Kita diwarisi Syair-syair yang penuh makna dan lirik lantunya sangat cocokdengan kultur jawa. Para wali, ulama dan kyai Jawa telah menciptakan danmewariskan puji-pujian itu. Syair itulah yang cocok untuk puji pujian sebelumSholat. Terima kasih kepada para kyai, teman-teman, undip maupun masyarakat yang telahmembantu terbukukanya syair-syair ini.
Syiar Islam dengan syair begitu semarak.
Dari Said bin Musayyab, ia berkata, "Suatu ketika Umar berjalan kemudian bertemudengan Hassan bin Tsabit yang sedang melantunkan syair di masjid. Umar menegur Hassan, namun Hassan menjawab, `aku telah melantunkan syair di masjid yang didalamnya ada seorangyang lebih mulia darimu(Nabi). Kemudian ia menoleh kepada Abu Hurairah. Hassan melanjutkan perkataannya. Bukankah engkau telah mendengarkan sabda Rasulullah SAW, jawablah pertanyaanku, ya Allah mudah-mudahan Engkaumenguatkannya dengan Ruh al-Qudus. Abu Hurairah lalu menjawab, Ya Allah, benar (aku telah medengarnya)."(HR Abu Dawud [4360] anNasa'i [709] dan Ahmad [209281).
Mengomentari hadits ini, Syaikh Ismail Az-Zain menjelaskan adanya kebolehanmelantunkan syair yang berisi puji-pujian, nasihat, pelajaran tata krama dan ilmu yangbermanfaat di dalam masjid. (Irsyadul mu’minin ila Fadha'ili Dzikri Rabbil 'Alamin, hlm.16).
Manfaat Syair/Puji-pujian bentuk lagu :
Dari sisi syiar dan penanaman akidah umat. Selain menambah syiar agama,amaliah ini merupakan strategi sangat jitu untuk menyebarkan ajaran Islam di tengahmasyarakat. Karena di dalamnya terkandung beberapa pujian kepada Allah SWT, dzikir dan nasihat.
Dari aspek psikologis, lantunan syair yang indah itu dapat menambah semangatdan mengkondisikan suasana. Dalam hal ini, tradisi yang telah berjalan di masyarakattersebut dapat menjadi semacam warming up (persiapan) sebelum masuk ke tujuan inti yakni shalat lima waktu.
Mengobati rasa jemu sembari menunggu waktu shalat jama'ah dilaksanakan. juga agar para jamaah tidak membicarakan hal-hal yang tidak perlu ketika menunggu shalat jama'ah dilaksanakan. Melantunkan syair puji-pujian juga dapat dikatagorikan sebagai dzikir. Seperti yang dikatakan Al-Ghozali, “dzikrulloh berarti ingatnya seseorang bahwa Alloh mengamati seluruh tindakan dan pikiranya”.
Sehingga dzikir tidak bermakna sempit hanyamelafalkan lafal jalalah atau lafal lainya meskipun sama-sama membutuhkan kehadiran-hudlurnya hati. Dengan beberapa alasan inilah maka membaca sholawat, dzikir, nasehat, puji-pujiansecara bersama-sama sebelum melaksanakan shalat jama'ah di masjid atau di mushallaadalah amaliah yang baik dan dianjurkan.
Namun dengan satu catatan, tidak mengganggu orang yang sedang melaksanakan shalat. Tentu hal tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing masjid dan mushalla. Tentunya masih banyak argumen lain, terutama yang masih ada dibenak para kyai danummat muslimin yang memiliki kepekaan hati.
Fungsi Syair/Singir dalam Masyarakat Santri
Muzakka dkk. (2002) menemukan tiga fungsi utama syi’ir, yaitu
fungsi hiburan, fungsipendidikan dan pengajaran, dan fungsi spiritual.
Fungsi hiburan muncul karena hadirnya syi’ir dalam khazanah sastra selalu dinyanyikan baik dengan iringan musik tertentu maupun tidak.
Fungsi pendidikan dan pengajaran muncul karena di samping syi’ir mengekspresikan nilai-nilai dedaktis, yakni pendidikan nilai-nilai moral Islam danpengetahuan Islam yang kompleks, syi’ir juga digunakan sebagai bahan ajar danatau media pengajaran di kalangan masyarakat santri.
Fungsi spiritual muncul karena sebagian besar syi’ir diberlakukan penggunaanyasemata-mata sebagai upaya penghambaan diri (ibadah) kepada Tuhan yakni untukmempertebal rasa keimanan dan ketakwaan.