I'tikaf

Penegertian I’tikaf Selain dari yang sudah kami uraikan di atas tentunya adalah bahwa I’tikaf di masjid itu harus dengan syarat-syarat tertentu, yang semata karena niat beribadah kepada Alloh.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 187)
Sesuai dengan tujuan i’tikaf yakni untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka orang yang sedang i’tikaf sebaiknya memperbanyak ibadah untuk mengingat Allah. Misalnya, dengan cara; shalat sunnat, membaca Al-Qur’an, bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir, istighfar, shalawat Nabi, serta memperbanyak do ‘a dan tafakkur. Begitu pula dapat dengan cara melakukan kebajikan lainnya, seperti; mempelajari tafsir, hadits, dan atau ilmu-ilmu agama Islam lainnya. Orang yang sedang beri’tikaf hendaknya menghindari segala hal yang tidak ada manfaatnya, baik dalam perbuatan maupun ucapan.


Share:

Kisah Nabi Yusuf, lanjutan

Uztadz Akbar
Kajian Ramadhan hari ke-20 1445H, 30 Maret 2024 bersama Ustadz Akbar. meneruskan kajian minggu lalu tentang kisah Nabi Yusuf AS. sampai pada saudara-saudara Yusuf membuang ke dalam sumur
Pelajaran yang diambil dari pelajaran minggu lalu bahwa untuk tidak meremehkan hal yang didapat dengan mudah. Saudagar yang mendapatkan Nabi Yusuf kecil dari sumur menjualnya dengan murah, beberapa dirham.
Nabi Yusuf Kecil diangkat anak
Oleh karena melihat tanda-tanda kebaikan dari Nabi Yusuf kecil, maka seorang Al Aziz atau pejabat tinggi di Mesir, yang bernama Qithfir membelinya dan membawanya pulang ke rumah. Di perjalanan Qithfir melihat Nabi Yusuf kecil membantu seorang kakek yang sedang kesusahan, peristiwa ini berubah pikirannya, sehingga Nabi Yusuf kecil tidak dijadikan budak, melainkan diangkat sebagai anak.
Selama menjadi anak angkat Qithfir, Nabi Yusuf Alaihissalam tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan rupawan, keindahan rupa Nabi Yusuf inilah yang membuat para perempuan di Mesir terpesona, sehingga Nabi Yusuf Alaihissalam akan selalu menutup wajahnya saat berpapasan, kecuali kepada istri Qithfir yaitu Zulaikha, yang telah merawat dan membesarkan nya. 
Suatu hari setan datang membujuk tiba-tiba Zulaikha terpesona dengan ketampanan Nabi Yusuf Alaihissalam. Zulaikha menggoda Nabi Yusuf Alaihissalam akan tetapi nabi Yusuf mampu menahan godaan tersebut dan segera berlari menjauh menuju sebuah pintu keluar, namun sebelumnya Zulaikha sempat memegang baju Nabi Yusuf Alaihissalam, sehingga baju belakang Nabi robek. 
Ketika Nabi Yusuf membuka pintu, ternyata Qithfir secara kebetulan sedang berada di depan pintu, untuk menghindari kemarahan suaminya maka Zulaikha secara spontan memfitnah Nabi Yusuf Alaihissalam, dengan mengatakan bahwa Nabi Yusuf Alaihissalam telah menggodanya. 
Orang alim diantara mereka berpendapat bahwa jika pakaian Nabi Yusuf Alaihissalam robek di bagian depan, maka ia bersalah, dan ternyata pakaian yang robek berada di bagian belakang, sehingga Nabi Yusuf terbukti tidak bersalah.
Kabar mengenai fitnah sulaika menyebarluaskan, menjadi viral pembicaraan masyarakat Mesir, akibatnya nama baik dan kehormatan keluarga Qithfir menjadi tercemar, untuk membersihkan nama baik ini, Zulaikha mengadakan jamuan di rumahnya dengan mengundang istri-istri para pembesar kerajaan Mesir. 
Dalam jamuan tersebut, sengaja disajikan aneka makanan yang harus dipotong dengan pisau, ketika para tamu sedang menggunakan pisau untuk memotong makanannya, Zulaikha dengan sengaja meminta Nabi Yusuf Alaihissalam untuk muncul di hadapan mereka. Serta merta kehadiran Nabi Yusuf Alaihissalam membuat seluruh tamu heboh dan terpesona, bahkan tanpa sadar, pisau yang mereka gunakan untuk memotong makanan, mengenai tangan mereka sendiri tanpa terasa sakit. 
Pada saat itulah, Zulaikha menegur mereka yang telah menghina dirinya, padahal mereka sendiri juga terpesona dan tak berdaya berhadapan dengan Nabi Yusuf Alaihissalam. Setelah itu, Nabi Yusuf Alaihissalam ditangkap dan dimasukkan ke penjara, guna mengembalikan kehormatan keluarga Qithfir.









