pertolongan manusia, cukuplah Allah sebagai penolongku. Kejadian berulang, sampai air setinggi dada, tetangganya datang dengan mengendarai unta. Namun, ia tetap pada pendiriannya. Tidak mau pergi menyelamatkan diri dengan ucapan yang sama. 
Namun ia tetap pada pendiriannya. Sampai akhirnya banjir besar datang, tetangga dan teman-temannya selamat di atas bahtera dengan Nabi Nuh as, ahli ibadah itu meninggal tersapu banjir besar. 
Dikisahkan bahwa orang ahli ibadah itu bertanya kepada Allah, mengapa Engkau tidak menolongku, bukankah aku telah habiskan usiaku untuk ibadah kepada-Mu. Allah SWT pun menjawab dengan tersenyum, “Bukankah Aku telah kirim tiga kali pertolongan untuk menyelamatkan dirimu. Tetapi hatimu sombong dan angkuh untuk menerima pertolongan yang aku kirimkan kepada dirimu.” 
Ahli ibadah itu pun menambahkan jawaban bahwa tidak ada kiriman bantuan dari Allah. Lalu Allah tersenyum dan menjawab bahwa tetangga yang datang tiga kali itu adalah kiriman pertolongan dari Allah. Ahli ibadah itu pun bertanya, jadi Engkau yang kirimkan mereka itu, ya Allah. Allah pun menjawab, “Bukankah yang berkuasa atas hati manusia itu adalah Aku.” 
Hibroh dari cerita di atas adalah merasa diri sudah sangat dekat dengan Allah SWT kemudian tidak membutuhkan bantuan manusia adalah bentuk kesombongan. Sehingga jangan pernah merasa sudah baik, sudah banyak amal, sudah banyak ibadah, lantas tidak memperhatikan sisi-sisi lain yang secara Sunnatullah manusia adalah makluk sosial. Bentuk bantuan Allah melalui hamba-hamba-Nya yang lain. Oleh karena itu, Rasulullah bersabda bahwa tidak dianggap bersyukur kepada Allah orang yang tidak bisa bersyukur kepada manusia lainnya.
Sumber: https://masimamnawawi.com/





Share:

Orang Yang Bangkrut


Suatu riwayat menyebutkan, Rasulullah pernah berdiskusi dengan para sahabatnya tentang definisi orang yang merugi. “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?” tanya Rasul SAW. Para sahabat berpendapat, orang bangkrut adalah mereka yang tidak mempunyai dirham maupun dinar. Ada juga yang berpendapat, mereka yang rugi dalam perdagangan. Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang bangkrut dari umatku adalah mereka yang datang pada Hari Kiamat dengan banyak pahala shalat, puasa, zakat, dan haji. "Namun, di sisi lain, ia juga mencaci orang, menyakiti orang, memakan harta orang (secara batil), menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Ia kemudian diadili dengan cara membagi-bagikan pahalanya kepada orang yang pernah dizaliminya. Ketika telah habis pahalanya, sementara masih ada yang menuntutnya, dosa orang yang menuntutnya diberikan kepadanya. Akhirnya, ia pun dilemparkan ke dalam neraka.” (HR Muslim, Tirmidzi, dan Ahmad).
Hadis ini mengubah cara pandang para sahabat tentang kerugian yang sebenarnya bukanlah persoalan harta, melainkan amal ibadah. Amal ibadah tak bernilai apa-apa kecuali diikuti dengan amal sosial.Pahala menggunung tak ada artinya tanpa diikuti dengan akhlak yang baik. Baiknya pemahaman agama seseorang dibuktikan dengan baiknya akhlak dan perilaku. Rasulullah pernah bersabda, “Kebanyakan yang menjadikan manusia masuk surga adalah takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia.” (HR Ahmad).
Sebagaimana kisah berangkat haji seorang tabi’in, Ali bin Muwaffaq. Dari 60 ribu jamaah haji yang datang ke Tanah Suci, hanya Ali bin Muwaffaq seorang yang mabrur. Padahal, sebenarnya ia tak pernah menginjakkan kaki di Tanah Suci. Ali menemukan satu keluarga yang kelaparan dalam perjalanan hajinya dari Damaskus. Ia pun membatalkan perjalanan hajinya dan memberikan bekalnya kepada orang yang kelaparan itu.
Kisah masyhur yang ditulis Abdullah bin Mubarak ini mengisyaratkan, tak ada artinya ibadah sehebat apa pun tanpa peduli dengan kondisi sosial. Betapa banyak mereka yang pulang pergi ke Tanah Suci, tetapi tetangganya sendiri berada dalam kesusahan. Apa artinya seorang Muslim berangkat haji dari lingkungan yang melarat dan kelaparan. Ibadah haji sebagai rukun Islam terakhir menjadi ibadah tertinggi di sisi Allah. Tak ada balasan yang lebih pantas bagi seorang yang mendapatkan haji mabrur kecuali surga. Namun, pada kenyataannya, kepedulian sosial jauh lebih mahal harganya daripada ibadah individual. Menyakiti orang lain bisa menghapuskan nilai ibadah yang telah susah payah diperjuangkan. 
Kepedulian seorang Ali bin Muwaffaq telah menuntunnya mendapatkan haji mabrur. Kendati tak pernah menginjakkan kaki di Tanah Suci, ia diberikan hadiah haji mabrur dari Sang Khaliq. Memperlihatkan akhlak yang baik merupakan bukti kesempurnaan ibadah seseorang. Allah SWT tak menginginkan hasil. Ia hanya melihat prosesnya. Proses perjalanan haji seorang Ali bin Muwaffaq telah memperlihatkan akhlak yang agung. Itulah alasannya ia mendapatkan balasan yang baik dari perjalanan hajinya. Rasulullah SAW dikenal sebagai orang yang paling baik akhlaknya. Lisannya tak pernah menghardik, apalagi menyakiti orang lain. 
Sikap dan tindak tanduk beliau senantiasa disukai, baik kawan maupun lawan. Tak pernah Rasulullah melukai siapa pun. Baiknya hubungan vertikal kepada Allah SWT harus dipadu dengan hubungan horizontal kepada sesama manusia. Keindahan Islam terlihat dari keagungan akhlak para penganutnya. Mereka yang dilembutkan hatinya (mualaf) terbuka untuk menerima Islam sebagai agamanya kebanyakan karena melihat keindahan akhlak yang dituntunkan Islam.










Share:

Footer Link

Pengumuman

  1. Tamu yang menginap 1x24 jam harus lapor RT.
  2. Dilarang Parkir Mobil di Jalan Perumahan
  3. Segala Jenis Truk dilarang Memasuki Jalan Perumahan

info ronda

Pelaksanaan Ronda lingkungan dimulai pukul 22.00 WIB s.d. Menyesuaikan Kondisi

Recent Posts

POSTINGAN TERBARU

Recent Posts Widget