Share:

Bhakti Sosial

Bazar yang dilaksanakan pada Ahad, 24 Maret 2024 berjalan lancar. Hasil Bazar ini digunakan untuk bhakti sosial pada panti asuhan (PA) yang berada di Banjarnegara. Diantaranya pada PA yang berada di bawah ini

PA. Aisiyah Blambangan
Share:

Bakti Sosial Pengajian Asy Syifa

Share:

Ber-medsos Yang Islami


Kultum ba'da Sholat Tarawih bersama Bp. Krismiarto N. S.Sos pada 14 Ramadhan 1445H, Minggu 24 Maret 2024 bertema, Bijak dalam Bermedsos sebagian dari amaliyah Islami. 
Teknologi yang semakin pesat memudahkan dalam mengakses informasi pada info apapun. Jaman sekarang media sosial sebagai sebuah tuntutan/ keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Sepertinya keberadaan media sosial sebagai pengikat tali silaturahmi perlu lebih ditingkatkan esensinya agar kita senantiasa tidak lepas kendali dalam mengeluarkan opini. Islam sebagai agama yang menuntun umatnya untuk selalu mengutamakan berbuat baik dalam setiap sisi kehidupan memiliki batasan-batasan bagi umatnya dalam menggunakan media sosial secara bijak. Islam tidak memiliki pandangan antimainstream dengan perkembangan teknologi. Islam mendukung dengan tetap memperhatikan etika yang mengawal moral dan akhlak pada jalur yang benar.

“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang paling baik (benar). Sesungguhnya, setan menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia” (Q.S Al-Israa' Ayat 53)
Apabila berita yang ditampilkan hanya untuk mencari popularitas dan “like” dari pembaca tanpa mengindahkan kebenaran dan fitnah yang akan ditimbulkan, hal ini bisa menjadi awal kesalahpahaman. Fenomena "jemari berbicara", yaitu kebiasaan untuk asal share tanpa mencari kebenaran beritanya, kerap kali terjadi. Berita hoaks tersebar karena andil kedua ibu jari kita. Untuk itulah, mencari kebenaran berita menjadi hal wajib sebelum menyebarkannya.
Hal ini dibuktikan dengan diaturnya etika penggunaan media sosial dalam Qur'an Surat Al-Ahzab ayat 70. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan katakanlah perkatakan yang benar.
Kini dengan perkembangan luar biasa media komunikasi yang sedemikian canggih, manusia tidak hanya hidup dalam era revolusi komunikasi, tetapi tengah mengarungi era keberlimpahan komunikasi. Era keberlimpahan komunikasi ditandai oleh komunikasi yang melampaui ambang batas.20 Melimpahnya komunikasi dalam kehidupan tak lain karena ledakan informasi yang terus-menerus dibawa oleh media ke ruang-ruang kehidupan manusia kontemporer. Era keberlimpaham komunikasi ini justru dipandang telah membawa kontradiksi-kontradiksi baru dan menciptakan konflik-konflik baru di masyarakat.
Islam memberikan perhatian yang besar terhadap etika komunikasi dengan menggunakan media sosial. Hal ini dibuktikan dengan diaturnya etika tersebut dalam Al Qur'an dijabarkan tentang etika tersebut dalam beberapa surah. 
Al-Ahzab ayat 9 menjelaskan bahwa dalam menggunakan media sosial, manusia harus mengucapkan perkataan yang benar karena perkataan merupakan pintu yang luas, dari pintu tersebut kebenaran ataupun keburukan dapat keluar. Oleh karena itu manusia harus membiasakan diri mengatakan perkataan yang benar agar terhindar dari perkataan yang dapat mendatangkan keburukan. 
Dalam surah al-Mujadalah ayat 9 dijelaskan pula etika komunikasi yang lainnya. Surah tersebut menjelaskan bahwa dalam berkomunikasi manusia harus menghindari pembicaraan rahasia, apalagi pembicaraan yang mengandung dosa, permusuhan, dan kedurhakaan terhadap Rasul. Karena hal yang demikian akan membuat manusia merasakan siksaan Allah swt.
Share:

Footer Link

Pengumuman

  1. Tamu yang menginap 1x24 jam harus lapor RT.
  2. Dilarang Parkir Mobil di Jalan Perumahan
  3. Segala Jenis Truk dilarang Memasuki Jalan Perumahan

info ronda

Pelaksanaan Ronda lingkungan dimulai pukul 22.00 WIB s.d. Menyesuaikan Kondisi

Recent Posts

POSTINGAN TERBARU

Recent Posts Widget